4. Misi Rahasia

341 87 42
                                    

"Akkkkk" Teriak Han dalam tidurnya.

Mimpi itu kembali lagi setelah sekian lama. Sangat menyesakkan. Kejadian tragis yang benar-benar terjadi di depan mata kepala Han sendiri. Suara klakson mobil berdengung di kepalanya. Kenangan masa lalu yang menyakitkan itu terkilas balik. Kenangan tentang seorang wanita yang tersenyum kepadanya sebelum akhirnya tubuh wanita itu terpelanting karena kencangnya sebuah mobil sedan yang melaju ke arahnya. Ya, itu ibunya. Tidak butuh waktu lama sampai darah menggenang di atas aspal itu. Dan entah kenapa bau darahnya seperti tercium kembali.

Di mimpi itu, ia berdiri di trotoar melihat kejadian itu. Lututnya seketika lemas. Tubuhnya terjatuh di pinggir jalan. Detik berikutnya beberapa orang mendekat untuk melihat kecelakaan tersebut. Setelah itu semuanya gelap. Hal yang dia ingat jelas adalah seseorang yang turun dari kursi penumpang mobil sedan tersebut. Itu adalah seseorang yang ia kenal.

"Hahhhh" Han terbangun dari mimpinya. Tubuhnya gemetar. Jantungnya berdegup kencang. Keringat bercucuran di pelipisnya. Napasnya sesak mengingat semua kejadian itu. Kedua tangannya menjambaki rambutnya. Kepalanya pusing karena kenangan itu tiba-tiba terkilas dengan sangat jelas. Sebuah memori yang selama 5 tahun terakhir menghuni sudut pikirannya.

Ia mengatur napasnya, menenangkan diri. Ia turun dari ranjangnya dan melangkah menuju balkon apartemennya untuk menghirup udara segar. Tangannya bertumpu pada pagar di depan balkon itu. Dilihatnya pemandangan ibu kota yang sangat terang pada dini hari. Han bingung dengan mimpi yang tiba-tiba datang itu. Mungkin karena ia kembali ke Jakarta sehingga segala kenangan masa lalu yang terjadi di kota ini muncul kembali.

Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Rasa bersalah kembali menghantuinya.

Ia kembali memasuki apartemennya. Membuka sebuah ruangan rahasia yang berada dibalik lemari. Foto orang-orang yang diduga sebagai dalang di balik tragedi kematian ibunya tertempel di sebuah kaca. Pikirannya tiba-tiba melayang pada hari saat tragedi itu terjadi.

Flashback On

"Kecelakaan karena kelalaian?" Tanya Han pada wanita di hadapannya.

Wanita itu mengangguk. "Polisi tidak menemukan bukti yang cukup. Kasus kecelakaan ini tidak disengaja." Jelasnya. Ia adalah Amanda Jasmine, sahabat ibu Han.

Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tante bilang tante bisa ngasih bukti kalo itu kecelakaan yang direncanakan." Han menuntut. "Aku ngeliat ibunya Lizzi turun dari mobil itu. Mobil yang menabrak ibuku. Kesaksianku nggak bisa jadi bukti?"

Wanita itu menggeleng lemah. "Kita nggak punya bukti kalo ibunya Lizzi merencanakan itu Han. Dia hanya penumpang di mobil itu. Itu dianggap hanya kebetulan. Dan saat itu yang mengemudikan mobil adalah supirnya. Supir itu didakwa 5 tahun penjara."

Han memiliki firasat bahwa ada sesuatu di balik semua ini. Ia tahu kecelakaan ini direncanakan. Karena beberapa hari lalu, ibunya Lizzi datang kepadanya. Mengatakan bahwa ia harus menjauhi Lizzi, pacarnya. Bagaimana jika kecelakaan ini ia rencanakan karena Han tidak menuruti perkataannya untuk menjauhi Lizzi? Tapi bagaimana mungkin ibunya Lizzi melakukan hal sejahat itu?

Batinnya terus mengatakan bahwa firasatnya benar, karena ini semua tidak mungkin hanya kebetulan. Tidak mungkin. Terlebih Lizzi yang sama sekali tidak bisa dihubungi setelah beberapa hari sejak kejadian itu. Gadis itu menghilang. Semua ini membuat dadanya sesak.

Flash back off

****

"Oh iya, Pak. Untuk apartemen bapak sudah saya urus. Furniture nya sudah lengkap di sana. Letaknya tidak jauh dari sini. Amazon Apartment." Ucap Chandra. Kemarin Han meminta Chandra untuk mencarikan apartemen baru untuknya.

Luka dan RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang