1

271 3 0
                                    

Tiara pov
kuamati seorang lelaki yang sedang tidur dikursi panjang berada tak jauh dari tempat tidur yang ku rebahi saat ini. Iya dia suamiku, baru semalam aku menjadi istrinya

aku tak menyangka akan menjadi seorang istri dengan cara seperti ini sangat jauh dari harapan kecilku dulu. Bahkan semua orang bermimpi akan menjalani pernikahan dengan pasangan yang kita cintai tentunya. bukan dinikahkan paksa oleh orang-orang kampung seperti seorang yang melakukan hal yang tidak sepantasnya,

ini hanyalah kekeliruan yang disimpulkan oleh warga, kemarin malam aku memang melakukan kesalahan saat itu aku lagi mabuk dan memaksa lelaki itu untuk mengantarku pulang namun entah kenapa aku jadi tertidur diatas tempat tidur lelaki itu,

ku akhiri mengamati wajah lelaki itu dan perlahan bangun untuk mandi dan menyiapkan sarapan walaupun tidak ada yang bisa dimasak, karena hanya ada roti dan susu bubuk didalam kulkas.

sekarang aku duduk di meja makan sendiri, aku melirik jam dinding dan masih menunjukan angka 06:10. Tadi subuh ia memaksaku untuk bangun melaksanakan sholat subuh namun mataku sangat sulit untuk diajak kompromi. sudah ada matahari yang timbul pagi lelaki itu masih belum bangun.

pikiran ku tertuju pada tadi malam aku dinikahkan secara paksa karena kata orang-orang aku telah melakukan zina dengan seorang lelaki yang masih tidur itu, oh ya pekerjaan lelaki itu adalah seorang Dokter muda disalah satu rumah sakit.

Dia dengan lantang mengucapkan ijab qabul itu walaupun tanpa latihan sedikitpun,

kemarin sore aku tertidur karna kepalaku sangat sakit sebab alkohol sialan itu dan tak lama kemudian suara ribut diluar sangat mengganggu,

aku keluar rumah saat itu juga aku ditarik oleh ibu-ibu dengan badan lumayan besar  yang kutahunamanya ialah Bu Marni

Dimesjid itu aku menikah dengan mahar 750 ribu dengan penampilan ku sangat jauh dari kata pengantin dengan baju piyama yang entah laki-laki itu dapt dimana dan selendang berwarna putih.

Pak RT bertanya nama lengkapku dan nama ayahku, dan entah bagaimana ditempat ini sudah ada penghulu dan wali hakim yang duduk tepat disebelah Pak RT.

sebenarnya aku tak ingin mengatakannya namun Bu Marni memaksaku
"Tiara Faiha Eshal,"

"Ayah mu" ucap Pak RT lagi.

"Riski Samudra Eshal"

akhirnya akad nikah itu terjadi, kecemasan lain ialah bagaimana kalau lelaki itu memilik istri dan anak namun sampai saat ini aku belum melihat istri atau anaknya itu.

Lamunanku buyar karna mendengar suara Laki-Laki itu.

"Aku kira kamu akan kabur, Aya" ucap lelaki itu sambil membenarkan bajunya.

"saya tidak akan kabur sebelum semua masalah ini anda jelaskan kepada saya. Nama saya Tiara bukan Aya" aku menyerahkan segelas susu kepadanya walau tidak ikhlas namun aku masih ingat statusku saat ini.

"biasa aja bicaranya kita sudah menjadi pasangan Suami Istri, tidak usah terlalu Formal"

"terserah"

"aku mohon maaf atas kejadian semalam itu diluar ekspetasiku," ucapnya sambil meminum susu aku menapatapnya dia menunjukan raut muka yang sangat bersalah, mungkin,

aku diam tak menjawab

"Setelah selesai bekerja, Aku akan menjelaskan segalanya sama Kamu "

" oke aku berangkat dulu" sambil menyerahkan tangan kanan nya kedepan wajahku,

aku paham namun aku tak ingin menyambutnya dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa semalam itu membuatku marah, kerena tidak aku respon dia langsung berlalu keluar rumah dan pergi.

Danish pov
pagi ini kepalaku sangat sakit walaupun belum ada pasien yang mengantri. aku memikirkan kejadian semalam, mungkin ini sudah takdir yang allah berikan padaku kalau tidak seperti ini aku mungkin belum menikah sampai umurku kepala tiga.

"pak sudah ada banyak pasien didepan, mau dibuka sekarang?" ucap suster dengan map ditangan nya

Danish mengangguk paham "oh ya udah saya jua udah siap kok sus"

suster Mia tersenyum sopan dan memberikan berkas yang ada ditangan nya.

change with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang