O6. Problematika Hati

3.3K 406 84
                                    

Berdamailah dengan hati, terima saja dan jalani.

.

Siang ini, Ibu Kota begitu kelabu. Hujan sebentar lagi turun, terlihat jelas dari awan-awan hitam yang menggantung diatas langit.

Kalau kata Yeongue, lebih asik lagi sambil mendengar lagu-lagu indie melankolis yang menyayat hati serta pikiran. Secangkir kopi tinggal di ganti dengan akua gelas limaratusan di kantin.

Mengambil posisi dekat jendela, dan mulai berfikir. Itu yang persis dilakukan Jeongwoo sekarang.

Kedua telinga tersumpal earphone yang melantunkan lagu indie, asupan dari Yeongue, sang pecinta indie sejati.

Tak lama, hujan turun. Mulai membasahi lapangan serta daerah lain yang terkena cipratan air tuhan, aroma segar tanah mulai memasuki indra penciuman Jeongwoo.

Deep minds. Jeongwoo benar-benar sedang melakukan itu sekarang. Pikirannya melayang memikirkan kejadian hari-hari kemarin, Haruto tidak luput dari ingatannya.

Meskipun frekuensi Haruto menanyai Jeongyeon agak sedikit berkurang, tetap saja Jeongwoo memikirkan bagaimana kehidupan Jeongyeon berikutnya.

"Haruto jatoh anjir, parah banget. Sampe sekolah nelpon ambulance."

Hah?

Pikirannya buyar. Pandangan Jeongwoo yang awalnya menatap rintik hujan, beralih pada lapangan yang sekarang ramai. Para guru maupun siswa membawa payung masing-masing, Jeongwoo tidak bisa melihat jelas kebawah karena tertutup payung. 

Ada satu mobil ambulance disana, pintunya terbuka dan Jeongwoo yakin, yang masuk kedalam sana adalah Haruto. Dengan keadaan lututnya yang terluka parah.

Ko bisa?

"Guru-guru bukannya lagi rapat, ya?" Tanya Inhong, yang ikut berdiri di samping Jeongwoo.

"Iya, trus rapatnya ketunda dulu deh gara-gara Haruto." Jawab Yeongue.

Satu pertanyaan Jeongwoo saat ini, ko bisa?

.

.

Lututnya di operasi. Lukanya cukup parah, hanya gara-gara Haruto menginjak tali sepatunya sendiri kemudian jatuh di bagian lapangan yang tidak rata permukaannya.

Salah dia juga sih, sudah tau hujan, tapi masih nekat main bola di lapangan yang otomatis licin.

Memang, nakal.

"Mashiho bisa marah kalo kamu tau gini,"

Haruto meringis, mengingat betapa protektifnya Mashiho padanya. "Ya tinggal jangan di kasih tau,"

"Kan jalanmu pincang, mau ngasih alesan apa?"

"Iya juga ya," Haruto menatap Ibunya serba salah, "maaf bun, gak sengaja tadi."

"Emang ada jatoh yang di sengaja?"

Keduanya tertawa pelan. Jemari panjang Ibunya menyampir diatas kepala Haruto, mengacaknya lembut tapi tatapannya begitu tajam.

"Di rumah hutang penjelasan." Haruto meringis, mengangguk pelan karena tidak ada lagi jalan keluar dari sekapan Ibunya.

"Bunda mau bayar dulu, kamu jangan kemana-mana."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wrong Accusation +hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang