Bad Mood

6 0 0
                                    

Ini hari Sabtu. Nggak ada kegiatan belajar mengajar, hanya ada ekstra kurikuler. Di sekolah gue semua siswa-siswi harus punya minimal 1 ekstra kurikuler yang diikutinya.

Gue dulunya ikutan Pecinta Alam tapi nggak terlalu aktif. Cuma ikut beberapa kegiatan saja itu pun kalau nggak malas. Berhubung gue sudah kelas 12, jadinya sudah nggak wajib untuk aktif ekstra kurikuler.

Tapi meskipun begitu, kami masih wajib untuk datang di hari Sabtu. Nggak ada liburan di hari Sabtu untuk siswa-siswi yang rajin ke sekolah. Gue salah satunya. Ke sekolah nggak ngapa-ngapain, cuma biar keluar dari rumah aja. Habisnya di rumah sepi banget, cuma ada bunda.

Mendingan gue di sini, berdiri di dekat palang depan kelas gue yang posisinya di lantai dua. Memandang ke arah lapangan basket yang biasanya ramai. Tapi kali ini anak basket nggak ada dilapangan, nggak tahu pada kemana. Di sana hanya ada seorang gadis berambut pendek, Revy.

Sudah hampir setengah jam gue merhatiin dia lempar-lempar bola ke dalam ring. Rambutnya berserakan dan dia keringatan. Gimana nggak keringatan coba, matahari terik banget.

Gue akuin kalau Revy itu cantik. Nggak pernah pakai make up ke sekolah, simpel tapi itu lebih bagus. Hanya saja dia nggak pernah senyum, kesel gue. Kalau aja dia senyum pasti makin tambah cantik.

Tunggu aja Rev, gue buat lo tambah cantik.

Lama-lama gue rasa ngelihatin Revy dari atas doang nggak ada faedahnya. Mending ke bawah, modus kasih minum gitu. Boleh juga.

Gue masuk ke kelas untuk ambil air minum. Kebetulan tiap hari gue bawa botol tumblr yang isinya air minum. Bunda bilang harus rajin bawa minum dari rumah, kurang-kurangin beli minum kemasan. Gue nurut aja, meskipun keseringan minumnya gue kasih ke teman terus botolnya bawa pulang lagi. Gue nggak mau di hapus dari kartu keluarga kalau aja botol tumblr-nya hilang.

Jahat banget ya gue, minum dari bunda sering gue kasih ke orang lain. Habisnya gue sering tergoda sama yang dingin-dingin.

Maafin Elvan ya bunda, hehehe ...

Tapi gue yakin bunda nggak bakalan marah kalau tahu. Karena kan gue kasih minumnya ke orang yang membutuhkan. Kayak sekarang nih, minumnya mau gue kasih ke Revy yang capek main basket.

Setelah mengambil minumannya gue sesegera mungkin turun ke bawah buat ketemu Revy. Sampai-sampai saat menuruni anak tangga langsung sekali dua gue lompati. Semangat banget.

Begitu gue sampai lapangan basket, mata gue melihat adegan yang seharusnya nggak gue lihat. Seorang cowok nyamperin Revy dan kasih minum ke dia. Gue nggak kenal siapa cowok itu, tapi yang pasti gue kalah satu langkah dari dia.

Entah kenapa rasanya nyesek begitu tahu kenyataannya.

Buru-buru gue berbalik sebelum Revy ngelihat gue. Tapi bagai jatuh tertimpa tangga, itulah yang gue alami. Gue nabrak anak orang cuy. Cewek lagi.

Belum sempat gue tolongin dia sudah berdiri. Tersenyum hangat dan itu yang membuat gue ingat siapa orang yang di depan gue ini. Bocah cengeng yang diputusin pacarnya.

"Hai, Kak."

Gue hanya diam. Memastikan bahwa dia memang orang yang kemarin gue kasih permen.

Setelah gue perhatikan lamat-lamat, fix memang dia orangnya. Tanpa basa-basi gue langsung memberi minuman yang di tangan gue ke dia.

"Buat apa, kak?"

"Minum aja." Perintah gue. Suara gue nggak keras, tapi cukup tegas. Mungkin efek kejadian barusan.

Untung dia nurut dan nggak tanya-tanya lagi. Cuma 3 tegukan terus dia balikin minumnya ke gue. Dengan cekatan gue minum sisa airnya semua. Sampai kandas.

"Kak ...."

"Makasih sudah minum. Gue kasih biar lo nggak cengeng lagi. Bye."

Gue langsung pergi. Biarin dah orang-orang yang nontonin kejadian tadi mikir yang aneh-aneh. Intinya sekarang gue kesal. Emosi. Pengen makan orang.

***

Tadinya gue pengen makan orang, tapi nggak jadi. Entar masuk penjara. Gue malah tambah kalah deh dari cowok yang beri minum ke Revy.

Akhirnya gue ke kantin. Kalau emosi emang bawaannya lapar mulu.

Sampai di kantin gue malah nggak tahu mau makan apa. Biasanya dengan cepat gue bakalan makan bakso kuah pakai es teh. Tapi kali ini gue nggak selera.

Jadinya gue duduk dulu di bangku yang kosong dekat dengan penjual minuman. Gue kan mau mikir makan apa, nah kalau sudah pusing mikir gue bakalan gila. Kalau duduk di sini kan bisa langsung minta minum biar waras lagi.

Gue duduk sambil melirik satu-persatu tukang jualan makanan di kantin sekolah. Beragam banget makanan, tapi gue masih belum bisa tentuin pilihan. Makin bingung.

"Hai, Kak." Gue menoleh dan langsung bertemu dengan senyum gembira dari seorang cewek.

Gue hanya balas tersenyum lalu kembali menatap stand jualan.

"Mau makan apa kak?" Gue menoleh lagi ke dia.

"Bingung hehehe ...," Gue tertawa canggung.

"Makan soto aja yuk. Soto yang di ujung itu enak, kak."

Gue mengangguk saja. Mengikuti cewek cengeng itu. Iya, dia cewek cengeng yang tadi gue beri minum.

Pesanan kami sama. Gue pesan makanan yang dia pesan juga, takut zonk jadinya gue ikut aja. Begitu juga minum, dia pesan es kelapa muda gue juga. Padahal gue nggak terlalu suka es kelapa. Tapi ya sudahlah.

Jujur aja, selama hampir 3 tahun gue sekolah di SMA Nusantara gue belum pernah rasain soto. Selalu makan bakso, terkadang mie goreng atau nasi goreng.

Kami duduk di tempat tadi. Lalu mulai makan dalam diam. Gue masih bad mood perkara kejadian tadi, tapi gue tahu kalau soto rekomendasi cewek di depan gue ini rasanya not bad.

"Kakak tahu aku?" katanya sambil mencoba meraih botol saus di ujung meja. Gue rasa dia kesulitan jadinya gue yang ambilin botol saus itu.

"Makasih." Gue mengangguk.

Dia menuang saus tersebut di mangkuk soto miliknya. Makan soto pakai saus, apa rasanya? Entahlah.

Gue kembali melanjutkan makan tapi dia malah diam. Dia ngelihatin gue.

"Lo kenapa nggak lanjut makan?" tanya gue.

"Kakak belum jawab pertanyaanku."

Oh ya ampun. Emang sepenting itukah jawaban dari gue sampai dia nungguin begini? Dasar aneh.

Btw gue lupa tadi dia tanya apa.

"Emang lo tadi tanya apa? Lupa gue." Kata gue dengan ketawa canggung yang krik banget.

"Kakak tahu aku?" ulangnya masih dengan wajah penuh pertanyaan.

Gue mengangguk .... Kemudian menggeleng.

"Aku Fara." Dia mengulurkan tangannya. Gue tahu dia lagi kenalin dirinya makanya gue juga ikutan mengulurkan tangan. "Gue Elvan."

Tiba-tiba gue teringat sesuatu.

"Eh, lo pacarnya Rafki?" Tanya gue dengan sangat antusias. Memperhatikan Fara lamat-lamat guna mencocokkan dengan ciri-ciri yang pernah diberi tahu Rafki.

Fara mengangguk yang menandakan bahwa benar dugaan gue.

"Kakak kenal sama Kak Rafki?" Tanya Fara.

"Dia sahabat gue. Emang dia nggak pernah cerita?" Fara menggeleng.

"Ceritain tentang teman-temannya gitu?" Fara kembali menggeleng.

Gelengan kepala Fara yang entah-ke-berapa itu menandakan bahwa Rafki memang orang yang tidak punya pengalaman dalam berpacaran.

Mereka pacaran ngomongin apaan sih? Heran gue.

Tapi mereka cocok sih, dua-duanya aneh.

***
Tbc

Jumlah kata: 1095 kata

Happy reading.
vicachuuu

To Get HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang