3

114 4 0
                                    

Danish berdiri didepan cermin, membenarkan kerah baju pada kemejanya seraya memperhatikan seseorang yang tengah tidur dengan selimut yang sudah tergelak dibawah.

senyum sumringah muncul ketika melihat orang itu, ia benar benar menikmatinya. Danish akui perempuan itu memang cantik kulitnya putih dan wajah seperti orang jepang dan ia merasa beruntung memiliki nya.

walaupun ada sedikit yang harus ia rubah.
Rambut gadis itu berwarna pirang dan ia harus menyuruh pelan pelan agar Ara mau menutup kepalanya itu dengan kerudung.

tangan danish terulur untuk menyampirkan selimut itu ketubuh Ara Danish melirik jam pada dinding sudah menunjukan angka 8 jadi ia harus buru-buru karena hari ini ada operasi kecil pada pasien yang baru saja masuk.

ia menaruh kartu dan post it di meja disamping tempat tidur ara "ini kartu ATM untuk kamu dan pagi ini tolong makan, gak baik untuk kesehatan kalau tidak makan sudah ada roti dan susu coklat di meja makan dari 'suami'" tulis danish sambil terkekeh dengan kata-kata yang ia tulis.

   🤍🤍🤍

lelaki dengan kemeja biru itu memijat pelipis nya karna hari ini sangat banyak kegiatan belum lagi ibu nya baru saja menelpon wajar memang namun kata terakhir ibunya yang ia fikirkan 'untuk segera menikah' ia bingung untuk menjelaskan kepada ibunya bahwa ia sudah menikah 3 hari yang lalu

ia takut ibunya terkejut dan menjadi sakit namun itu harus ia katakan kalau tidak sekarang kapan lagi, Danis memegang hp dan mendial no ibunya kembali

"hallo assalamualaikum bu" ucap Danish dengan gugup

"waalaikumsallam ada apa Danish ada apa baru aja ibu mau naruh handphone kekamar kamu nelpon lagi"

"sebenarnya ada yang ingin Danish katakan bu" Terang Danish

"ada apa hmm"

"sebenarnya danish sudah menikah 3 hari yang lalu tapi ini karena kesalahpahaman orang sekitar Bu" dan mengalirlah cerita tanpa ada yang ditutupi

"kamu bercanda, kan nak" tanya ibunya terkekeh

"nggak bu Danish bicara jujur ke ibu dan kalau ibu marah, Danish terima. Ayah kalau tahu juga pasti marah sama Danish kan. Maaf ya bu nggak bisa jadi Anak yang baik buat Ibu dama Ayah" ungkap Danish dengan serius

"allhamdullilah, anak ibu sudah punya keluarga sendiri walaupun caranya seperti itu, kamu harus menjaga istrimu ya nak dan nanti setelah kamu libur ibu harap kamu bisa membawanya kesini. Dan soal Ayah nanti ibu bicara sama Ayah ya, kamu tenang aja ya" ujar ibunya dengan nada yang senang,

"yasudah Bu, aku lega karena sudah bicara sejujurnya sama Ibu, Danish tutup ya Bu telponnya soalnya Danish lagi sibuk, Assalamualaikum"

"waalaikumsalam nak"

🤍🤍🤍🤍🤍

Danish baru saja sampai rumah, jam memang sudah menunjukan jam 5 sore ia membuka pintu yang tidak terkunci

Danish terkejut dengan penampilan istrinya celana jeans dengan sobekan dikedua lutut nya sepatu putih dan baju kaos putih dengan rambut dibiarkan terurai gelombang

"mau kemana" tanya Danish

"mau kerja lah emang lo fikir gue pengangguran?"

"Kamu nggak boleh pergi dengan baju yang kaya gitu"ucap Danish sambil melihat kearah Ara

"Ihhh apaan sih kok tiba-tiba ngelarang. Ingat ya kita cuma orang asing yang dipaksa tinggal serumah karna warga disini semuanya bar-bar"

"Nggak baik bicara kayak gitu itu Ra" tegur Danish dengan pelan dan jngin mengusap bahu sang istri karna Tiara berbicara dengan penuh emosi.

Ara menepis kasar tangan Danish yang menyentuh lengannya

"nggak usah pegang, kenapa si apa-apa mau megang heran gue!"

Ara berjalan kearah taxi online yang sudah menunggunya daritadi ia tak menghiraukan apapun yang Danish katakan

Danish sabar untuk menghadapi Ara, karena ia mencoba untuk mencintai istrinya walaupun ia tau itu tak mungkin mudah dengan keras kepalanya Ara

Di caffe ia bertemu dengan Viana tapi ia tak mau lagi berbaik hati pada viana

"hai Ra caffe sunyi loh karena lo nggak masuk apalagi Arfa dia bilang lo pindah ke kos lain"

"ia  sengaja gak masuk kemarin karna gue gak mau lagi ketemu sama orang-orang penghianat" sindir Ara

"apasih maksud lo gak ngerti gue" ucap Viana dengan heran namun dadanya langsung bedebar nggak karuan

"gak usah dipikirin yang penting sekarang lo layanin tuh ada pengunjung" kata Ara

Viana memang bekerja sebagai pelayan di caffe tersebut tidak seperti dirinya yang menghibur pengunjung caffe dengan bernyanyi tapi Ara tidak habis fikir kenapa Arfa berpaling dengan mudah. Kalau mengingat nama Arfa ia bisa saja mendatangi laki-laki itu dan menghajarnya.

Ara telah selesai melakukan pekerjaannya sekarang ia mau pulang tapi Ara tidak ingin bertemu dengan Danish

"eh Ra belum pulang?" tanya okki

"belum mas" jawab Ara seadanya

"mau gak nemenin gue buat ngasih kado ini ketemen gue yang ulang tahun"

"oke lah gue juga gak sibuk kok" jawab Ara seraya tersenyum terpaksa

mereka berjalan menuju mobil Okki ditengah jalan Ara bertanya mau kemana, dia tahu sekarang ini jalan menuju club

"kita ke club ya"

"iya nggak papa kan Ra"

"oh nggak papa kok mas gue juga suntuk dirumah"

🤍🤍🤍🤍🤍

pandangan Ara mengedar keseluruh ruangan seingatnya tadi malam ia minum bersama teman teman mas Okki tapi kenapa sekarang ia berada dikamar ini

"aww"

wajah Ara meringis menahan sakit dikepalanya, Ara memijit pelan kepala nya agar sedikit membaik
ia berjalan kearah kamar mandi ia ingin muntah sekarang.

"Ra kamu nggakpapa" Danish mengetuk kamar mandi

"gak, gue udah biasa kaya gini lo pergi aja" ucap Ara dengan terbata-bata.

Ara mencari ponsel nya dan mendial no Mas Okki dia ingin bertanya siapa yang mengantarnya kesini

"Halo Mas, semalem siapa yang nganter gue kerumah ini" cecar Ara

"gue yang nganter lo tadi malam syukur lo ngasih tau alamat rumah lo kalo nggak gue bisa bawa lo ke apartmen gue, untuk suami lo gue mohon maaf sekali lagi gue nggak tau kalo loe udah nikah" jawab okki sambil tertawa

"oh yaudah mas makasih banyak ya" Ara memutus panggilan tersebut

"assalamualaikum"
Ara melihat kearah suara itu berasal. disana seorang yang tidak ingin Ara lihat pagi ini ia mengumpat kasar dalam hati kepada lelaki ini.

" sudah baikan?" Danish bertanya dengan lembut

Danish meletakan satu piring lontong sayur dan segelas air putih dimeja samping Ara.

"demi Tuhan gue sangat sangat benci sama lo,kenapa sih harus bilang kalau lo itu suami gue nggak bisa diem aja tuh mulut " kata Ara dengan nyalang

"kenapa marah? kata pemilik cafe itu, itu tidak melanggar kontrak kamu sama dia, Ra" ucap Danish dengan tenang

lagi-lagi ia benci dengan raut yang ditampilkan oleh lelaki itu

❣️❣️❣️❣️❣️

change with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang