Chapter 2

10 2 4
                                    

Apakah mantraku berhasil?

***

Dekapan tangan orang dibelakangku justru menguat dan membuatku makin sulit untuk merasakan udara yang masuk ke hidungku. Aku dengan cepat berfikir, mantraku tidak mempan, itu berarti makhluk yang sedang kuhadapi ini bukan manusia. Alien? Iblis? Entahlah, tidak ada cara untuk membedakan mereka dengan ku.
Aku pasrah, terpaksa melawan secara fisik.

Dengan cepat aku menyikut seseorang dibelakangku ini dengan sangat kencang sembari berontak dengan cukup kuat. Setidaknya tenaga seorang alien bisa lebih besar dibanding 5 orang manusia.

Sikut demi sikut bergantian ku lemparkan.

'DUAK!' Aku berhasil menyikutnya.

"Aduh!" Suara mengaduh yang tak asing terdengar di telingaku membuatku berhenti sejenak, dekapan tangan yang membuatku sesak nafas melemah. Dan terlepas.

Aku refleks menoleh ke belakang, terdapat kawanku, Adi, sedang memegang perutnya kesakitan dengan muka memerah menahan tawa. Astaga, aku menepuk dahi, lantas terduduk karena habis energi akibat melawan alien bodoh itu.

"Et, biar ngapa sih?" Tanyaku ketus memulai percakapan itu.

"Biar lo panik, YHA." Dengan tampang mastengnya dia mengejekku tanpa rasa bersalah,
"Yaudah, itu orang-orang balikin dulu kek ke semula. Kesian pada pen kerja tapi lu berentiin."
Aku lekas membaca mantra untuk menjalankan kembali waktu.

Waktu kembali berjalan, orang-orang lalu lalang menatapku dan Adi dengan tatapan bingung, aku yang menyadari situasi langsung berdiri.
"Yaudah, bentar lagi KRL kita nyampe, kuy lanjut." Ajakku pada Adi yang sedari tadi masih cengengesan macam orang sinting.

"Enggak ah, gua kepeleset juga nyampe." Jawab Adi.

"Maksud lu?"

'WOOONG'

Bunyi KRL yang datang sesuai jadwal itu memekak telinga, lautan manusia menjebol pintu KRL yang perlahan terbuka, aku terseret arus para manusia yang lalu lalang mencari kepuasan dunia.

Adi benar-benar terseret oleh lautan manusia. Raib.

Ah, tentu saja, dia kan si pemilik lingkar astral terkuat kedua. Teleportasi.

Aku membuang nafas kesal. Lantas duduk menunggu kereta selanjutnya, setidaknya rasa kesal ku pada Adi sudah hilang hingga kereta berikutnya sampai.

Tidak selang 5 menit setelah Adi meninggalkan ku dengan segala kehampaan di stasiun KRL ini, telepon di tas ku berbunyi. Aku lantas mengintip nama yang tertera pada panggilan masuk tersebut.

'Diox(inting)'

Dengan sedikit berdecak mengeluh aku mengangkat telepon itu.

"Halo?"

"Hah? Gak kedengeran"

"Ohhh, gua lagi di stasiun xx, lagi nunggu kereta"

"Hah? Lu mau bareng?"

"Ohh, yaudah gua tungguin"

Tut, panggilan berakhir.

Aku kembali menunggu, menunggu hal yang daritadi membuatku buta macam orang lugu.

"Dor!" Ucap seseorang dibelakangku.


***

HAIHAIHAIHAIHAIHAIHAI
AKHIRNYA BISA UPDATE LAGI:((
SETELAH SEKIAN LAMA AUTHOR GAK MOOD NULIS + URING URINGAN AMA TUGAS.
BTW SELAMAT MENIKMATI.

KRISAR SANGAN DINANTI
—pudingsapi
dah, gitu doang

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lingkar AstralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang