Zea terpaksa mengikuti keinginan Reiki untuk makan malam walau awalnya ia menolak. Saat ini ia duduk di belakang Reiki yang mengendarai motor sportnya, ia berpegangan pada jaket Reiki karena takut jatuh, Reiki melajukan motornya perlahan dengan kecepatan sedang. Wangi maskulin parfum Reiki menguar memenuhi indera penciuman Zea, wangi maskulin yang kuat namun menenangkan.
Reiki mulai menambah kecepatan membuat Zea mempererat pegangannya, tangan Zea beralih ke pinggang Reiki karena ia tak ingin konyol dengan terjatuh dari motor jika tak berpegangan erat, apalagi Reiki makin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, 15 menit kemudian Reiki membelokkan motornya di sebuah cafe yang tidak terlalu besar. Reiki memarkirkan motornya di sudut area parkir kemudian turun.
"Pak Reiki gila ya? Naik motor seperti kesetanan. Bapak sengaja biar saya jatuh?" omel Zea dengan bibir cemberut membuka kaca helm yang ia pakai.
"Itu tadi kecepatan standart"
"Kecepatan standart bapak bilang? Gila, untung saya nggak punya penyakit jantung, kalau iya bisa bisa mati terkena serangan jantung saya"
"Mana ada masih muda punya penyakit jantung"
"Ada"
"Nggak"
"Ada"
"Nggak ada Zea"
"Hish...dasar polisi, Sukanya ngeyel"
Reiki tersenyum mendengar celotehan Zea yang ceplas ceplos.
"Ayo...." Reiki berjalan mendahului Zea yang diam di tempatnya, Reiki menghentikan langkahnya karena merasa Zea tak mengikutinya, ia berbalik dan menatap Zea.
"Zea.....ayo ...."
Dengan malas Zea berjalan ke arah Reiki kemudian mereka pun masuk ke dalam cafe dan duduk di meja yang kosong. Mereka duduk berhadapan, Reiki segera memesan makanan untuk makan malam, jam menunjukkan pukul 17.30 wib.
Keduanya makan dalam diam setelah makanan mereka sudah datang dan dihidangkan di meja.
"Rei......" sebuah panggilan membuat Reiki dan Zea menoleh dan ternyata Karina
"Hai....kamu sama...." Karina menatap Zea dan Reiki bergantian.
"Hai Kar, bisa ketemu disini. Oh ya kenalkan ini Zea, kalian pernah bertemu kan?"
"Iya, hai aku Karina" Karina mengulurkan tangannya pada Zea yang disambut Zea Dengan senyuman.
"Zeaana..."
"Gabung kak disini" tawar Zea
"Enggak usah, aku nggak ingin mengganggu, aku juga sedang ada janji dengan orang, duluan Rei, Zea"
"Ok..." jawab Reiki
Zea hanya menatap Karina yang menjauh dengan fikiran berkecamuk, ia melihat sepertinya Karina tidak menyukainya, terlihat dari sorot matanya.
"Dia sepertinya cemburu pak"
"Hah...cemburu?, pada siapa?"
"Loh...bukannya dia pacar pak Reiki?"
"Pacar? Karina? Bukan, kami hanya teman. Bagaimana kamu bisa menyimpulkan hal itu?"
"Kelihatan kali pak. Bapak aja yang nggak peka"
Reiki menatap Zea, kemudian beralih pada Karina yang duduk sendirian di sudut cafe, selama ini ia tak merasa jika Karina menyukainya karena ia hanya menganggap Karina sebagai sahabat, dimana ia terkadang membicarakan semua beban dan masalah yang ia hadapi bahkan dulu saat masih bersama Zahira.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA CINTA ZEAANA
عاطفيةmempunyai ibu tiri bukan sesuatu yang buruk, namun jika ibu tiri itu tidak memiliki kebaikan untuk anak tirinya bagaimana? Itu yang dialami Zeaana, gadis usia 20 tahun yang seharusnya masa dia belajar di bangku kuliah, namun itu tak ia dapatkan...