"bangun Laris, bukankah hari ini kau harus kuliah?" Teriak Evelina dari luar kamar putrinya.
Sedangkan keadaan didalam kamar sangat tenang dengan sedikit cahaya matahari yang masuk melewati celah celah gorden.
Mendengar sang ibu memanggilnya Larisa perlahan membuka kelopak matanya dan mengerang lirih sembari bangun lalu menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur. Setelah mendapatkan jiwanya kembali Larisa menyingkap selimut yang menyelimuti tubuh rampingnya lalu turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi sebelum teriakan sang ibu terdengar untuk kedua kali dan Larisa yakin ibunya pasti akan membawa gayung berisi air untuk membangunkannya dan Larisa tidak mau kejadian itu terulang kembali.
°°°°
Terdengar langkah kaki seseorang membuat Evelina mendongakkan wajahnya sekilas lalu meneruskan kembali kegiatan menata makanan di meja makan untuk sekedar melihat bagaimana penampilan putrinya.
"Pagi mom" sapa Larisa melangkah mendekat kepada sang ibu untuk mengecup pipi kiri setelah sebelumnya mencolek selai strawberry kesukaannya lalu menarik kursi makan yang berhadapan dengan Evelina.
Melihat hal itu Evelina dengan sengaja memukul pelan tangan Larisa menggunakan telapak tangannya untuk menghentikan kebiasaan buruk putrinya "Berhenti melakukan hal jorok seperti itu Laris, its not good!" Pelotot Evelina setelah menghukum Larisa
"Uhh c'mon mom i just wanna my strawberry, jangan berlebihan seperti itu" ucapnya sambil memutar bola matanya jengah mendengar nasihat ibunya yang tak kunjung berhenti terus menerus mengingatkannya untuk tidak mencolek selai strawberry sembari meneruskan melapisi roti bakarnya dengan selai favoritnya.
"Dengarkan apa yang ibumu katakan Laris, mungkin kau terbiasa melakukan itu karna kau hanya tinggal dengan ibu. Bagaimana jika nanti kau tidak sengaja melakukan kebiasaan burukmu dirumah temanmu? Apa kau ingin mereka menganggap bahwa kau jorok? Yaampun aku punya anak perempuan tapi kelakuan seperti laki laki. Dan berhenti memutar matamu seperti itu ketika seseorang sedang menasehatimu karna itu tidak sopan!" Oceh Evelina mengingatkan sang putri dengan rasa jengkel karna hal ini bukanlah pertama atau kedua kalinya Larisa melakukan itu tapi sudah jadi kebiasaan setiap hari dan itu sungguh tidak sopan menurut Evelina dan jorok.
Mendengar nasihat yang ibunya keluarkan pagi hari ini membuat Larisa tidak bisa menahan mulutnya untuk membalas perkataan sang ibu
"yaampun mom aku hanya menyapamu, ok? Tidak bisakah kau membalas sapaan ku tanpa harus ada nasihat dipagi yang cerah ini? Cukup membalas ucapan putrimu ini mom. Dan semua akan selesai dengan cepat"
"Pagi kembali putri kesayangannya mom.."
Senyuman terukir dibawah bibir manis Larisa ketika mendengar sang ibu membalas sapaannya karna ia pikir mungkin ibunya tidak ingin memperpanjang masalah sepele tentang selai strawberry kesukaannya, tetapi senyum itu lenyap seketika ketika ia mendengar sang ibu melanjutkan ucapannya yang ternyata belum selesai. Ya Tuhan jika terus seperti ini mungkin setiap hari aku akan terlambat keluhnya dalam hati
"Ya mungkin mom tidak akan mempermasalahkan jika kebiasaanmu itu tidak semakin menjadi, Laris kau adalah seorang perempuan! Hakikatnya seorang perempuan yaitu bertingkah seanggun mungkin dengan..... Bla...bla...bla" ucap Evelina panjang kali lebar tanpa henti sampai Larisa pun pusing mendengarnya bahkan ia tidak ingat apa saja yang ibunya katakan karna diucapkan dengan sangat cepat.
Menyadari putrinya bingung dan kesal dengan apa yang diucapkan olehnya Evelina pun berhenti meneruskan wejangannya
"Kenapa berhenti mom? Kupikir pagi ini aku akan mendengarkan pidato melebihi pidato di saat dosen sedang menjelaskan didepan kelas" heran Laris kepada sang ibu karna tiba tiba berhenti berbicara.
"Ya karna percuma mom berbicara panjang pun kau tidak akan mendengarnya bukan?" Tanya Evelina terlihat pasrah kepada Larisa
Larisa yang ditanya seperti itu oleh ibunya hanya memberikan senyuman lebar khasnya dengan tampang polos yang sengaja ia buat
"Well aku hanya ingin menghargai mom dengan mendengarkan nasihat apalagi yang akan mom sampaikan padaku walau aku bingung mom berbicara apa" kekeh Larisa ketika mengatakan itu
"Ya ya mom tau kau pasti hanya mendengarkan tanpa ingin melakukannya"
"Jika mom tau kenapa mom terus menerus mengatakan hal yang sama kepadaku?" Tanya Larisa penasaran
"Karna mom hanya ingin mengingatkanmu saja Laris tidak lebih. Dan apapun yang kau lakukan kau tetaplah putri mom, tidak peduli kau memiliki sikap yang buruk atau baik kau tetaplah putri mom. Percayalah karna kau adalah satu satunya harta peninggalan ayahmu dan pemberian Tuhan paling berharga bagi mom" jawab Evelina dengan wajah berseri disertai duka ketika mengatakannya
Mendengar hal itu Larisa langsung saja berdiri dari duduknya kemudian menghampiri sang ibu dan memeluknya dengan kebahagiaan yang tak terkira dengan perkataan yang mengejutkan kepada dirinya, perkataan termanis yang sering ia dengar tapi tetap saja akan membuatnya terharu ketika ibunya sendiri yang mengatakan itu
"Begitupun dengan diriku mom, walaupun dulu aku sering bersedih kenapa dad meninggalkan kita terlebih dahulu tapi aku selalu bersyukur karna aku masih bisa bersama denganmu setidaknya Tuhan tidak membiarkanku tinggal sendiri didunia yang luas ini" ujar Larisa dengan mengurai pelukan dan tanpa sadar mata biru langitnya mengeluarkan air mata tanpa bisa ia bendung
"Hey hey kenapa menangis sayang?" Goda Evelina meletakkan kedua tangannya diwajah sang putri dan membersihkan air mata Larisa. Tapi kejadian mengharukan itu tidak bertahan lama karna ibunya mengeluarkan perkataan yang membuat dirinya kesal dan lucu disaat bersamaan.
"Tapi ibu serius ibu ingin kau sedikit saja bisa bersikap anggun, bisakah?" Tanya Evelina dengan wajah penasaran yang terkesan di buat buat?
Mendengar hal itu Larisa pun berdecak dan segera mengambil roti yang tadi dia makan tapi tertunda karna mendengar ucapan mengharukan sang ibu lalu berdiri dan langsung mencium pipi kanan Evelina dengan wajah kesal
"Sungguh tadi sangat mengharukan mom jika mom tidak merusaknya dengan kata anggun. I mean seriously? Err anoyying! Kalau begitu aku pergi mom karna aku yakin jika semenit aku masih dirumah aku akan sampai di tempat kuliahku dua jam kemudian" ujar Larisa setelah mencium sang ibu tidak lupa mengambil tas yang diletakannya diatas meja makan
"Haha kalau begitu hati hati, sayang. Jangan berlebihan begitu mom hanya senang membuatmu kesal" balas Evelina dengan tawa yang tak bisa ia sembunyikan
"Ya aku tau, karna setiap hari sepanjang umurku hingga aku berumur 20 tahun gurauanmu memang selalu membuatku kesal mom, sungguh!" jawab Larisa dengan senyuman yang juga turut hadir diwajahnya karna beginilah pagi hari yang harus dilalui Larisa dengan ibunya, karna jika tidak ada drama dipagi hari itu akan menjadi pagi hari yang membosankan. Karna Larisa dan Evelina sudah seperti layaknya kakak adik di bandingkan ibu dan anak.
Melirik arlojinya Larisa pun pamit pada Evelina hingga Evelina mendengar suara pintu terbuka lalu tertutup kembali menandakan Larisa baru saja keluar.
"Hati hati dijalan, my dear" doa Evelina sambil memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishes
Teen Fictionceria, semangat, penuh ambisi itulah salah satu sikap yang tidak lepas dari seorang gadis bernama Larisa Agniya Vasily. tapi dibalik itu semua banyak hal yang ingin dia sembunyikan dari dunia hingga semua orang menganggap bahwa dirinya begitu berunt...