05. Indomaret dan simpangan

9 4 2
                                    


"MAH ROTI AMI MANA??" Teriak Ayumi dari dapur. Gadis itu memandang laci khusus persediaan roti cokelat kesukaannya yang kosong melompong.

"Di laci biasa!" Sahut sang mamah yang sedang menonton sinetron dari ruang tv.

"Gak ada Mah!" Kata Ayumi setengah berteriak. Masih mencari roti namun nihil, lacinya benar-benar kosong.

"Ya berarti abis dek." Sang mamah berkata santai masih fokus pada layar tv.

Ayumi mencuatkan bibir, menutup laci sedikit kesal. Dengan malas gadis itu berjalan melewati ruang tv dimana sang mamah berada.

"Tadi mamah lupa beli. Besok deh mamah beliin." Bujuk sang mama yang melihat raut cemberut anak bungsunya.

Namun tak di gubris oleh Ayumi, gadis itu terus berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Setelah mengenakan cardigan, Ayumi menyambar hp dan dompetnya lalu kembali turun kebawah.

"Mau kemana dek?" Tanya sang Mamah saat Ayumi melewati ruang tv.

"Mau ke Indomaret depan Mah, beli roti," Jawab Ayumi. "Mamah mau nitip?"

Mamah Ayumi menggeleng. "Mau Mamah anter?"

"Gausah Ma, deket ini. Ami juga paling sebentar."

"Yaudah hati-hati."

Ayumi mengangguk ringan lalu pamit.

----

"Tuhan ikhlaskan haa..tiku tuk bisa melepasnya..... Karena ku masih saa...ngat mencintai dirinya..... UWOOO.... AYE AYEE!!" Ayumi menyanyikan sepenggal lagu dari penyanyi yang sedang naek daun Via Vallen yang ia dengarkan melalui earphone, walau akhirnya jadi heboh sendiri.

Jalanan dikompleks nya mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Jadi untuk menghilangkan rasa takut ia memutuskan untuk bernyanyi. Tak sadar bahwa suaranya itu mengganggu ketentraman dan kemaslahatan penghuni kompleks lain.

"Pedih banget nih lagu, kek nasib gue." Celetuknya yang kemudian jadi murung.

Tapi tak bertahan lama, karena setelahnya ia kembali menyanyikan lagu dengan nada awut-awutan sesuka hati.

Terus seperti itu hingga ia sampai di depan Indomaret yang dimaksud. Ayumi memelankan suaranya jadi bersenandung kecil, meski begitu tetap saja tak enak didengar.

Ayumi mendorong pintu kaca yang ada tulisan 'tarik' di depannya. Gadis itu mengeryit, saat melihat sesosok pemuda yang sudah familiar dimatanya sedang menggoda mbak penjaga kasir Indomaret.

Mata sipitnya semakin menyipit membentuk garis, Ayumi memicingkan matanya lalu menggerakkannya naik turun. Men-scan dari ujung kepala sampai ujung kaki pemuda yang kini berdiri membelakanginya. Memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.

"Mau sekalian isi pulsanya mas?" Tanya si mbak kasir sambil tersenyum, mencoba terlihat seramah mungkin.

"Isi hati mbaknya aja boleh?" Gombal Jovian menggerlingkan mata nakal.

Mbak kasirnya hanya tersenyum singkat, jelas sekali itu senyum terpaksa.

Ayumi berdecih. Tangannya gatal, untuk tidak menabok kepala pemuda itu dari belakang.
"He serbet dapur! Sadar diri dikit kek lo. Itu mbaknya udah eneg sama lo." Cibir Ayumi pedas.

Pemuda yang tak lain adalah Jovian itu menolehkan kepala. Mengumpat, mendelik pada Ayumi. "Apasih lo biji cabe! Tiba-tiba nongol. Ganggu aja."

"Mbak maaf ya, piaraan saya emang suka gitu." Ucapnya tanpa menggubris protesan Jovian yang sudah misuh-misuh memaki Ayumi. "Nanti kalo digodain lagi pukul aja mbak gausah segan. Saya ikhlas kok."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang