Raja Onar dan Putri Salju Bisu

12 1 0
                                    

Hari itu, tidak seperti biasa, Gavin betah berada di Sekolah hampir sepanjang hari. Dan hal itu, membuat ketiga temannya, Ronald, Herry, dan Rangga, merasa sangat terheran-heran. Karena biasanya, ketika jam pelajaran dimulai, Gavin pasti akan membuat masalah yang membuatnya harus dikeluarkan dari kelas.

Namun hari ini, si Pembuat ulah No.1 itu lebih banyak duduk di bangkunya dengan sesekali tertawa sendiri. Sepertinya, hari yang paling ditakuti telah tiba. Hari di mana sang Raja Onar telah menerima karma dari semua perbuatannya selama ini.

"Bro, kayaknya temen kita udah mulai miring, nih." Bisik Rangga pada kedua temannya yang sama bengongnya.

"Ho oh." Ronald mengangguk bodoh. "Abis kesambet kali."

Menanggapi ucapan yang terkesan asal itu, Herry spontan menjitak kepala temannya itu. "Jangan asal ngomong, bego!"

Ronald mengusap kepalanya yang nyeri karena pukulan Herry yang terbilang keras. "Lha, terus, kalo nggak kesambet apa? Kerasukan? Atau disantet?"

Kali ini, ganti Rangga yang menjitak kepalanya. "Itu sama aja, goblok!"

"Ya elah, gak usah mukul gue, napa, sih?" keluh Ronald pada kedua temannya itu.

"Lo bertiga bisa diem, gak, sih?" seru Gavin yang mulai jengah dengan keributan yang dibuat oleh ketiga teman absurd-nya. "Gak bisa liat orang seneng apa?"

Ketiganya spontan saling berpandangan. Lalu menatap lurus ke arah Gavin yang melepas headset-nya. Entah apa yang baru saja ia dengarkan.

"Vin." Rangga memberanikan diri untuk memanggilnya.

"Apa?" sahut Gavin datar.

"Lo sehat, kan?" pertanyaan bodoh itu terlanjur lolos dari mulut Rangga. Yang malangnya segera mendapat balasan berupa toyoran langsung dari Gavin.

"Lo udah bosen hidup, ya?" tanya Gavin kesal. Apa mereka pikir dia sudah gila? Justru di sini mulut merekalah yang harus diobati agar penyakit suka-membicarakan-orang mereka segera sembuh.

"Yah, sorry, Vin..." Ronald mewakili ketiganya meminta maaf. "Habisnya, elo, sih... pake ketawa-tawa sendiri. Kan, jadinya kita pikir lo ekhem!" Lanjutnya dengan pura-pura terbatuk.

Gavin menghela napas panjang.

"BTW, tadi lo ngetawain apa?" Herry memutuskan untuk mengalihkan percakapan.

Alih-alih menjawab, Gavin malah kembali tertawa sendiri. Membuat ketiga temannya semakin heran. "Bukan apa-apa." Jawabnya kemudian.

Herry menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Apa benar, temannya ini sudah tidak beres?

"Tuh, kan? Apa gue bilang?" bisik Rangga tepat di telinganya.

Gavin tiba-tiba bangkit dari tempatnya. "Gue cabut bentar." Ujarnya pada mereka.

"Mau ke mana lo?" tanya Rangga ingin tahu.

"Perpus." Jawab Gavin singkat. Lalu berjalan pergi begitu saja. Meningalkan ketiga pemuda yang tengah terbengong itu.

Tampaknya, sang Raja Onar benar-benar sudah gila.

***

Entah kenapa, tapi, sejak beberapa hari yang lalu, ia menjadi lebih suka mengunjungi ruangan usang itu. Bukan untuk membaca satu atau dua tulisan yang menurutnya membosankan. Tapi, karena hal lain.

Tanpa mengucapkan salam apapun, ia menyerobot masuk ke dalam Perpustakaan. Mengabaikan cibiran dari petugas yang ada di sana. Dan terus berjalan menuju pojokan ruangan, tempat yang paling disukai oleh Veera untuk bersembunyi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Siapa AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang