#4
Kila mengetikkan jari-jari mungilnya di atas keyboard. Rasanya dia tidak sabar ingin mengulas The Crowd Voice di blognya. Dengan mulut berkomat-kamit, Kila mulai menuliskan ulasannya.
"Aku menulis sesuatu di blogku, silakan mampir." Pesan Kila kepada Lucas setelah dia selesai menulis sesuatu di blog miliknya.
"Baiklah, aku akan ke sana nanti. Kau menulis tentang apa?"
"Kau lihat saja sendiri nanti." Jawab Kila sambil tersenyum.
"Hahaha, baiklah-baiklah. Aku sudah lama tidak membuat lagu"
"Kau bilang kemarin sedang mencari inspirasi untuk membuat lagu?" Tanya Kila binggung
"Justru itu, aku sampai harus mencari inspirasi dengan membaca karena otakku beku, sebeku cuaca di luar sana"
Kila berharap Lucas sudah membaca posting terakhir di blognya. Bukan soal The Crowd Voice Tapi, Kila akan secara resmi mempublish sebuah cerita yang selama ini dibuatnya di blog dan berdasarkan cerita tersebut, dia ingin Lucas membuatkan sebuah lagu untuknya jika Lucas tidak keberatan. Jadi, hari ini Kila membuat pengumuman di blognya mengenai itu. Di akhir pengumumannya Kila menuliskan
'Untuk Lucas Wijaya jika membaca tulisan ini, buatkan aku sebuah lagu untuk ceritaku, jika tidak keberatan tentu saja'
Ponsel Kila langsung berdering.
"Kira! Bercerita tentang apa nantinya ceritamu?" Kila tertawa senang. "Aku menulis sesuatu yang tidak biasa. Aku terbiasa menulis cerita berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman orang lain. Kali ini aku benar-benar menulis dengan imajinasiku sendiri, Lucas. Kau tahu betapa sulitnya itu dan betapa menyenangkan semua itu dan membuatku semakin merasa tertantang menyelesaikannya" Ada hening yang tercipta diantara pembicaraan itu.
"Maaf, aku terlalu cerewet ya?" Tanya Kila menyesal.
"Aku suka dengan semangatmu, Kila. Tapi, aku tidak bisa menjanjikan akan mampu membuatkanmu sebuah lagu, sedangkan aku sendiri saja tidak juga selesai membuat satu lagu untuk bandku" Jawab Lucas
"Lantas kau sebenarnya hanya bertugas buatkan mereka lagu namun tidak turut menyanyikannya, begitu?" Kila mengalihkan topik pembicaraan
"Bukan, aku ini pencipta lagu dan gitaris, bukan penyanyi" Jawab Lucas ringan.
"Kau sedang ada dimana?" Tanya Kila karena mendengar ada pergerakan.
"Aku sedang ada di gudang" kemudian Kila mendengar suara langkah kaki berderap menurun tangga.
"Lebih hangat tinggal di gudang bawah tanah" ucap Lucas. Kila mendengarkan suara-suara latar belakang di sekitar Lucas berada. Dia membayangkan sebuah ruangan tempat segala macam barang bekas berkumpul.
"Kau seperti Juno, tidak mau membuatkan aku lagu" Ucap Kila tiba-tiba.
"Apa?"
"Enggak jadi" Jawab Kila singkat.
Teerdengar Lucas tertawa, kemudian terdengar sebuah suara petikan gitar Kila menegakkan kepalanya saat mendengar petikan gitar.
"Aaah, gitar ini. Sudah lama sekali rupanya dia berada di sini" Suara Lucas menggema.
"Gitarmu? Sudah rusak? Namun, masih bisa berbunyi?" tanya Kila penasaran, tak lama terdengar sebuah petikan lagi.
Rasanya sangat nyaman mendengarnya. Kila mendengar Lucas bersenandung tidak jelas, kemudian hening kembali.
"Nyanyikan lagi lagu yang baru saja kau nyanyikan" ucap Kila setengah berharap bisa mendengar suara merdu Lucas kembali seperti beberapa detik yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Is A Dream
RomanceLucas Wijaya bertemu dengan perempuan bernama Kila Permata yang di awalin dari komentar Lucas di sebuah blog milik Kila, dari pertemuan ini mereka saling mengenal dan Kila merasa menyukai Lucas. Lucas sangat perhatian dengan Kila dan Kila merasa nya...