Matahari sangat terik siang ini. Kelas 12 IPA1 tengah mendengarkan penjelasan dari guru kimia mereka bu Okta. Hal ini berimbas pada Arthi yang tengah banyak pikiran.
"Arthi, kamu sakit?" Tanya Bu Okta, menatap siswa andalannya itu. "Ibu lihat kamu tidak fokus mendengarkan penjelasan ibu, kamu sedang sakit?"
Arthi menggeleng. "Tidak bu. Tapi, boleh saya izin ke toilet sebentar?"
"Silahkan."
Arthi beranjak pergi ke toilet. Ia membasuh wajahnya berulang-ulang kali, pikirannya kacau. Sejak pagi tadi Agatha tak ada menyapa nya. Sedangkan Arthi? Seperti biasa. Ia tak akan bicara jika orang lain tak mengajaknya bicara, kecuali Raya dan Erlan.
Setelah merasa cukup segar, Arthi kembali ke kelasnya.
"Lain kali, kamu harus fokus Arthi, ingat olimpiade di jerman sebentar lagi," Peringat Bu Okta, saat arthi kembali duduk di tempatnya.
"Lo lagi ada masalah ar?" Tanya Raya.
Arthi menggeleng, entah kenapa kali ini ia tak ingin bercerita pada Raya.
❤
"Lo marah sama Arthi, tha? Kan bukan salah dia."
"Engga lin, cuma... " Agatha menatap kosong kearah lapangan basket.
"Cuma?" Seling mengangkat sebelah alisnya.
"Setiap gue liat Arthi, gue merasa gak bersyukur terhadap apa yang gue punya, gue iri sama Arthi."
Selin mengangguk-angguk mendengar jawaban Agatha.
"Woy lo bedua! Bolos gak ngajak-ngajak." suara itu, membuat Agatha dan selin sontak menatap si pemilik.
"Ngagetin aja lo mar!" Sungut Selin. Gadis itu takut jika guru mendengar suara ribut mereka diatap, karena mereka berdua sudah bolos dua mata pelajaran sejak pagi tadi.
"Tumben lo sekolah mar," Tegur Agath.
"Ga ada pemotretan hari ini. Lo berdua ngomongin apa? Kasih tau dong."
Agatha dan Selin saling tatap, kemudian mereka terkekeh.
"Ga ada aja ko mar, biasa." Jawab Agatha.
"Cowok mar." Sahut Selin, membuat Agatha melotot kearahnya.
"Ooh." Amara mengangguk. "Eh, lo berdua tau ga... "
"Engaa." Potong Agatha dan Selin.
"ihhh, gue kan belum selesai ngomong," Sungut Amara, Agatha dan Selin kembali terkekeh.
"Temen laknat. Gue nih lagi sedih, masa Angkasa jalan sama cewek."
"Apa...?" Ucap Agatha dan Selin ternganga.
"Serius lo, mar?" Agatha tak percaya.
"Angkasa, si lesbi itu jalan sama cewek?" Mata Selin membulat. "Awww, sakit pala gue."
Amara baru saja menjitak kepala Selin. "Angkasa itu bukan lesbi, lin."
"Habisnya, dia alergi cewek sih," bantah Selin. Agatha terkekeh melihat tingkah dua sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthila dan Agatha
Teen Fiction"Hanya untuk almarhumah bunda..." -Arthila "Kenapa aku tak bisa seperti dia ayah..." -Agatha