Pilihan Yang Salah

19 4 0
                                    

Walau sekeras apapun aku mengalihkan fikiranku tetap saja masih terbayang-bayangi. Bagaimanapun menghindar dari masalah bukan solusi yang benar. Aku harus menghadapinya.

"Ra kamu kenapa sih?" selepas aku memasuki gedung hampir semua orang memborbardirku dengan pertanyaan itu.

Dan dengan senyum palsu akupun menjawab mereka sembari mengatakan bahwa aku baik-baik saja.

Setelahnya mereka akan mengangguk dan kembali fokus dengar urusan mereka masing-masing. Entah mereka benar-benar percaya ataukah pertanyaan mereka hanyalah sekedar basa-basi saja.

Terkecuali Azysah teman sekelas sekaligus teman sebangkuku, ia tetap saja memandangiku dengan tatapan menyelidik.

"Kamu kenapa sih?" pertanyaan yang dia ajukan padaku tadi kuulang padanya.

"Bukan aku, tapi kamu tuh yang kenapa? Punya masalah tapi di umpet-umpetin mulu, nanti numpuk terus meledak baru tau rasa" sindirnya.

"Kelihatan banget yah?" Azysah mengangguk pelan.

Azysah megeluarkan sebuah cermin pink dari tasnya, kemudian diarahkannya padaku "Lihat tuh muka ditekuk gitu dari tadi, cantiknya hilang deh. Udah hampir seperti nenek-nenek tahu nggak" ledeknya yang membuat aku tersenyum simpul. "Nah gitu dong dari tadi".

Azysah terus berceloteh panjang kali lebar dan karnanya moodku perlahan membaik. Dan aku pun memutuskan menceritakan masalahku padanya.

"Kalau kamu jadi aku apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku selepas menceritakan semuanya.

Sejenak Azysah terlihat berfikir "Kalau aku sih nggak mau jadi kamu". Jawabnya simpel tapi rasanya aku ingin menapoknya dengan sangat kencang.

Ditambah lagi anak ini malah tersenyum melihatku dengan semua kekacauan ini.

"Tapi diluar sana banyak yang memimpikan kehidupan yang kamu miliki Ra. Banyak yang ingin mengejar pendidikan tapi terkendala biaya, banyak yang ingin menikah tapi jodohnya tak kunjung datang. Kamu beruntung memiliki peluang mendapatkan keduanya". Azysah berhasil menamparku dengan perkataannya.

Benar katanya seharusnya aku beryukur bukannya mengeluh dan kacau seperti ini.

"Enjoy the proces" lanjutnya.

"Aku cari kemana-mana ternyata kalian berdua disini?" kehadiran Tegar membubarkan pembahasan kami.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Tidak ada apa-apa, hanya cari saja" Tanpa permisi Tegar langsung menyelipkan tubuh kekarnya diantara aku dan Azysah.

"TEGAR!!! Bukan muhrim jauh-jauh sana" protesku dan Azysah kompak.

Tegar langsung melonjat kaget "Kalian bisa membuat aku jantungan tau nggak?" protesnya balik.

"Ayo ah Zya kita pergi dari sini". Aku menarik lengan Azysah menjauh dari Tegar.

"Wait! Kan aku baru datang, kok kalian malah pergi sih?" aku dan Azysah lebih memilih mengabaikannya "Ra, tunggu!" tahan Tegar "Ada yang ingin aku katakan sama kamu".

"Apa?" tanyaku sedikit ketus.

Bukannya menjawab Tegar malah menatapku dengan pandangan yang tak bisa ku artikan maksudnya. Apa hanya perasaanku saja atau memang Tegar terlihat berbeda malam ini.

Tegar terlihat good boy tanpa ada tanpan playboy sama sekali.

Tegar mendesah pelan "Nanti saja deh!" katanya kikuk membuatku bingung bercampur penasaran.

"Apaan sih?" selidikku.

"Tuh acaranya sudah mau mulai" tunjuknya kearah panggung mencoba mengalihkan pembicaraan.

My Love My ChemistryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang