Pagi ini Prilly berubah menjadi tour guide dadakan. Walaupun dirinya memang sangat komunikatif dan ekspresif tapi tetap saja, perintah Ayahnya untuk menemani Ali pergi menuju gedung kampusnya adalah hal yang tidak mudah.Dan saat ini kedua anak manusia itu sedang mengistirahatkan tubuh mereka di gazebo fakultas sastra. Sama-sama meluruskan kaki yang mulai sedikit kaku karena banyak digunakan untuk berjalan.
Hanya mereka berdua yang menggunakan gazebo itu, melihat pemandangan mahasiswa atau mahasiswi berlalu-lalang di pelataran jalan menuju gedung utama dari fakultas sastra.
"Ngomong-ngomong kamu faseh bahasa sejak umur berapa?"
Tanya Prilly menghancurkan dinding keheningan di antara keduanya.
"Aku faseh sejak kecil, walaupun hidup di Dublin tetap saja aku adalah orang Indonesia. Orang tuaku sudah membiasakan itu sejak aku lahir."
Prilly mengangguk paham, sedikit ingin menarik lebih banyak informasi tentang Ali. Tapi takut jika cowok manis itu merasa tidak nyaman. Bagaimanapun Prilly tidak boleh terburu-buru untuk lebih mengenal Ali.
"Kamu ingin tahu banyak tentang aku ya?"
Pertanyaan Ali sukses membuat Prilly tersedak air liurnya sendiri. Terlalu kaget karena Ali bisa membaca pikirannya atau bagaimana? hingga dapat mengetahui hal yang ada dipikirannya, atau karena tingkahnya terlihat begitu ketara?
"Hehe iya, keliatan banget ya?"
"Iya. Tidak apa-apa kalau kamu ingin tau. Tanya saja akan aku ceritakan tentang hidupku."
"Beneran? Kamu gak keberatan?"
"It's fine, lagi pula kita akan jadi teman untuk selamanya kan setelah ini."
"Iya kamu bener juga ehehe, tapi sebelumnya kamu harus belajar satu hal dari aku."
"Apa itu?"
"Belajar ngomong gak terlalu formal, aku gak kuat tauk denger kamu ngomong pake bahasa baku gitu. Rasanya kayak dengerin Mr. Thomas ngasih materi kuliah."
Keluh kesah Prilly sembari menyilangkan kedua kakinya. Lalu melipat kedua tangannya di atas meja yang ada ditengah gazebo. Membuat ekspresi sedih karena tak sengaja mengingat bahwa esok hari ada jam kuliah bersama Mr. Thomas.
"Mr. Thomas, kalau aku boleh tahu, siapa?"
"Dosen matkul abk ku, aku suka banget sama beliau. Pinter banget dan berpengalaman. Ilmunya kayak udah segudang dunia di pelajari semua. Tapi sayang, kalo pas matkul beliau aku selalu ngantuk."
Ali tanpa sadar tersenyum. Cowok ini baru menyadari bahwa anak dari dosennya ini ternyata memiliki begitu banyak keunikan.
Awalnya Ali kaget dengan karakter Prilly. Menurutnya cewek di depannya ini terlalu extra-ordinary. Dalam artian selama hidup hingga sekarang Ali belum pernah bertemu cewek yang sangat ceria dan aktif seperti Prilly.
Prilly banyak bicara, bahkan sangat banyak. Tapi anehnya Ali tidak keberatan dengan itu. Malahan cowok ini merasa nyaman. Padahal dulu saat di Dublin dia membatasi circle pertemanannya hanya dengan manusia yang sedikit bicara.
Ali merasa mudah lelah jika bicara terlalu banyak. Tapi di pertemuan kedua mereka kali ini, cewek itu sukses membuat Ali mengeluarkan lebih banyak kata dari mulutnya.
Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Tuhan ketika aku bertemu dengannya?
Begitu pikir Ali.
Tapi cowok ini yakin, bahwa Prilly Latuconsina adalah sebuah luck untuk kehidupannya kelak. Dan ia berharap beberapa waktu kedepan selama ia hidup di Indonesia akan menjadi pengalaman terbaik di dalam hidupnya.
He hope so.
[Tbc.]
KAMU SEDANG MEMBACA
20 Something
Short StoryComplete. "Prilly, hari ini murid student exchage papa bakal dateng kerumah dan akan tinggal sama kita untuk beberapa waktu kedepan. Papa harap kamu tidak keberatan." Rizal tersenyum ketika putri semata wayangnya itu mengangguk. Lalu memberikan seny...