I. A

1.3K 116 25
                                    

Afeksi

"These violent delights have violent ends
And in their triump die, like fire and powder
Which, as they kiss, consume."

William Shakespeare, Romeo & Juliet

***

Taehyung heran. Dari sekian banyak film mengenai afeksi, mengapa juga Seokjin harus memilih Romeo dan Juliet?

Heningnya perpustakaan tak membuat kepala Taehyung sediam tengah malam. Otak kecil itu masih tetap meributkan subjek yang sama sejak tiga jam lalu. Serius deh, delikan sinis dari kanan kiri, tidak membuat ia berhenti mencoba memanggil Seokjin. Sementara sang empu malah tenggelam dalam komik sembari tertawa kecil.

Untungnya mereka berdua duduk jauh atas pandangan galak milik penjaga perpus. (Manusia paling killer di dunia kalau menurut kamus hidup Seokjin. Apalagi jika matanya sudah melotot dan saat mulut berkata hah, sumpah, napasnya sebau popok bayi setelah terkena itu lhoo...)

"Sst, Seokjin! Seokjin!" Panggil Taehyung dengan penuh penekanan. (Yang didapat bukan respons Seokjin, namun, satu omelan kesal dari arah kanan rak buku, Kim Taehyung!)

"Seokjin! Seokjin! HEI!"

Dan, lagi-lagi, hampir seluruh pandangan mata, mulai dari yang membaca novel di sudut kiri, mencari buku di antara rak-rak atau sekadar duduk diam mengerjakan soal-soal sekolah, memberikan atensi dengan pandangan kekesalan. "Maaf," akhirnya Taehyung mencicit dibarengi oleh dua jari terangkat ke atas.

"Kenapa sih?" Oh my, Seokjin setelah sekian lama, terbangun dari komik genggamannya. Memberikan satu tatapan melotot, tetapi persis hamster milik Taehyung, bulat, jernih dan cantik. (Lupakan yang terakhir ya.)

"Dari tadi aku manggil tahu," tandas Taehyung seketika. Emosi juga kan jadinya, padahal niat tadi untuk berkata baik-baik, secara lembut.

"Jadi kenapa?" Seokjin kemudian meletakkan komiknya di meja kayu. Posisi duduk mereka bersebrangan, berada di paling ujung kanan, sementara kursi lain terisi oleh siswa kelas tiga. (Terlihat seberapa seriusnya mereka mengerjakan soal-soal dengan tumpukan buku di sekitaran.)

"Kenapa harus Romeo & Juliet sih? Serius, Seokjin," Taehyung langsung balas bertanya.

Jari telunjuk Seokjin ditaruhnya pada dahi pojok kanan dilengkapi siku tertanam di meja. "Hmm, ya, kenapa engga?"

Taehyung mendesis perlahan. "Kan banyak film lain, harus banget Romeo & Juliet?"

"Harus," Seokjin menjawab sembari mencerminkan tampang serius. (Membesarkan mata, supaya dianggap tak main-main, malah membuat jantung Taehyung berdesir. Belum lagi, dirinya mencoba membuat seringai yang demi apapun, malah membikin mukanya semakin gemas.)

"Seokjin-ah, ganti ya? Ayolah," giliran Taehyung yang merajuk. Padahal hari ini, hari rabu, seharusnya kan waktunya Seokjin. (Oh iya, mereka itu punya jadwal untuk merajuk, marah dan menangis! Hari senin, Seokjin. Selasa, Taehyung, selanjutnya ya, bergilir begitu terus.)

Telunjuk kanan Seokjin terlalun dari arah kanan dan kiri sebagai sebuah balasan. "Kamu melanggar rules! Sekarang kan jadwal milikku!"

"Habis ...," bibir Taehyung tercebik ke bawah, memancing Seokjin untuk berdecih. Matanya membulat, tak percaya bahwa ini manusia yang sama kemarin malam. (Rahasia saja ya, Taehyung mencium Seokjin sehaus di gurun sahara. Ingat lho, ini rahasia!)

"Memangnya kenapa dengan Romeo & Juliet? Kayaknya kamu benar-benar tak suka," satu alis Seokjin terangkat kemudian.

Kerucutan Taehyung malah semakin membesar. Ew. "Soalnya mereka tolol. Inilah kenapa pentingnya komunikasi antara pasangan. Emangnya kamu mau berakhir mati sia-sia? Serius, bukannya terlihat romantis, malah keliatan tolol."

"Hei, kamu malah bikin banyak gadis menangis tahu!" Taehyung ini membuat nyanyian burung merdu berhenti seketika di kepala Seokjin. Tetapi, diam-diam kuluman senyum tertampil di muka. Diangkat dagunya ke atas, lalu berkata, "terus yang engga tolol, yang kayak gimana?"

Ditanya begitu, membikin semangat di raga Taehyung makin mengebu-gebu. "Ya, gimana pun situasinya, komunikasi itu penting. Emangnya pasanganmu itu cenayang, yang bisa ngerti tanpa bilang?" Ia menghela napasnya pelan. "Please, Seokjin, ganti ya? Hmm, Sayang?"

Niat Seokjin tadinya menguarkan tawa setelah misi terjalankan. Tapi, semu rona malah terhias di pipi. Membikin kalimat dikeluarkan secara pelan dan perlahan, tetapi alih-alih, tertangkap malu, di telinga Taehyung malah lain. "Sebenernya, sengaja. Aku sengaja milih film yang kamu gak suka. Soalnya liat kamu argumen gini, keliatan ganteng. Seksi."

Tahu kan muka Blank Taehyung? Mulut menganga selebar bulan, mata tak fokus, membuat ia tidak keliatan ganteng dan seksi lagi!

"Oh iya, omong-omong, lebih tolol mana? Romeo & Juliet, atau Taehyung yang rela nonton film bareng pacar, padahal gak suka?"

Seokjin pun tersenyum simpul penuh kemenangan.

fin.

Elok SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang