'WOOONGGG'
Desing roda besi KRL membuat pekak telinga, mentari sore dan gedung-gedung tinggi seakan ikut mengejar kuda besi ini ketika mataku sekilas melihat keluar jendela.
Sore hari, selalu ku lihat sore hari setelah lelah menjalani hari penuh ambisi ini. Selalu tampak sinar matahari berwarna jingga mengiringi KRL yang kutumpangi hari ini.
Sudah kujalani kuliah hari ini, sudah saatnya pula aku pulang ke rumah. Tempat dimana tugas kuliah menumpuk dan menunggu untuk dikerjakan.
Mengeluh? Tidak, bukankah itu adalah hal yang seharusnya manusia kerjakan? Atau mungkin mereka menyebutnya kewajiban?
Gerbong KRL yang kutumpangi telah berhenti di stasiun tujuanku, aku segera turun dari gerbong lantas berjalan menuju rumahku yang tidak jauh dari stasiun tempat ku turun.
Waktu menunjukkan pukul 17:57
Derap langkahku terdengar jelas, entah kenapa suasana hari ini sunyi sekali, atau hanya perasaanku saja?
Aku menaiki tangga menuju jembatan penyebrangan terdengar suara nyaring tiap sepatuku bersentuhan pada tangga besi yang mulai karatan itu.
Hingga saat aku sampai di atas jembatan penyebrangan.
Sekumpulan orang dengan baju hitam, jaket jeans serta tatto di lengannya yang mempunyai aura tidak baik berkumpul di depan manik wajah ku.
"Wes, eneng cantik abis darimana nih?" Ucap salah satu dari mereka.
"Mau mampir sama abang sebentar ga nih?" Ucap salah dua dari mereka.
"Beuh, pasti capek banget ya neng? Ayo sini istirahat dulu." Ucap salah tiga dari mereka.
'Cukup.' Gumamku dari hati
"De temps 'ge stopp."
Waktu terhenti seketika. Segala aktivitas yang berada di jangkauan lingkar astral ku benar-benar tidak bergerak sama sekali.
Aku segera melangkah melewati para kumpulan preman sok ganteng itu dan langsung menuruni jembatan penyebrangan.
Hening. Aku tidak menyukainya.
"De temps 'gestat." Ucapku melepas mantra yang sudah mengunci waktu ini.
"EH KOK GAADA G*BLOK."
"GHAIB ASU."
"SIALAN TOBAT LAH GUA ABIS INI."
Sayup-sayup terdengar dari atas jembatan penyebrangan itu. Manusia bodoh yang tersusun oleh nafsu yang lebih besar. Aku tersenyum kecil mendengarnya.***
Aku terus berjalan menuju rumahku yang tinggal beberapa langkah lagi terlihat.
Oh ya, perkenalkan namaku Renata. Lebih tepatnya nama manusia ku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak Alien atau makhluk astral yang terlempar disini dan harus merasakan sesuatu yang disebut manusiawi.
Dan bila kalian bertanya kenapa aku bisa menghentikan waktu seperti barusan, maka jawabannya ada pada kalung ini, atau kami biasa menyebutnya dengan lingkar astral,
benda ini menjadi penghubung antara sisi Renata ku dengan sisi lain ku yang mungkin sering kalian sebut 'Alien,' benda ini juga menjadi penghubung kami dengan yang lain, serta senjata yang bisa kami gunakan sehari-hari nya.Nama gue Renata. Lebih tepatnya nama manusia gua.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HAI! TERIMAKASIH TELAH MEMILIH UNTUK MEMBACA CERITA GABUT INI :V OH IYA, UNTUK KEDEPANNYA BAHASA YANG AUTHOR GUNAKAN ADALAH SEMI-BAKU YA GES, JADI JANGAN KAGET KALAU ANTARA DIALOG TOKOH SAMA NARASI TOKOH PUNYA BAHASA YANG BEDA. SEE YOU ON NEXT CHAPTER!
Silahkan krisarnya kak!Ttd,
Puding Sapi
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkar Astral
FantasyAlien. Ia adalah salah satu makhluk yang jauh dari kata mungkin di dunia ini. Hey, namun tahukah kamu? Ketika kamu mulai memilih tuk membaca cerita ini, itu berarti kamu secara resmi telah menganggap hal itu menjadi mungkin. Namaku Renata, Salah sat...