Temporary Married

440 20 4
                                    

Hajime sedang mencopot kancing jas tuxedo putihnya saat Shun membuka pintu kamar kemudian melangkah masuk.

"Kau senang?" Hajime mulai bertanya, dengan suara dingin.

"Ya, karena hari ini hari pernikahan kita"

"Mph..." balas Hajime dengan nada sinis.

Shun menatapi Hajime yang telah menjadi suaminya dengan wajah bingung.

"Hajime, apa kau b-"

"Ya, memang kita telah menikah dan sah menjadi suami istri" Hajime sambil melirikkan matanya.

Shun mengangguk pelan.

"Jangan bangga dulu. Tolong ambil amplop coklat di atas meja"

Shun hanya menurut saja. Dilihatnya ada sebuah amplop coklat berukuran besar tergeletak di atas meja.

"Hajime, apa ini?"

"Buka dan bacalah. Ada sesuatu di dalamnya"

Shun membuka amplop coklat lalu mengambil sebuah surat dalam keadaan terlipat rapi.

Shun segera membuka lipatan surat tersebut dan mulai membaca isi surat yang di pegangnya.

Tatapannya yang semula biasa kini berubah menjadi tatapan terkejut.

"Kau sudah membacanya? Itu adalah surat perjanjian. Kita hanya menikah untuk satu tahun"

Shun semakin terkejut. Tangannya yang masih memegang surat itu terlihat gemetar.

"Dan ketika waktu pernikahan kontrak kita sudah usai, kau harus mengepak barang-barangmu lalu pergi dari rumahku, mengerti?" Hajime kini melepas kemeja putihnya dan kini bertelanjang dada.

"Tapi...Hajime..." suara Shun gemetar.

"Aku pikir kau mencintaiku..."

"Aku menikahimu karena terpaksa. Pada dasarnya kita berdua dijodohkan secara paksa oleh orang tua kita"

"Aku mencintaimu..." suara Shun masih gemetar.

"Omong kosong" ucap Hajime dingin.

"Baiklah, aku mengerti..." Shun mengucapkannya dengan hati terluka.

"Bagus. Aku ingin memberitahumu bahwa kita tidak akan tidur sekamar. Aku sudah siapkan kamar sendiri untukmu"

"Ba...Baik..." Shun berusaha menahan air matanya.

"Apa ada yang masih kurang jelas? Kalau tidak ada yang mau ditanyakan, segera keluarlah dari kamarku. Aku ingin istirahat"

Shun perlahan meninggalkan kamar lalu menutup pintu kamar.
















Shun sedang berada di ruang makan tengah menuangkan teko berisi kopi hitam ke dalam sebuah cangkir lalu memoles selembar roti tawar putih dengan selai coklat kacang kemudian menumpuknya dengan selembar roti tawar putih lainnya.

Shun tahu bahwa Hajime suka makan roti tawar dengan selai coklat kacang dan minum kopi hitam sebagai sarapannya.

Hajime menuruni anak tangga dengan berpakaian kemeja warna putih, berdasi merah. Tangan kirinya menenteng jas kantor berwarna hitam.

"Pagi, Hajime. Kau mau berangkat? Ayo sarapan, aku sudah siapkan sarapan untukmu" Shun mengulum senyum seolah Shun melupakan kejadian semalam yang membuatnya sedih dan sakit.

"Pagi" Hajime menyapa Shun dengan wajah dingin.

"Terima kasih. Aku akan sarapan di kantin kantor saja" sambungnya dingin.

Shun mendelik kaget.

Hajime melangkahkan kakinya, beranjak meninggalkan Shun.

"Hajime, apa kamu yakin ingin pergi menyetir mobil dengan perut kosong? Aku juga sudah membuatkan kopi hitam untukmu. Aku tahu kalau kau suka minum kopi hitam..."

Hajime berhenti melangkah dengan posisi membelakangi Shun.

"Itu dulu. Sekarang sudah tidak lagi. Dasar sok tahu"

Kemudian Hajime melangkahkan kedua kakinya kembali hingga keluar rumah.

Shun tidak menyerah begitu saja.

Pasti Hajime sedang buru-buru, pikir Shun.

Shun berlari menuju dapur untuk mencari sebuah kotak bekal.






















Hajime baru saja akan menginjak pedal gas mobil sedan miliknya saat Shun mengetuk-ngetuk kaca mobil dari luar.

Hajime membuka kaca pintu mobil dengan raut wajah kaku.

"Hajime, bawalah ini! Aku harap kamu mau memakan roti buatanku! Aku akan senang kala-"

Sebelum Shun sempat menyelesaikan kata-katanya, Hajime merebut kotak bekal yang sedang Shun bawa.

Lalu dibantingnya kotak bekal itu ke atas tanah.

Shun terkejut dibuatnya.

"Apa telingamu tuli? Aku bilang aku bisa sarapan di kantin kantor. Aku juga bisa makan siang di restoran"

Hajime lalu menutup kaca mobilnya.

Shun segera menundukkan kepalanya. Menatap kotak bekal yang tergeletak di atas tanah.

Mobil sedan Hajime mulai melaju pergi meninggalkan halaman rumah.

Satpam terlihat keluar dari pos jaganya dan membukakan pintu pagar dengan segera.

Mobil sedan Hajime kini sudah pergi meninggalkan rumah.

Shun mulai berjongkok perlahan memungut kotak bekal berisi roti tawar buatannya yang dibanting Hajime barusan dengan wajah pasrah.

"Hajime, hati-hatilah di jalan..." lirihnya dengan suara sedikit serak.



- To be continued -

Temporary MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang