17 4 0
                                    

"Rin, dia ngechat gue lagi," keluh Zidny.

"Dia yang mana? Yoga? Adit?"

"Yoga,"

Duh, enak ya jadi orang cantik, yang ngejar banyak, batin Rinai.

"Gue sih sebagai temen lo bukannya ga pengen lo bahagia, Zid. Cuma, lo tau kan circle-nya Yoga kaya gimana. I mean..."

Penjelasan Rinai terhenti, ia takut salah bicara. Zidny hanya terdiam sambil melihat handphone-nya sendu.

"Gini aja deh, Zid. Gue mau lo bahagia. Kalo lo rasa lo bakal bahagia sama Yoga, lo terima aja. Kasian anak orang lo gantungin," kata Rinai akhirnya.

"Tapi kan lo bilang..."

"Jangan dengerin omongan gue, atau Ify, atau siapapun itu. Bahagia itu lo yang buat! Ketika lo jatuh, ada gue di sini. I'm always by your side, okay?"

"Ehm... Tapi gue ragu, Rin,"

"Gausah buru-buru. Lo pikirin aja dulu baik-baik. Kalo lo butuh waktu, lo jelasin ke dia. Harusnya dia bisa ngerti,"

Gini nih, giliran selesein masalah orang aja cepet. Pas mikirin masalah sendiri sampe stress berkepanjangan. Memang bxdxh –rinai

"Hai, Rinai!" sapa Bayu.

HAH? BAYU? BAYU SAPA BAZENG??! –rinai

Ya, itu Christopher Chandra Bayuaji. Cinta pertama Rinai. Ia menyapa Rinai secara tiba-tiba, tidak seperti biasanya. Hati Rinai benar-benar tidak bisa tenang sekarang. Dengan ragu, Rinai membalas, "H-hai, Bay,"

"Rin, lo ternyata kenal sama Bayu?" tanya Hana yang tiba-tiba muncul.

Otak Rinai masih tidak bisa kerja optimal saat ini. Tubuhnya beku. Aneh, kenapa efeknya sampai seperti ini?

"Iyalah, Rinai sama Bayu tiga tahun sekelas pas SMP. Padahal dulu kelasnya dioplos terus, kebetulan banget ga si," timpal Tisya.

"Udah gitu gue inget banget, pas mau SMA, Bayu mau milih kelas yang sama kaya Rinai. Tapi Rinainya kurang cepet. Alhasil, dia di kelas kita sekarang," lanjut Ebi.

"Weh apanih gibahin gue??" tanya Rinai yang baru sadar.

"Telat lo ah,"

Rinai sibuk dengan pikirannya sendiri. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Apa yang salah dengan Bayu?

Ya Tuhan, gue tuh udah lupain dia dua tahun ini. Apalagi dulu kelas kita ga begitu deket jadi gue udah lumayan bisa move on. Kenapa sekarang kelas gue sama dia sedeket ini, sih? Mana dia pake nyapa gue lagi! Biasanya juga engga! Apa sih Bayu ga jelas banget! rutuk Rinai dalam hati.

"Ada Rinai ga?" tanya seorang cowok jangkung di pintu kelas Rinai.

"RIIIIN??? HELLOO RINAI HUJAN? KEMANA LO ANJING ILANG MULU HA!?" teriak Retta mencari keberadaan Rinai.

"DISINI MAMIIIIIHH ADA APAAA??" sahut Rinai dari luar.

"DICARI CALON MANTU MAMIH NIH!" celetuk Retta asal.

"Sembarangan! Ada apa, Sa?" tanya Rinai sambil melangkah menuju Esa, orang yang mencarinya.

"Ini gue mau minta tolong mintain tanda tangan kepsek sama waka kesiswaan, ketos juga,"

"Apaan nih?"

"Ini jurnal kegiatan taun lalu, deadline-nya sore ini. Gimana? Bisa ga? Gue ada kerjaan lain soalnya," Esa menjelaskan.

"Hmm, oke. Ini gue sama Zidny gapapa, kan?"

"Terserah lo aja, nanti kalo udah lo kabarin gue, oke?"

Rinai hanya mengacungkan jempol.

"Sip, thanks ya!" Esa segera kembali ke kelasnya.

Rinai masuk ke kelas untuk mencari Fazrin, si ketua osis. Persis dugaannya, Fazrin tidak ada di kelas.

"Duh, kan. Fazrin emang kerjaannya quality time mulu ama si waka njir. Kemana dah tu anak?" gumam Rinai.

"Ke kepsek dulu aja kali, Rin. Nanti gue coba hubungin Fazrin deh," saran Ebi.

"Oke, Bi, makasih banyak ya! Ayo Zid!"

🍂

Rinai
Sa, clear nih

Mahesa
Waduh, gue lagi di luar sekolah nih

Rinai
Terus gimana? Gue keburu ada guru

Mahesa
Mmm, minta tolong titipin di Bayu MIA H bisa ga? Nanti gue ambil di dia

Mampus –rinai

Rinai
Musti banget di dia, Sa?

Mahesa
Iya

Rinai
Hmm yaudah deh

Mahesa
Sorry banget ya, Rin

Rinai
Gapapa sans

Dengan ragu-ragu, Rinai berjalan ke arah selatan di mana kelas Bayu berada.

"Duh gimana nih anjir," gumam Rinai.

"Nyari siapa, Rin?"

"Eh astagfirullah Bayu. Kaget gue," belum sampai di kelasnya, Rinai sudah lebih dulu ditemui Bayu

"Katanya Mahesa nitip sesuatu ya?" tanya Bayu, rupanya dia sudah diberi tahu oleh Esa.

"Hah? Oh! Oh iya, nih!" jawab Rinai sambil menyodorkan map berisi jurnal milik organisasinya.

"Ada lagi?" tanya Bayu lagi.

"Ga ada kok, nitip ya, Bay. Makasih! Maaf ngerepotin," sahut Rinai buru-buru.

"Santai aja kali, kaya sama siapa," timpal Bayu.

"Yaudah, gue duluan ya. Makasih, Bay!"

Bayu hanya tersenyum, lalu melihat Rinai dengan cara berjalannya yang khas pergi buru-buru ke kelasnya.

🍂

"JUSUUUUUFFFF!!!" teriak Rinai begitu masuk rumah.

"Apasih, Kak?" jawab Jusuf singkat.

"ADUH GUE PENGEN NGOMONG TAPI SAMA SIAPA?"

"...."

"Jusuf les dulu, Kak," Jusuf meninggalkan kakaknya begitu saja.

"Laknat ye anjir. Ati-ati lo di jalan!" teriak Rinai dari dalam rumah.

Rinai segera berlari ke lantai dua –kamarnya– sambil bernyanyi random.

"Kakak jangan lari-larian!" omel Bunda dari arah dapur.

"EHEHEHEH MAAFIN, BUN!"

adios | bang chan (lokal) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang