Temporary Married - 2

311 17 1
                                    

Hajime melangkah masuk ke dalam ruang kerja Ayahnya, yang merupakan seorang CEO sekaligus pemilik sebuah perusahaan bidang properti.

"Ada apa otou-san sampai memanggilku kesini?" Hajime memulai percakapan.

"Hajime...duduklah" Pria yang sudah separuh baya itu menyuruh Hajime untuk duduk.

"Bagaimana malam pertamamu dengan Shun?" Ia mulai bertanya.

Hajime yang mendapat pertanyaan itupun hanya mendengus kecil sembari memutar bola matanya.

"Apa otou-san menyuruhku kemari hanya untuk menanyakan itu?"

"Keuntungan perusahaan kita meningkat pesat setelah kau menikah"

"Oh"

"Aku berharap tidak ada perceraian di antara kalian berdua. Itu akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan kita. Keluarga Shimotsuki adalah pemilik sebuah perusahaan besar yang menanamkan modal dan juga sahamnya pada perusahaan kita"

"Maaf saja, tahun depan aku dan Shun sudah bercerai" batin Hajime.
























Hajime terlihat sedang sibuk mengetik di komputernya saat ada yang menaruh sebuah gelas karton berisi kopi hitam ke atas meja kerjanya.

"Yo, Hajime! Bagaimana malam pertamamu kemarin?" Seorang pemuda jangkung berambut brunette serta bermata biru laut menyapanya.

"Aku bawakan kopi hitam buatmu" lanjutnya.

"Arigatou, Kai" ucap Hajime dengan tanpa mengalihkan  pandangan dari layar komputer sedikit pun.

"Oh, ayolah Hajime! Santailah sejenak! Pekerjaan masih bisa dilanjutkan esok hari"

"Tidak bisa. Sebentar lagi akan selesai" balas Hajime.

"Ternyata benar ya? Alasan orang-orang memanggilmu si Workaholic"

Hajime membuang nafas pelan.

"Un..."

"Apa kau tidak ingin segera pulang ke rumah? Bertemu istrimu?"

"Tidak" jawab Hajime.

"Ya sudahlah kalau begitu. Yosh, pekerjaanku telah selesai hari ini! Aku pulang duluan ya?"

"Ya, berhati-hatilah di jalan"

Pemuda berambut brunette itu segera melangkah pergi meninggalkan ruang kerja karyawannya.

Hajime menarik nafas dalam-dalam segera begitu pemuda berambut brunette itu sudah pergi pulang dan meregangkan lehernya yang terasa kaku.

"Huh, bertemu istri? Aku bahkan tidak menganggap dia sebagai istri" gumamnya.



















Shun sedang menunggu kepulangan Hajime dengan cemas. Shun duduk di atas sofa ruang tengah sambil memperhatikan jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

"Semoga tidak ada hal buruk yang menimpa Hajime-kun" Shun berdoa agar Hajime pulang dengan selamat.

Pintu depan rumah terbuka.

Hajime memasuki dalam rumah.

Shun segera mendekati Hajime dengan perasaan lega karena doanya terkabul. Hajime telah pulang ke rumah dengan selamat.

"Okaeri" Shun menyambut Hajime dengan senyum.

Hajime hanya melewati Shun begitu saja sambil membuka jasnya dan dia mengendurkan dasi merah yang dia kenakan.

"Aku akan siapkan air hangat untukmu, Hajime"

"Tidak usah. Aku bukan seorang anak kecil lagi" ucap Hajime dengan dingin sambil melangkah mendekati anak tangga yang terhubung ke lantai dua rumahnya lalu menaiki kumpulan anak tangga tersebut.
























Shun terlihat duduk di salah satu kursi meja makan di ruang makan saat Hajime sedang menuruni anak tangga.

"Hajime, aku sudah memasak makan malam untukmu. Duduklah! Aku memasaknya sambil mencicipinya sedikit agar rasanya pas!"

Hajime menatap hidangan-hidangan makan malam buatan Shun dengan wajah enggan.

"Aku sudah makan malam di restoran. Tak usah sok peduli padaku"

"Tapi..." lirih Shun.

"Jangan paksa aku!" Bentak Hajime.

Shun terkejut dengan suara bentakan Hajime dengan nada cukup tinggi.

"A..Aku tidak me..maksamu, Hajime" suara Shun sedikit tertahan.

Hajime dengan wajah emosinya segera meninggalkan ruang makan meninggalkan Shun menuju ruang tengah.

Tanpa sepengetahuan Hajime, Shun mengusap air matanya yang jatuh dengan punggung tangannya.

Shun akhirnya menghabiskan hidangan-hidangan makan malam buatannya sendiri sendirian.















Hajime melihat Shun yang tengah menuang kopi hitam ke dalam sebuah cangkir.

"Dasar pencari perhatian" umpat Hajime dalam hati.

"Kopi untukku?" Hajime dengan enggan mendekati Shun.

Shun yang sudah selesai menuangkan kopi hitam ke dalam cangkir langsung terkejut.

Hajime tanpa basa-basi segera mengambil cangkir berisi kopi yang dituangkan oleh Shun.

Hajime meminum kopinya hanya dengan sekali tegukan saja. Raut tidak suka segera terpancar dari wajahnya.

Dibantingnya cangkir porselen tersebut dengan kasar hingga pecah.

PRAAANG

Shun yang terkejut dengan refleks menutupi kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.

"Apa kau sengaja ingin meracuniku!?"

"Aku...ti..tidak ber..bermaksud me..meracunimu, Hajime" Shun masih menutupi kedua telinganya.

"Lain kali, kalau tak bisa melakukan sesuatu, tak usah kau lakukan"

Shun segera berjongkok sambil menundukkan kepalanya.

"Go...menasai" lirihnya sambil mulai memunguti puing-puing pecahan cangkir porselen hingga tangannya berdarah.

Hajime terlihat tampak tidak peduli dan pergi meninggalkan Shun begitu saja.

"Apa itu yang kau sebut kopi hitam?" Gumamnya dingin.

- To be continued -

Temporary MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang