Sayup sayup terdengar tangisan lirih dari sebuah kamar yang tidak jauh dari tempat keluarnya seseorang yang berniat pergi kedapur untuk menghilangkan haus yang menyiksanya.
Tanpa takut akan hal horror seperti yang sering orang lain bicarakan ketika mendengar tangisan di jam waktunya semua orang jatuh terlelap, dia pun memutuskan untuk pergi ke kamar tersebut agar tau apa yang menyebabkan anaknya menangis seperti itu.
Ya, orang yang terbangun karna rasa haus ditenggorokannya itu adalah Evelina dan dia sangat yakin bahwa yang menangis saat ini adalah putrinya Larisa Agniya Vasily.
Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Evelina membuka pintu dengan perlahan lahan.
dan sesuai apa yang sudah dia duga bahwa putrinya sedang menangis dengan keadaan meringkuk layaknya bayi menghadap kearah jendela.Evelina pun menghampiri Larisa dengan berjalan kearah kasur dan mengusap pelan bahunya "kenapa kau menangis, sayang?"
Larisa yang tidak mengetahui kehadiran ibunya terkejut dan langsung membalikkan badan agar berhadapan dengan ibunya.
"Mom.." suara Larisa pun terdengar kaget karna dia tidak menyangka bahwa ibunya sekarang ada di kamarnya sehingga Evelina bisa melihat dengan jelas wajahnya yang kacau saat ini, kacau seperti perasaannya.
"Oh my dear. what happent, Why you cry? Tell me" ucap Evelina panik mendapati putrinya dalam keadaan mata sembab, hidung merah dan masih jelas terlihat jejak jejak air mata diwajah putrinya yang bisa dibilang menyedihkan. tanpa menunggu jawaban dari sang putri Evelina langsung memeluk putri kesayangannya dengan perasaan sedih, ibu mana yang tidak sedih mendapati putri satu satunya dalam keadaan seperti itu.
"Mom, aku..aku.. tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan, semua terjadi begitu saja. Pada awalnya ku pikir semua akan seperti yang aku rencanakan dan ya itu..itu benar berjalan semestinya, tapi..tap-"
"Hey hey just rileks, ok. Jangan terburu buru seperti itu katakan dengan pelan pelan. Mom tidak akan pergi kemana mana Laris" Evelina mengurai pelukan pada putrinya lalu menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan untuk membersihkan air mata yang terus keluar dari mata cantiknya dan menenangkan Larisa ketika putrinya mulai berbicara seperti di kejar oleh sesuatu sehingga Evelina agak sulit mencerna apa yang ingin disampaikan oleh putrinya.
Mendengar hal itu Larisa mulai menenangkan dirinya dengan menghirup udara dan mengeluarkannya sebanyak tiga kali. Dirasa cukup merasa lebih baik atau setidaknya -itulah yang sedang dia usahakan Larisa mulai berbicara dengan suara lirih tapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Evelina
"I love... him, i love him mom. I don't know what can i do" hanya sebaris kalimat itu yang mampu Larisa ucapkan tetapi berdampak besar pada dirinya
Bahkan Evelina yang mendengar hal itu pun langsung memahami siapa yang dimaksud oleh putrinya karna selama mereka tinggal di Jerman Larisa sering menceritakan mengenai pria itu. Setelah mendengar pengakuan putrinya tanpa dapat dicegah Evelina kembali memeluk putri satu satunya itu kedalam kehangatan seorang ibu, yang awalnya hanya Larisa yang menangis sekarang Evelina juga ikut mengeluarkan air matanya karna apa yang ia takutkan benar benar menjadi kenyataan bahwa pria itu akan membuat Larisa benar benar tidak bisa berkutik padanya.
"What can i do mom? I love him. I..I fall in love with him, i want to forget this feel but i cant. So.. so.. i.." Larisa tidak sanggup meneruskan kata katanya karna itu akan semakin menyakitkan untuknya.
Seakan teringat sesuatu tangisan Larisa pun semakin menjadi karna dia tidak mendengarkan perkataan Evelina bahwa kemungkinan dia menyukai pria itu akan terjadi tapi dengan sombongnya dia menganggap bahwa itu semua mustahil -impossible heh sekarang kau memakan karmamu Larisa sesalnya dalam hati
"Forgive me, please forgive mom 'cause i not hear what you say before it." Sesal Larisa dengan seseguka ketika mengatakan hal itu
"Dont, don't you apologiez for that. Mom hanya mengatakan apa yang mom khawatirkan, kalaupun kau tidak mendengarkan tidak masalah sayang. Itu pilihanmu hanya saja mom tidak ingin melihatmu seperti ini. Itu saja yang mom inginkan" sambil mengusap rambut dan punggung putrinya Eveline ingin Larisa tidak menyalahkan dirinya karna tidak mendengarkan nasihatnya untuk melangkah terlalu jauh.
Dikeheningan tanpa siapapun berbicara lagi, Larisa dan Evelina mulai larut dengan pikiran masing masing.
Disisi lain itulah yang Evelina takutkan ketika putrinya mulai mencintai seseorang. Bukan karna ia takut putrinya akan dikecewakan, bukan juga karna disakiti sebab Evelina tau setiap hubungan pasti akan ada masanya ketika masalah datang begitu saja. hanya satu Evelina takutkan
Yaitu...Larisa akan trauma mencintai seseorang karna hubungan yang dia harapkan tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan dan itu akan membuatnya tidak akan mencintai lagi karna mungkin waktu yang tidak akan membiarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishes
Teen Fictionceria, semangat, penuh ambisi itulah salah satu sikap yang tidak lepas dari seorang gadis bernama Larisa Agniya Vasily. tapi dibalik itu semua banyak hal yang ingin dia sembunyikan dari dunia hingga semua orang menganggap bahwa dirinya begitu berunt...