[1/2] As We Desired

376 62 33
                                    

"Dad, promise me don't make me fell off on the aisle," suara milik Auburn bergetar hebat.

Joongi mengangkat salah satu sudut bibir setelah si gadis merangkul lengannya kuat-kuat. "Tenang saja, Cupcake. Akan kupastikan kau terlihat bersinar saat di altar."

Deru napas milik Auburn semakin memburu, lantas tangan dinginnya diremas lembut oleh si ayah. Keduanya saling bertukar pandang, membuang beberapa detik hanya untuk berbagi senyum. "Ada apa?" tanya si gadis setelah senyuman milik si ayah tak bertahan lama.

"Tidak, ayah hanya ingin memastikan kembali, apa kau benar-benar sudah yakin dengan laki-laki yang kau pilih ini?"

Setelah melewati beribu matahari terbenam dan terbit bersama, Auburn yakin dengan pria pilihannya. Gadis itu tidak pernah berharap memiliki kisah cinta seindah cerita dongeng atau memiliki kisah cinta yang penuh tumpah darah atau cerita melankolis yang ia benci—maskaranya terlalu mahal hanya untuk menitikan air mata, lantaran bertemu seseorang di kampus dan hidup nyaman bersamanya saja sudah cukup.

Auburn kembali memberi senyum alih-laih menjawab.

Jantung Auburn bertalu hebat di ambang pintu gereja, tangannya meremas lengan milik Joongi kuat-kuat kala irisnya menemukan presensi lelaki yang akan menjadi slurpee dalam musim panasnya dan menjadi coklat panas di musim dinginnya. Kemudian segala rasa melebur jadi satu dalam debar dadanya; bahagia, syukur, terharu.

Ia mendambakan detik ini selama berbulan-bulan dan kalanya kakinya memijak karpet merah, membelah gereja dan sorotan mata teman-temannya, melepaskan tautan jemarinya dari sang ayah demi menggapai milik Jungkook; semua seperti fantasi yang membaur dan melebur lamban dalam kepala Auburn.

Bagi Auburn ini serasa tak nyata, seolah dunia di mana tempatnya hidup hanya sekadar mimpi, dan kini ia tengah berpijak dalam deretan kata dongeng-dongeng romantis. Namun kala vokal lembut milik Jungkook membasuh telinganya, ia tahu bahwa kisah mereka lebih manis dan magis; karena milik mereka nyata.

"To stand in this altar with you is the moment I am most grateful for because I love you, and I don't know how to love this compassionately and thoughtfully if it isn't you. With you I'll never forget the direction, the feel, the touch of home as you're my home at this point or the place across the horizon, at the top of Eiffel tower or at the stretch of grasses. I, Jeon Jungkook, take you as my wife, to have and to hold, in sickness and in health."

🌹

Jungkook membolak-balik beberapa novel di depannya. Lelaki tersebut dan istri barunya memang cukup suka membaca novel, mereka bahkan punya perpustakaan mini di rumah mereka untuk menuangkan rasa cinta yang mendalam pada barisan kata. Sejujurnya, ia sudah beberapa lama tidak update karena sempat disibukkan dengan urusan pernikahan dan merging firma tempatnya bekerja dengan firma lain, pun begitu juga dengan Auburn; jadilah kini kala merasa cukup luang, ia ingin menambal sudut di rak buku yang masih menyisakan ruang kosong.

Tiba-tiba earphone yang menyangkut di telinga kanannya berbunyi. Dengan hati-hati Jungkook menaruh tiga buku di sebuah rak asal-asalan sebelum menjawab panggilan lewat jam tangan.

"Hi." Suara manis yang ia puja-puja setiap hari menyembul. "Kau di mana?"

"Kenapa? Minta jemput?"

Auburn terkikik. "Kurang lebih seperti itulah. Aku baru sedang memesan pasta take-away di dekat firmamu, restoran Perancis yang itu. Sudah selesai bekerja 'kan?"

"Kenapa tidak bilang dari tadi? Kita bisa 'kan bisa makan bersama."

"Tidak usah, aku mau cepat-cepat pulang juga."

A Falsity Underneath the SecretWhere stories live. Discover now