Pov RIYAN
Ditengah heningnya malam, yang hanya terdengar detik jarum jam yang terus bergerak mengikuti waktu yang terus berjalan. Aku masih terdiam memandangnya, memandang seorang wanita yang terbaring seranjang denganku, bahkan kini sedang memeluk erat tubuhku.Dia tersenyum begitu manis, dia memang manis, saat tidak tersenyumpun dia masih terlihat begitu manis dan tentunya dia juga begitu cantik. Tapi, kini saat aku memandangnya, aku merasa jantungku berdetak lebih kencang, dan jiwaku terasa bergetar karenanya.
“Ah sial, kenapa aku terjebak dalam situasi ini lagi!!....” umpatku dalam hati.
“Kamu itu ya, kalau lagi lihat ini, udah gak manggil aku mbak lagi!!....” katanya, sambil dia meremas salah satu payudaranya yang hanya terbungkus bra.
Aku hanya bisa menelan ludah, saat melihatnya meremas-remas sendiri payudaranya yang menurutku lumayan besar. “M.m.mbak, kenapa bisa di sini??....” aku bertanya dengan suara bergetar.
“Bisa gak, untuk malam ini, sekali saja panggil namaku, jangan panggil mbak!!....” dengan sedikit mendekatkan kepalanya, mbak Mita berbisik padaku.
“Eh, tapi itu kan gak sopan mbak!!....” kataku.
Mendengar perkataanku, dengan cepat mbak Mita menarik tubuhku sampai tubuhku miring menghadap ke arahnya. “Sekali saja untuk malam ini, panggil namaku!!....”
Aku menatap wajah mbak Mita, dari raut wajahnya aku melihat dia begitu berharap aku melakukan permintaannya. “M..m..Mita!!.....” dengan terbata aku memanggil namanya tanpa embel-embel kata mbak.
Senyum yang begitu manis, seketika terlihat di bibirnya saat aku hanya memanggil namanya. “Terimakasih!!.....” katanya pelan.
“Eh, ehmm.....” tanpa bisa aku hindar, mbak Mita menarik dan memelukku, sampai wajahku terbenam diantara dua payudara besar dan padat miliknya.
Karena begitu erat pelukan mbak Mita, sampai membuatku sulit bernafas, dan aku merasakan sesuatu yang begitu susah aku tahan di selangkanganku. Bukan karena nafsuku yang tak terkendali, namun karena aku ingin segera buang air kecil.
“M.mmbbaakkk, gaakmm bismma nafmmass!!.....” kataku tidak terlalu jelas karena tertahan kedua payudara mbak Mita.
Mbak mita melonggarkan pelukannya, sehingga aku bisa membebaskan wajahku dari gundukan kedua payudaranya. “Hihihihi!!.....” terdengar tawa mbak Mita saat melihatku terengah mengambil nafas.
“Mbak bisa lepas dulu pelukannya, udah gak tahan!!....” aku berkata sambil menunjuk area selangkanganku.
“Ihhhh, sekarang aja mau, kemarin gak mau!!.... Aku lagi datang bulan, sabar ya satu minggu lagi!!....”
“Ehhh....” sepertinya mbak Mita salah faham. “Bukan itu mbak, ini mau buang air kecil!!....”
“Oh, ya udah buruan sana, tar ngompol lagi!!.....” kata mbak Mita sambil melepas pelukannya, dan lagi-lagi dia tertawa, namun kali ini dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang beberapa saat yang lalu memelukku.
Dengan buru-buru, aku bangkit dari terpat tidur dan segera berlari ke kamar mandi. “Serrrsss...... Lega!!.....” selesai buang air kecil, aku keluar dari kamar mandi, dan segera aku di suguhin pemandangan mbak Mita yang duduk di atas ranjang dengan memeluk sebuah boneka. “Sepertinya dia sengaja menarik ke atas bajunya, dan memamerkan kedua payudaranya untuk menggodaku. Itu boneka juga dapat dari mana, dasar cewek suka maksa!!....” gumamku dalam hati.