Bus
"If you want reality, take the bus."
David LaChapelle.
***
Bagai cercah matahari di pagi hari, Seokjin datang ke kehidupan Taehyung dengan angkuhnya. (Hangat sekaligus menantang.)
Sebatas duduk di sebelah Taehyung sembari bergumam pendek. Apa ya tadi katanya? Ikut? Dia langsung menggeleng, tidak mau ambil pusing, toh ini memang bus umum, jadi ya, siapa pun bisa mengisi kursi kosong di mana pun, asal membayar. Kemudian, senandung kecil terlalun senyap-senyap.
Membikin Taehyung menoleh dari jendela menuju sumber suara. Mulut manusia di sampingnya bergerak-gerak, melantunkan lagu secara perlahan-lahan. Earphone yang menyangkut di telinga dibetulkan tangan seraya mengusap surai hitamnya pelan. Matanya tertutup dalam-dalam seakan-akan ikut terbawa oleh entah apa makna isi lagu.
Tak tahu aksi apa yang terwujud, Taehyung ikut-ikutan menutup mata sembari mendengarkan dengan seksama. Lagu apa, lagu apa, lagu apa? Pertanyaan itu berangsur secara berulang-ulang. Alhasil, kerutan di dahi tertampil nyata.
Tiba-tiba saja, suara itu terhenti. Iris Taehyung langsung mengerjap, membuka, lalu, menoleh pada samping kanan.
Dan, tanpa diduga, netra sejernih lautan lepas, memandangnya lamat-lamat. Mengungkapkan cerita yang tak bisa diungkap. Di detik itu pula, ia menangis. Air matanya jauh begitu saja tepat di hadapan Taehyung. Meski terdengar mengerikan, tapi, maaf, ia terlihat begitu cantik saat bulir air mengalir padahal angin sedang bermain.
"Eh?" Otak Taehyung mulai berfungsi beberapa detik kemudian. "Pacarmu selingkuh ya?" DENG! Tangan kanan menepuk dahi sepersekian detik setelah omongan menguar. Maksud Taehyung tadinya menanyakan apa dia baik-baik saja. Serius, sumpah!
Jelas saja, reaksinya memberengut. "Marah ya? Maaf," Taehyung mulai bertutur secara gugup. Terlihat dari sebelah bibir tergigit oleh gigi.
Alih-alih menjawab, ia memalingkan muka ke arah depan. Padahal, ya, Taehyung lebih tampan tuh dibanding manusia di hadapan mereka, apalagi yang terlihat dari sudut pandang mereka itu ketek baunya.
Taehyung jadi mual seketika, mana manusia tadi mulai mendekat ke arah mereka. (Bergeser menjadi selaras di samping Seokjin. Benar-benar mendekat!) Ampun, bulu keteknya benar-benar panjang melambai, hitam, keriting dan ...,
Tanpa perlu diberi apa-apa, kepalan tangan Taehyung beranjak menuju sebelah kiri kepala Seokjin. Menangkapnya erat-erat, lalu, menyandarkan kepala menuju bahu miliknya sendiri. "Sst, diam dulu. Sedang dalam misi rahasia," ucap Taehyung dengan suara rendah berserta berat, tepat di samping telinga.
Sementara pemuda yang berada dalam dekapan membola. Siapa yang tidak terkejut dipeluk secara tiba-tiba? Oleh manusia asing pula. Raganya tentu meronta, tetapi didapat badan malah semakin terpenjara. "Bernyanyi lagi, supaya misiku dilaksanakan dengan semangat!" Taehyung berceloteh sembari tersenyum bodoh. (Tahu kan senyuman berbentuk kotak miliknya?)
"Ini sebuah ancaman?" Akhirnya, Seokjin melirih.
"Eh? Ini tuh misi! Misi rahasia!" Taehyung memilih berbisik. Mendekap Seokjin semakin erat terlebih dahulu, sebelum mendekatkan badan ke arah telinga.
("Anak muda zaman sekarang, memang tidak tahu tempat!")
Taehyung menyengir, terkekeh kecil setelahnya. "Kita dianggap berbuat mesum tuh, aku harus bagaimana?"
"Melepaskanku," lirih Seokjin seketika.
Alis Taehyung bereaksi, mengangkat satu, menukik, sebagai tanda sebuah penolakan. "Eh? Tidak! Itu dapat merusak misi! Ganti, Roger! Ganti!" Omong-omong, ia masih membisik. Diletakkan mulut sekitar tujuh sampai delapan centimeter dari gendang telinga Seokjin, kalau kalau dirinya perlu berkata lagi nanti. Tetapi, menjauh setelah beberapa detik bergulir, demi melihat wajah objek dalam pelukan secara lebih jelas.
Surainya berwarna hitam legam, pekat. Dilihat begitu, membuat jemari Taehyung bergerak tanpa sadar. Permukaannya halus ternyata, sehalus selimut buatan nenek. Turun ke bawah, bertemulah dengan wajah ... bagaimana ya ia menjelaskannya? Yang tertangkap retina cuma sebelah bibir bagian kanan, satu mata dan pipi tirus tertangkup di dada miliknya.
Sensasi dari acara observasi tadi malah membuat desiran dalam dada menguat.
Seragam yang dikenakan Seokjin tentu menarik perhatian. Apalagi, terasa begitu familiar di memori Taehyung. Sampai satu ingatan membawa pada satu pertanyaan retorik."Ugh, ternyata siswa sekolah sebrang ya?"
Seokjin masih bergeming. Tidak mau menjawab barang sepatah kata pun, tetapi rontaan raga sudah berhenti sejak beberapa menit lalu. Persis saat, bus terhenti, pemuda ketek bau pun turun sementara Taehyung menjulurkan lidah sembari membikin gerakan mual yang dibuat-buat.
Dilepaskanlah Seokjin secara perlahan. "Misi berhasil!" Senyuman di wajah Taehyung terpoles dengan lebar dan tulusnya. Mirip selayaknya, anak kecil yang mendapat hadiah saat natal.
Taehyung pikir, Seokjin akan marah atau minimal memaki-maki sumpah serapah. Walau ya, tidak tahu saja, ia kan sedang melindunginya. Tetapi, yang ada malah didapatkan tatapan iris setenang heningnya malam. "Misi?" Dirinya bergumam dalam tanya.
"Iya misi!" Taehyung berniat menjelaskan dengan suara mengebu. "Melindungi seorang malaikat," cetusnya, begitu saja, dilengkapi senyuman super idiot. (Eh, tidak, tampan.)
Kebingungan Seokjin bukannya semakin terhilangkan, beranjak menjadi sebaliknya. "Aku?"
"Yap. Yap. Kamu cantik, mirip malaikat." Kekehan kecil menutup jawaban polos Taehyung.
Jawaban tadi jelas membuat Seokjin tercengang. Mendapat pujian secara frontal dari manusia asing, jujur saja, membuat perasaannya campur aduk. Tetapi, pada akhirnya senyum tipis terurai tanpa cela. "Mana ada, malaikat yang ingin mati ...," dirinya menjeda kalimat sembari membaca nametag di dada kiri. "Kim Taehyung."
fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elok Senja
FanfictionSelayaknya elok senja yang tertata, Taehyung mencintai Seokjin seindah kemarin sore. [SHORT FIC/KOMPILASI TAEJIN FANFICTION]