tujuh.

1.7K 128 1
                                    


Perjalanan mereka menuju pantai balekambang yang terletak di kabupaten Malang itu memakan waktu kurang lebih 3 jam, menggunakan kendaraan roda empat alias mobil.

Ali tidak punya mobil pribadi disini, walaupun orang tuanya di Dublin sudah menawarkan untuk Ali sebagai alat transportasi cowok itu kuliah. Tapi Ali menolak dengan tegas, menurutnya belum sekarang waktunya ia membutuhkan kendaraan yang berbahan bakar besar seperti mobil. Jadi satu motor saja sudah cukup untuk membantu mobilitas cowok itu selama di Indonesia.

Rizal sendiri memiliki dua mobil dan satu motor scoopy dirumahnya. Niatnya dulu membeli satu mobil lagi bukan karena gengsi atau hanya sekedar keinginan, melainkan untuk motivasi Prilly agar cepat belajar mobil. Ayahnya ingin Prilly menjadi gadis mandiri dan tidak terlalu bergantung pada orang lain.

Tapi sejak setahun lalu mobil itu dibeli, sampai sekarang pun jarang dipakai. Prilly sudah mendapatkan izin mengendarai mobilnya, tapi cewek itu lebih nyaman menggunakan mobil papanya ketimbang mobil yang dibelikan Rizal untuk dirinya.

Katanya Mitsubisi Outlander hitam tidak lebih enak dipakai ketimbang Mitsubisi Rush milik papanya.

Jadi karena memang perjalanan jauh dan memakan waktu cukup lama, Ali memutuskan untuk meminta izin ayah Prilly menggunakan mobilnya. Padahal Prilly bersih keras untuk menggunakan motor saja, karena cewek itu ingin merasakan terpaan angin mengenai kulit wajahnya.

Tetapi Ali berpikir lain, panas matahari akan menerpa mereka dan cowok itu tidak mau Prilly kepanasan ataupun merasa tidak nyaman. Kesimpulannya membawa mobil akan jauh lebih baik.

Dan perdebatan 20 detik itu berakhir dengan Prilly yang meng iyakan keputusan Ali untuk menggunakan mobilnya.

Sesampai di pantai mereka tidak langsung turun untuk menikmati pemandangan. Melainkan Ali mengajak Prilly untuk mengunjungi salah satu resto seafood yang ada dipinggiran pantai dan menemui seseorang disana.

Prilly tidak tahu apa atau siapa yang di temui Ali. Karena ia lebih memilih untuk duduk disebuah kursi bambu dibawah pohon besar daripada mengikuti Ali yang kini sedang berbincang dengan seorang bapak berumur kisaran 40 tahun. Pembicaraan mereka tak terlihat serius hanya keliatannya Ali meminta izin sesuatu kepada bapak tersebut dan beliau mengizinkan. Setelah itu Ali pamit bersalaman dan keluar menghampiri Prilly.

"Udah?"

Ali mengangguk, sambil mengotak-atik kamera yang sejak turun dari mobil tadi sudah terkalung di lehernya.

"Kok bentar banget? Katanya mau ketemu dosen? Katanya mau penelitian?"

Prilly terus memberikan pertanyaan, padahal Ali sudah berjalan kearah bibir pantai. Tidak menatap Prilly tetapi masih mendengarkan pertanyaan cewek itu dengan baik.

"Udah kok."

"Hah? Kok udah?"

Mereka berdua berhenti, Prilly yang menatap Ali aneh dan Ali yang menyiapkan kameranya untuk mengambil foto pantai.

"Iya udah, bapak yang tadi itu dosen loh. Keluarga beliau kebetulan punya bisnis resto di pantai ini. Dan objek penelitianku itu tentang perkembangan bahasa di daerah-daerah terpencil. Jadi beliau menyarankan untuk aku melakukan penelitian disini."

Prilly bengong mendengar penjelasan Ali. Masih shock dengan kenyataan bahwa bapak-bapak dengan baju belel yang bertemu Ali tadi adalah seorang dosen. Tapi tiba-tiba suara kamera yang menangkap gambar membuat Prilly tersadar.

"Ih apaan sih kok nge foto aku!"

"Kamu cantik soalnya hari ini."

Tidak.

Prilly tidak bersemu maupun malu-malu. Sebaliknya cewek ini malah memberi tanggapan yang berbeda.

"Oh berarti kemarin kemarin aku jelek?"

Dan Ali

Mengangguk.

Selanjutnya kemeja tosca yang dikenakan oleh Ali sudah bercampur dengan pasir pantai.

[To Be Continued.]

20 SomethingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang