Jaehyun tak bisa tidur. Ia hanya berguling dengan gelisah di kasurnya. Taeil yang tidur di ranjang di bawahnya beberapa kali menggumam tak jelas, mungkin ia sedang bermimpi. Jaehyun mendesah beberapa kali, berusaha memejamkan matanya entah untuk keberapa kalinya. Di luar, suara hujan deras terdengar diiringi petir dengan kilatnya yang sesekali menerangi kamar mereka yang gelap gulita.
Benar, ini sudah lewat tengah malam. Seharusnya Jaehyun juga sudah tidur, apalagi besok ia masih harus sekolah. Tapi tetap saja, berapa kalipun ia berusaha memejamkan matanya, tetap saja itu tidak berhasil. Ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang. Ah, atau mungkin ini hanya perasaannya saja?
Haruskah ia membangunkan Jungwoo dan minta untuk dihipnotis saja agar bisa lekas tertidur? Ia tahu peraturan di kediaman ini, mereka tak boleh saling menggunakan kekuatannya secara sengaja pada satu sama lain, tapi tetap saja, Jaehyun benar-benar butuh tidur sekarang juga.
Mungkin segelas susu hangat bisa membantunya agar cepat mengantuk?
Jaehyun memutuskan untuk turun dari bunk bed yang ia tempati dengan Taeil. Hyung-nya yang satu itu tertidur begitu pulas, bahkan gerakan Jaehyun yang menuruni kasurnya saja tak membuatnya bergerak sama sekali. Sama seperti Taeil, dua orang lainnya di bunk bed sebelah, Lucas dan Doyoung juga telah tertidur lelap. Dengan pelan-pelan Jaehyun meninggalkan kamar yang ia tempati bersama 3 orang lainnya itu.
Bertahun-tahun tinggal di rumah ini membuat Jaehyun sangat hapal akan denah bangunan ini, membuatnya tak perlu menyalakan lampu hanya untuk menuju ke dapur. Namun, yang membuatnya cukup heran adalah lampu dapur yang menyala ketika ia sampai.
"Seulgi bilang keadaan mereka cukup memprihatinkan."
Sebuah suara yang sangat dikenal Jaehyun, terdengar dari arah dapur. Suara Siwon, salah satu pengajar sekaligus pengasuh mereka di rumah ini. Siwon bagi mereka sudah seperti layaknya figur seorang ayah.
"Apakah Seulgi tak mengatakan apapun selain nama mereka?" Kali ini suara Irene, salah satu pengajar perempuan, yang terdengar menanggapi kata-kata Siwon. Bila Siwon adalah seorang figur ayah di akademi ini, maka Irene adalah figur seorang ibu yang selalu mengurus mereka dengan sabar dan telaten.
"Hyung, Noona," panggil Jaehyun. Ia menampakkan dirinya pada dua orang dewasa tersebut.
"Jaehyun-ah, mengapa kau belum tidur?" Kedua orang dewasa tersebut tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka melihat Jaehyun yang baru berumur 13 tahun di tengah malam begini belum tidur.
"Aku tak bisa tidur, aku ingin membuat susu hangat."
Irene dengan segera berdiri dari kursinya dan menghampiri Jaehyun. Ia membimbing anak lelaki itu duduk di kursi di sebelah Siwon. "Duduk saja, aku akan membuatkannya untukmu."
Jaehyun mengangguk sambil mengucapkan terima kasih. "Apakah kalian menunggu seseorang? Apakah akan ada anak baru yang datang?"
Siwon mengangguk dengan ragu. Ia membasahi bibirnya yang kering, tak ingin berbohong namun tak tahu juga harus menjelaskan bagaimana. Karena sejujurnya pun ia tak terlalu paham akan situasinya.
"Kau ingat Seulgi dan Chanyeol?" tanyanya. Jaehyun mengangguk, Seulgi adalah seorang wanita muda yang sesekali menyambangi kediaman mereka namun hanya sebentar, sementara Chanyeol adalah salah satu bekas murid Siwon yang dulunya juga pernah tinggal di kediaman ini. "Ia tiba-tiba menelepon dan mengatakan ada anak yang butuh tempat tinggal."
"Apakah kau akan menampungnya di sini?" tanya Jaehyun. Ia tiba-tiba merasa khawatir. Walaupun kediaman yang mereka miliki sangatlah besar, namun tetap saja, ada banyak anak-anak yang tinggal di sini. Jaehyun bukan salah satu anak yatim piatu yang diadopsi dan diurus di sini, ada 13 anak laki-laki lainnya yang tinggal di sini. Bila ditambah lagi, tidakkah nanti kediaman ini akan penuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seer
General FictionJaemin tak pernah menginginkan kemampuan yang dimilikinya sekarang, ia tak pernah memintanya. Namun mungkin, mungkin saja, ia memang ditakdirkan untuk hal-hal besar. Hal-hal besar dan berbahaya. *** Ini sebuah cerita tentang anak-anak yang memiliki...