Satu

153 0 0
                                    

Dengan menyudahi sesi photoshoot bersama Bumi, Gaya semakin yakin untuk menolak acara pertunangannya. Bumi Harsa Haridra, yang terkenal dengan keramahannya pada wanita. Terlihat jelas bahwa tidak ada sikap ramah sedikitpun padanya. Gaya kemudian berfikir, apa perlu berkorban demi keluarga hingga merelakan kebahagiaanya?

"Oke sudah selesai. Terimakasih mbak dan mas untuk kerjasamanya ya." Ucap sang fotografer kepada kedua calon pasangan tersebut.

Fotografer, pengarah gaya, tim wedding organizer pun yakin saat ini mereka bisa membaca ketegangan antara Gaya dan Bumi. Mereka mungkin terlihat serasi dengan balutan pakaian warna putih, elegan, seperti pasangan baru yang siap untuk melengkapi satu sama lain. Sebenarnya, jangankan melengkapi mungkin tahu nama panjang satu sama lain sudah menjadi keuntungan untuk salah satu pihak.

"Mbak Gaya, tadi saya dapat pesan dari Ibu Haridra, Mbak diminta untuk tetap tinggal sebentar di kantor, karena kebetulan beliau ingin bertemu." Ucap Andindra.

"Baik, terimakasih Andindra."

Dari ruangan kerja, Bumi terlihat memantau Gaya yang sedang duduk diluar ruangan kerjanya. Wanita mungil, yang sedang asik membaca buku novelnya. Terlihat jelas judulnya American Gods, Neil Gaiman. Perempuan itu terlihat sangat tidak memperdulikan apapun selain bukunya. Tersirat dibenak Bumi, bahwa mungkin memang Gaya yang dia cari selama ini? Dan tanpa sadar, Bumi telah melangkah keluar dari ruangannya dan berdiri seperti patung depan Gaya.

"Hi Gaya, Saya Bumi, Maafin sikap saya tadi. Saya seharusnya nggak gitu. Apalagi sama calon tunangan saya." Terlihat dari wajah bumi, senyum simpulnya yang nyaris membuat Gaya tak berkutik untuk beberapa detik.

"Saya Gayatri Rana Hasyim, nggak kok nggak papa. Saya ngerti kok pasti berat buat kamu. Karena buat saya pun begitu." Jawabnya dengan tenang.

"Gaya, Ibu saya sebentar lagi sampai. Bagaimana kalau kamu tunggu di ruangan saya, sekalian kita ngobrol. Biar kita saling kenal juga." Tanpa disadari, Gaya kemudian langsung mengiyakan ajakan Bumi.

Setelah beberapa lama menunggu, Arlena Sjuman Haridra terlihat memasuki ruangan Bumi. Perempuan separuh baya tersebut terlihat sangat anggun dengan balutan pakaian berwarna coklat muda.

"Arlena, kamu pasti Gaya." Arlena kemudian mengulurkan tangannya yang kemudian disambut dengan Gaya.

"Gayatri Rana Hasyim, Gaya. Apa kabar tante?"

"Very good darling, how about you?" aksen Spanyol yang masih terdengar sangat kental.

"I'm good tante, thank you for asking."

"Gaya, kamu mungkin bisa mulai panggil saya Mama. Biar nanti kamu makin terbiasa. Kamu juga sekarang sudah menjadi bagian penting keluarga kami." Arlena terlihat sangat senang dengan adanya Gaya dikehidupan Bumi.

"Ma... jangan dipaksa. Baru juga ketemu, jangan dikasih pressure." Belum sampai lima menit Arlena mengakhiri kalimatnya, Bumi buru-buru menjawab omongan Sang Ibu.

"Bumi Harsa Haridra, mama senang sekali dengan adanya pertunangan kalian, mama selalu ingin anak perempuan."

"Aduh Gayatri, kamu nih cantik sekali ya nak. Apa Carlotta sudah bilang bahwa besok malam kita akan makan malam bersama di rumah Haridra?" Arlena bertanya.

"Belum Ma." Jawabnya perlahan.

"Wah, mungkin Carlotta lupa." Ucapnya sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, Mama cuman mampir saja. Mau lihat Gaya, see you tomorrow sayang." Tanpa basa-basi Arlena kemudian meninggalkan ruangan Bumi. Bumi yang terdiam dari awal bertemu dengan ibunya hingga ibunya meninggalkan ruangan. Masih terdiam, sampai detik ini.

Untuk GayaWhere stories live. Discover now