The Art of Apologizing

174 13 0
                                    

PERHATIAN

Sudah baca part sebelumnya di akun @jamalenda yang judulnya F*ck You, Old Geezer? 

Kalau gitu, lanjut baca part ini.

***

Dasar cecunguk lamban!

Aku membalik tubuhku dan melakukan tendangan yang tepat mengenai rahang salah satu dari empat mayat hidup pengepungku. Zombie itu mengerang dan jatuh berdebam di tanah. Aku melanjutkannya dengan menjejakkan alas jungle boots ke wajahnya sampai hancur berantakan. Back in the army, aku sangat mahir kick boxing. Aku berlatih disasana hampir setiap sore sepulang dinas, Felix yang menjadi sparing partnerku dan ia selalu mengatakan aku semakin kuat setiap hari.

Bahuku tertembak di Irak tahun lalu, membuatku cedera cukup lama hingga akhirnya bisa pulih kembali setelah berbagai terapi. Aku bertemu Felix di terapi itu. Pria paling tampan dengan mata biru terindah yang pernah kulihat seumur hidupku. Felix lima tahun lebih muda dariku, kakinya cedera ringan saat underwater explosive training di Crescent Harbor. Kami jatuh cinta dan menjadi sepasang kekasih, our sex life was wonderful meski kami jarang bertemu. Dua minggu yang lalu seharusnya menjadi minggu pertama kami bersama karena pengajuan cutinya diterima. Oh. Felix! Kalau saat ini kami masih berdua, aku tidak akan menghadapi sekawanan zombie sementara satu-satunya manusia yang sama warasnya denganku cuma melongo.

Setelah aku memintanya telanjang, anak itu jadi delusional. Dasar anak-anak dunia maya! Pikiran mereka sempit dan tolol. Aku memintanya telanjang untuk memeriksa kebersihan tubuhnya, memangnya buat apa lagi? Dia pasti berpikiran aku cabul, sampai harus berteriak-teriak histeris seperti itu. Kalaupun dia gay terakhir di bumi, aku tidak akan memaksanya kalau dia tidak mau. Dia biasa saja, bukan jenis yang akan membuatku memaksakan diriku padanya. Dia terlalu kurus, aku bisa menghancurkan tulang ekornya sekali dobrak. Belum lagi lengannya yang ramping, dadanya yang pucat, abdomennya yang tidak punya otot sama sekali. Pantatnya tepos. Bibirnya terlihat lembut... matanya... indah. Bening dan--- tunggu!

What the fūck am i doing?

"What are you trying to kill me?" teriakku padanya.

Dia diam saja melihatku dikepung sekawanan zombie, padahal aku baru saja menyerahkan Bareta M9 padanya!

Aku menggunakan kepala zombie pertama tadi untuk pijakan tendanganku yang ke dua. Sayang hanya mengenai bahu dan membuatnya jatuh terseret beberapa meter saja di tanah, sementara dua mayat hidup lagi sudah terlalu dekat untuk kutendang. Aku merancang kuda-kuda meski aku tahu aku tidak mungkin menggunakan pukulan. Tanganku tidak memakai pelindung. Aku tidak mungkin mengambil resiko pukulanku mengenai gigi busuk mereka dan merobek kulitku.

Zombie ketiga berdiri. Aku mundur.

Mereka mulai mengaum, menggertakkan rahang dan mengancam. Zombie yang baru saja bangkit dari tendanganku itu sepertinya tampak lebih geram daripada dua yang lainnya. Memangnya mereka masih bisa merasakan jengkel? Well yeah... sepertinya begitu. Aku menelan ludah, kakiku bergerak mundur sekarang. Oh tidak. Aku mati. Dia melompat sangat tinggi kearahku, aku menjerit melindungi wajahku dengan kedua lenganku sendiri. Kemudian Bang! Terdengar letupan senapan dan makhluk itu tidak pernah menyentuhku.

Zoe akhirnya menarik pelatuk Baretta M9-nya.

Aku mendengus lega sesaat, sementara kulihat Zoe masih gemetar sambil menggenggam pistol dengan kedua tangannya. Dua zombie yang semula berniat menyerangku kini beralih padanya. Rupanya mereka lebih tertarik pada suara selain pada bau-bauan, sebab mata mereka kemungkinan sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Aku berlari sekuat mungkin menuju Hummerku disamping gas station. Mengambil Angelina Jolie dengan cepat, mengarahkannya pada salah satu Zombie dan mengenai tepat di tempurung kepala bagian belakang. One down, Sergeant. Satu lagi menyusul.

Run Baby Run (Jack)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang