Home

147 22 2
                                    

Canary Mansion.

Ya, itu adalah sebutan untuk sebuah rumah besar dan megah yang berada di pinggiran kota Seoul. Rumah bercat putih gading dengan halaman luas serta pagar besi tinggi yang mengitarinya itu, adalah tempat yang digunakan untuk menampung anak-anak spesial.

Spesial hanyalah sebutan halus untuk anak-anak yang lahir dengan special ability, atau istilah lainnya: anak-anak dengan kekuatan tertentu yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. 

Entah hal ini mulai terjadi sejak kapan, namun sekitar 20 tahun yang lalu, terjadi sebuah kecelakaan berupa ledakan nuklir di sebuah pusat penelitian di jantung kota Seoul. Meskipun efek ledakan tersebut tak seberapa, namun ledakan tersebut berhasil melepaskan radiasi dari sebuah zat misterius yang sedang diteliti di pusat pengembangan tersebut. Mulanya tak ada efek signifikan yang terlihat, orang-orang yang bekerja di lembaga penelitian serta penduduk yang tinggal di sekitarnya, masih beraktivitas seperti biasa. Mereka tak mengeluhkan sakit atau gejala lainnya. Namun, beberapa tahun setelahnya, mulai lahir anak-anak dengan kemampuan khusus yang sebelumnya tak pernah ada. Jumlah mereka tak banyak, namun tetap saja membuat orangtua atau orang-orang di sekitar mereka khawatir. Bagaimana kau bisa hidup tenang bila anak yang kau lahirnya tiba-tiba mengeluarkan api dari telapak tangannya dan membakar ranjangnya? Bagaimana kau bisa tenang bila anak yang kau gendong tiba-tiba menghilang dan muncul di ruangan sebelah?

Untuk itulah Canary Mansion ada.

Kediaman itu, yang mulanya adalah sebuah panti asuhan, entah bagaimana, mulai menampung anak-anak yang lahir dengan kemampuan spesial. Banyak dari mereka yang dititipkan oleh orangtuanya ke Canary Mansion, namun tak sedikit yang berasal dari panti asuhan lain. Di kediaman ini, mereka diajarkan untuk mengontrol kekuatan mereka agar tidak menyakiti diri mereka sendiri dan orang lain. 

Namun yang paling penting, kediaman ini memberikan kehangatan sebuah keluarga yang mungkin tidak didapatkan anak-anak itu dari rumah mereka atau tempat lainnya.

Kehangatan, setidaknya itulah yang dirasakan oleh Jeno sejak ia datang di kediaman ini, dua tahun lalu. Ia masih ingat hari dimana ia dan Jaemin dipindahkan dari panti asuhan tempat mereka selama itu tinggal. Itu hari terburuk dalam ingatan Jeno, mungkin juga bagi Jaemin.  Tapi sejak tinggal di kediaman ini, sejak saat Irene dan Siwon menyambut mereka dengan ramah dan tangan terbuka, Jeno bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki keluarga yang sebenarnya.

"Hyung, Chenle mengambil rotiku!" teriakan Jisung menggema di ruang makan tempat mereka sarapan. Jisung adalah anggota termuda di Canary, hanya terpaut 2 tahun dari Jeno. Ia datang tahun lalu, diantar oleh orangtuanya yang tak tahu apa yang harus mereka pada anak mereka yang tiba-tiba bisa mengambang di udara. Jisung, dengan segala kedewasaan yang tidak dimiliki oleh anak seusianya, bersedia tinggal dan dilatih di Canary. Ia tahu bahwa tinggal dengan orangtuanya hanya akan menyusahkan keluarga dan dirinya saja.

"Aku kan hanya minta sedikit saja, yak Park Jisung kau pelit sekali!" balas Chenle, yang tadi dilaporkan oleh Jisung. Chenle sendiri hanya setahun lebih tua dari Jisung.

Kegaduhan di meja makan adalah hal yang lumrah di kediaman ini. Bagaimana tidak, dengan 18 anak muda dan semuanya lelaki, hampir bisa dipastikan waktu makan bersama adalah saat yang tak pernah tenang. Di ujung meja ada Doyoung yang mulai mengusili Taeyong, dan di sudut meja yang lain ada Ten yang terkantuk-kantuk. Lucas dan Mark dengan penuh keusilan menaruh sobekan-sobekan kertas yang entah darimana mereka dapatkan ke rambut Ten. Tinggal tunggu waktu sampai Ten bangun, menyadari apa yang mereka berdua perbuat, dan mulai mengutuki keduanya. Jaehyun dan Jungwoo, duo anteng dan agak pemalas itu, makan dengan tenang di tengah keributan saudara-saudaranya.

"Oh tidak, Noona, aku kehilangan bukuku lagi! Kau tahu dimana aku menaruhnya?" pekik Haechan, seraya mengubek-ubek tas ranselnya. "Aish, kenapa aku selalu lupa sih?!"

"Yah, Haechan-ah, siapa yang suruh menaruh buku di atas kulkas, hah?" Irene menghampiri Haechan dengan membawa sebuah buku yang dicari-cari oleh anak lelaki itu. Satu tangannya lagi memegang sebuah mangkuk berisi sup. "Ada yang mau sup?"

"Noona, bukankah itu sup kemarin?" Renjun, yang duduk di samping Haechan, bertanya dengan heran.

"Hehehe, sudah kupanaskan lagi." Irene terkekeh. "Habis, aku kan membuatnya dengan susah payah, masak ini tak dihabiskan?" 

Renjun memberinya tatapan, 'aku tak habis pikir', tapi karena ini adalah Irene, seorang yang mengasuhnya sejak ia masih sangat kecil, maka ia hanya mengangguk-angguk dan mengedikkan bahu.

"Yah, Johnny, itu kaos kakiku, kenapa kau pakai?" teriakan Yuta menggema di seantero ruangan, sementara orang yang diteriaki hanya mengedik tak peduli dan melempar kaos kaki tersebut ke wajah Yuta, membuat Yuta mencak-mencak. 

"Sstt, berisik sekali kalian ini pagi-pagi!" Taeil, anggota Canary tertua, yang tahun ini berusia 18 tahun dan hampir lulus dari sekolah menengah, mendudukkan dirinya di salah satu kursi di dekat ujung meja.

"Yak, anak-anak, segera selesaikan waktu makan kalian dan berangkat sekolah." Siwon, yang dengan santainya memasuki ruangan, menepukkan tangan untuk mengambil alih perhatian mereka. Mereka semua yang masih berstatus sebagai pelajar, kecuali Taeil dan Johnny yang hanya tinggal menunggu hari kelulusan, dengan segera menyelesaikan makan mereka.

"Jeno," panggil Jaemin pelan. Jeno yang sedang menghabiskan nasinya, menoleh ke arah sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara itu. 

"Hmm?" tanyanya. Ia sibuk menghabiskan sarapannya hingga tak menyadari bahwa nasi di hadapan Jaemin sama sekali tak tersentuh. "Ya, kenapa kau belum memakannya? Kalau kita telat gara-gara kau, awas ya." Tentu saja ia tak benar-benar mengancam Jaemin.

"Jeno, ini hari apa?" Jaemin bertanya dengan ekspresi wajah kebingungan. Anak lelaki berusia dua belas tahun itu mengeryitkan dahinya, berusaha mengingat-ingat hari apa ini, namun nihil.

Jeno, yang paham dengan kondisi Jaemin, meraih tangan Jaemin dan menggenggamnya. "Nana, ini hari Senin, hari ini kita akan ada kelas olahraga, apa kau sudah mengemas baju olahragamu?" Dengan sabar ia bertanya. Jaemin menelengkan kepalanya, seperti berusaha mencerna kata-kata Jeno.

"Siwon-hyung," Jeno berusaha memanggil Siwon yang sedang mengobrol dengan kakak tertua mereka, Taeil, dan Johnny. Saat Siwon mengalihkan pandangannya ke Jeno, dengan segera ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Jeno padanya dan dengan wajah khawatir, bergerak menghampiri kedua anak lelaki tersebut.

Jeno baru saja akan mengatakan kekhawatirannya akan kondisi Jaemin ketika dari sudut matanya ia melihat tubuh Jaemin limbung, dan bila bukan karena refleksnya yang cepat, Jeno yakin kepala Jaemin akan terantuk meja kayu seketika saat anak itu kehilangan kesadarannya. Jeno menahan tubuh Jaemin yang lemas dan menahannya agar tidak merosot dari kursinya.

"Oh, tidak, Jaemin," Siwon mendesah keras ketika menghampiri mereka. Dengan sigap ia mengangkat Jaemin yang sudah tak sadarkan diri dan membopongnya. Melihat Jaemin yang hilang kesadaran, semua anak di meja makan menghentikan kegiatannya dan langsung terdiam. Dengan tatapan khawatir namun terlihat terbiasa dengan kejadian tersebut, mereka melihat Siwon membawa tubuh Jaemin ke kamarnya. 

"Bolehkah aku tidak masuk sekolah hari ini?" pinta Jeno pada Irene. Matanya nanar memandang punggung Siwon yang menaiki tangga dengan Jaemin dalam dekapannya. Ia tidak bisa tidak khawatir pada Jaemin, seberapa seringnya kemampuannya menyebabkan Jaemin hilang kesadaran.

Irene hanya mendesah dengan nafas berat. Ia tahu, tak ada yang bisa ia perbuat untuk memaksa Jeno berangkat sekolah. Dengan berat hati ia mengangguk dan memaksakan senyuman. 

Begitu mendapat persetujuan dari Irene, dengan bergegas ia meninggalkan meja makan dan pergi ke arah kamar yang ia tempati bersama Jaemin, Haechan, dan Renjun.

***

Halo kawan-kawan, perkenalkan, aku pemula di wattpad ini. Baru sekali ini nyoba untuk bikin cerita setelah sebelumnya lama jadi reader aja. 

Ini ceritanya tentang NCT ya, tapi setingnya semacam campuran antara X-Men dan Alice Academy. Pokoknya tentang anak-anak yang punya kemampuan spesial gitu lah. Update belum tentu rutin, cuma aku usahain biar setidaknya seminggu sekali ada chapter baru. 

Next chapter akan dibahas lebih detail tentang kemampuan spesial mereka masing-masing. Jangan lupa vote dan tinggalkan komen yaa... terima kasih. 

The SeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang