1 Januari 2004
Suara petir yang terdengar keras di luar rumah tua itu membuat Emma Andini meringis ketakutan. Tidak ada orang disana untuk menolong Emma. Dia tetap duduk dengan kedua lutut terlipat di depan dadanya sambil berharap orang itu tidak menemukannya bersembunyi di bawah meja tua ini.
Suara langkah kaki perlahan terdengar mendekati ruangan tempat Emma bersembunyi. Dibukalah gagang pintu ruangan tersebut.
Kritt...
Pintu itu perlahan terbuka. Emma semakin merasa ketakutan. Keringat dingin yang keluar dari tubuhnya menambah dingin hawa disana.
"Dimana kamu sembunyi,sayang?"
Panggilan orang itu membuat tubuh Emma gemetaran. Dia takut orang itu akan menemukannya. Oh sial!. Karena ketakutan, Emma bergerak mundur hingga menggeser vas disampingnya.
"Ah. Akhirnya ketemu. Sekarang kemana lagi kamu akan pergi hm?"
Plakk...
Tak sempat melawan, tamparan keras mendarat tepat di pipi kanannya hingga menyisakan bekas memar. Seketika Emma langsung memegangi pipinya yang terasa panas. Air mata membasahi pelupuk mata hazelnya.
------------------
INI PERTAMA KALI SAYA BUAT CERITA.
•
SEMOGA KALIAN MENYUKAINYA.
•
MOHON MAAF APABILA ADA KESALAHAN.
•
TERIMAKASIH!
KAMU SEDANG MEMBACA
Argon
Teen Fiction"Saat hujan tak kunjung henti. Saat petir tak kunjung pergi. Saat pelangi tak muncul lagi. Saat itu juga aku selalu menemani." -Argon