III.C

511 70 7
                                    

Ciuman?

"The sunlight clasps the earth, and the moonbeams kiss the sea: what are all these kissings worth, if thou kiss not me?"

Percy Bysshe Shelley

***

Duh, Taehyung pernah berpikir, eh, atau barang kali terbesit satu pikiran, ya, intinya bahwa mencium Seokjin adalah salah satu hal termudah di dunia.

Nyatanya, tidak.

Sama sekali tidak mudah. Lebih baik disuruh push rank sampai pagi dari pada harus menghadapi Seokjin dengan keadaan yang jauh, sangat jauh dari kata baik. Belum lagi, bibirnya cenderung berwarna merah kemudaan berbicara cepat sembari melantunkan desahan manis.

Eh atau tidak.

Realitanya, saat ini, Seokjin sedang memaki-maki Kim Taehyung dengan kekesalan tingkat tinggi. Diberi naskah teater, tetapi Taehyung malah terbengong sendiri. Siapa juga yang tidak dipenuhi emosi tak karuan? (Oh iya, jangan ungkit, soal kemarin juga, malah membuat singa dalam diri Seokjin semakin mengamuk. Pasalnya, seharusnya, adegan klise romansa terjadi di dekat perpus. Namun, alih-alih menangkap tubuh, Taehyung langsung blank, membiarkan Seokjin terjatuh dengan rona merah di pipi.)

"... Kim Taehyung!" Untunglah, ruangan teater sudah sepi manusia. Cuma sekedar ada Seokjin dan Taehyung dilengkapi hewan-hewan kecil macam tikus atau kecoak, penonton drama picisan beberapa menit kemudian.

"Nggh?" Taehyung masih saja konsisten. Memasang muka menganga sekaligus terpana. Duh.

Seokjin mendengus seketika. Tadi, ia harusnya berteriak saja di depan muka Taehyung sekalian. "YAK! Kim Taehyung, kamu dengar tidak sih?" Kedua tangan sudah terlipat di dada, sementara alis muka ditekan sampai menukik, agar manusia di hadapannya ini paham, kekesalan telah memuncak ke titik kulminasi.

"Nggh?" Lagi-lagi, Taehyung tergugu pada apa yang tak Seokjin pahami. Bibir merah muda milik Kim Seokjin membikin otak Taehyung konslet, terkena aliran cinta!

"Apa sih susahnya, setelah membaca dialog yang ini nih," Seokjin berucap seraya menunjuk salah satu kalimat pada naskah. "kamu tinggal mendekat ke arahku, tempel bibir. Selesai." Hei, tidak ada yang salah dari omongan Seokjin. Toh, keduanya sudah tergolong senior dalam dunia panggung sandiwara ini. Tak ada yang aneh dari raup-meraup bibir di depan banyaknya penonton.

Tebak apa yang Taehyung katakan setelahnya? Iya, benar, hatrick! Nggh? lagi terucap dari mulut. Sementara air liur mengalir dari sudut kiri bibir. Ya ampun, serius, Seokjin jadi merinding sendiri melihat pemandangan ini. "Masa perlu kuberi trial biar paham bagaimana adegannya?"

Mendengar kata trial terbuang ke udara, gendang telinga Taehyung mengirim sinyal ke otak kuat-kuat. Seluruh sel-sel sambungan di dalamnya, mengalirkan gerakan membuat mulut berbicara setelahnya. "Eh, jadi ada trial? Okay, kalau bisa dilakukan tiga hari sekali saja? Eh, tidak, lima kali sehari juga boleh. Nanti kita lakukan di taman, sudut perpus, di tangga pojok, di kolom renang juga harus dicoba! Kamu mau ciuman yang kayak gimana? Menantang, lembut atau panas? Katanya, ciuman di tengah hujan juga enak. Hari ini mau dilakukan di mana? Di kamarku mau? Sambil menonton film?" Seokjin terguncang seketika, membeku tanpa tahu harus apa. Taehyung bisa berbicara selancar ini setelah ditawarkan percobaan ciuman olehnya? Pening di kepala langsung menguncang tanpa ampun.

"Hei, Seokjin, kok diam saja? Oh, atau ciuman sekarang juga? Sini, mendekat."

Iya, soalnya mencium Kim Seokjin, menurut Kim Taehyung, bukanlah hal mudah. Iya, bukan hal mudah untuk ditolak.

fin.

Elok SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang