~2~

331 16 4
                                    

Para siswi di koridor yang tadi sibuk dengan urusan masing-masing kini mulai berisik lantaran cowok yang mereka idolakan berjalan di depan mereka. Bisik-bisik siswi mulai terdengar, mereka begitu bahagia karena Zico dan kawan-kawannya sudah datang. Mereka terus menyapa Zico walaupun tak mendapatkan respon. Tak ada senyuman di bibir Zico, namun masih mampu membuat para siswi terpesona.

Termasuk Chelsea yang kebetulan berjalan di koridor bersama ketiga sahabatnya.

"Lihat tuh pujaan hati lo!" ujar Jeje. "Kayak dia masih aja lo harepin? Ganteng kagak nyebelin iya!"

"Kalau gue jadi mereka, udah gue cakar muka dia!" sahut Anaya.

"Ck, kemarin aja bela-belain Chelsea buat ngejar Zico. Kok sekarang malah gini?"

"Diam kau, Je!"

Chelsea hanya tersenyum kecil mendengar ocehan sahabatnya. Dia juga tak tahu kenapa dia bisa menyukai cowok seperti Zico. Karena tampang? Bukan! Karena ketenaran? Juga bukan! Entah karena apa, Chelsea tak tahu alasannya.

Mungkin benar, cinta tak butuh alasan.

"Tapi Zico ganteng, lo!" ucap Ilya yang sedari tadi memilih diam. "Mungkin dia nggak mau parac cewek pada baper gara-gara direspon sama dia."

"Lo mau ngembat gebetan sahabat sendiri?"

"Bukan gitu, Je. Gue ngomong apa adanya, kan?"

"Hmm." Jeje hanya berdehem, tak berselera untuk menjawab lebih banyak.

Chelsea tersenyum. "Nggak apa-apa kalau kamu suka sama Zico, Nay. Lagipula aku bukan siapa-siapa dia. Nggak berhak aku melarang orang untuk suka sama dia. Semua orang berhak, termasuk Jeje."

"Dengerin, tuh!" sahut Anaya.

Jeje langsung melotot. "Dih, ogah banget gue suka sama cowok macam dia. Mending gue suka sama kak Hanif yang jago itu!" ucap Jeje.

"Jadi lo suka sama kak Hanif ?" tanya Anaya kaget.

Ups, Jeje keceplosan.

"Enggak!" Jeje menggeleng. "Lo salah denger!" elaknya.

"Mana mungkin gue salah denger, kuping gue masih waras kali!"

"Berarti gue yang salah ngomong."

"Udah, ngaku aja!" sahut Ilya. "Apa perlu gue bilangin langsung sama kak Hanif? Dia 'kan sepupu gue?"

"Bener!" sahut Anaya.

"Ya udah, gue mau nemuin kak Hanif dulu. Jam segini pasti dia udah di kelas."

"Eh, anjir! Jangan, woy!" teriak Jeje.

Ilya berjalan meninggalkan mereka, namun tangannya dicekal oleh Jeje. Tak akan Jeje biarkan Ilya menghampiri Hanif dan mengatakan kalau dia suka dengan kakak kelas itu. Melihatnya, Chelsea dan Anaya tertawa. Hiburan dipagi hari sebelum mengawali aktivitas.

Ilya berusaha lari, namun Jeje langsung menarik tangan Ilya agar tak menghampiri Hanif. Dan Ilya berusaha melepaskan tangan Jeje yang membuatnya tak bisa berlari.

"Bisa minggir, nggak?"

Chelsea dan Anaya berhenti tertawa begitu mendengar ucapan itu lalu menoleh ke sumber suara. Ilya dan Jeje yang tadi ribut di tengah jalan pun langsung diam. Ikut menatap seseorang itu. Ternyata Zico, dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. Sepertinya kesal jalannya dihalangi oleh dua manusia yang sedang berdebat.

"Kalian denger gue ngomong nggak, sih? Gue mau lewat. Kalian minggir!" ucap Zico lagi dengan sedikit menaikkan intonasi bicaranya.

"Nggak! Lagian masih ada jalan lain, ngapain harus lewat sini?" ucap Ilya. Dia berusaha kabur dari Jeje, tapi tak bisa. "Ish, lepasin, Je!"

JUST FAN [Spesial Timnas : Sutan Zico]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang