Zea bermalas malasan di ranjang, hari minggu ini ia malas kemana mana padahal Lika dan Lia mengajaknya ketemuan dan hang out di mall, ia bingung dengan perasaannya, kenapa selalu terbayang bayang kejadian dimana Reiki mencium bibirnya, dan semua itu berputar jelas di kepalanya seperti film yang di putar berulang ulang. Ada rasa aneh dihatinya namun ada rasa marah juga pada Reiki, dengan seenaknya mencium bibirnya yang belum pernah sama sekali merasakan berciuman dengan seorang pria, dengan kata lain itu adalah ciuman pertamanya.
Ia tak habis fikir kenapa Reiki tidak menghubunginya sama sekali sejak kejadian itu, sudah dua minggu lebih dan Reiki seperti menghilang. Paling tidak ia ingin penjelasan kenapa Reiki menciumnya, apakah hanya terbawa suasana atau ada penjelasan lain, ia tak ingin Reiki berfikiran ia gadis gampangan, namun Zea berpikir itu juga kesalahannya karena bisa terlena dalam ciuman lembut Reiki.
Zea hanya berguling guling saja di ranjang, ia ingin istirahat saja namun tiap memejamkan mata hanya wajah Reiki yang melintas.
"Aaaahhhh....kenapa ini" pekik Zea yang kemudian duduk, ia memutuskan untuk mandi saja agar fikirannya fresh dan tidak memikirkan Reiki terus menerus, kenapa ia harus memikirkan orang yang tidak perduli padanya, Ia mandi dengan fikiran masih menerawang.
"Apa seperti itu sifat pria, suka memberikan harapan pada gadis gadis lugu macam aku" Zea berbicara pada dirinya sendiri. Setelah mandi ia berdiri di depan lemari pakaiannya, ia mengambil short jeans dibawah lutut dan kaos, ia padukan dengan jaket bahan berwarna biru, ia ambil sepatu kets berwarna putih dan ia pakai. Dari pada ia pusing selalu membayangkan kejadian yang bahkan sudah dua minggu yang lalu lebih baik ia jalan jalan, kemana ia pergi akan ia fikirkan nanti.
Ia keluar dari apartemen dan turun dengan lift menuju lobby apartemen, ia menghentikan sebuah taksi yang kebetulan melintas di depan apartemennya, ia naik dan menghubungi Lika dan Lia tapi ternyata kedua temannya itu sedang ke pantai, tidak mungkin ia ke mall, sendirian akan tetap membuatnya berfikiran tentang Reiki, akhirnya ia minta share location pada Lika, ia ingin ngobrol saja dengan teman temannya.
"Apa aku harus cerita pada mereka?" batin Zea, namun ia sangsi, bagaimana kalau ia terlalu baper dengan sikap Reiki, ia akan malu dihadapan teman temannya.
Tak menunggu waktu lama Zea sudah sampai di pantai, ia mencari cari keberadaan Lika dan Lia, ia tersenyum saat melihat dimana kedua temannya berada, ia berlari menuju Lika dan Lia yang berada di tepi pantai bermain air. Ia melepas sepatu juga jaketnya dan ia letakkan di bawah pohon yang terdekat dengan pantai keberadaan teman temannya kemudian bergabung bersama mereka.
"Haaii..."
"Datang juga akhirnya, katanya males"
"Iya nih, wanita karier super sibuk."
"Jangan ngeledek dong, iya maaf"
"Kuliah kamu gimana Zea?" tanya Lika masih sambil bermain air laut.
"Lancar kok, tenang aja, kerjaan kalian gimana"
"Ya gitu gitu aja"
"Oh ya yang gantiin aku gimana? Kooperatif kan diajak kerja?"
"Nggak juga, agak songong anaknya. Suka pdkt sama pak Zein"
"Oh iya Zein apa kabar? Dah lama juga nggak ketemu"
"Cie cie....ingat juga sama pak Zein. Makanya dulu jangan ditolak"
"Ditolak apaan sih Lia, orang dia nggak bilang apa apa sama aku" kelit Zea.
"Tapi kan kamu tahu dia suka sama kamu, malah kabur"
"Enak aja kabur, kalau Zein cocok sama eh siapa namanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA CINTA ZEAANA
Romancemempunyai ibu tiri bukan sesuatu yang buruk, namun jika ibu tiri itu tidak memiliki kebaikan untuk anak tirinya bagaimana? Itu yang dialami Zeaana, gadis usia 20 tahun yang seharusnya masa dia belajar di bangku kuliah, namun itu tak ia dapatkan...