Temporary Married - 4

349 17 1
                                    

Shun hanya berdiri dengan gugup dengan posisi tangannya memegang mangkuk berisi sup miso.

Sedangkan Hajime hanya menatap Shun dengan tatapan sinisnya. Bukan apa apa, hanya saja Hajime sudah terlanjur lapar.

"Apa yang kau lakukan? Bawa makanannya padaku!"

"Ha'i!" Shun yang panik segera mendekati meja makan.

Dengan tangan gemetar, Shun menaruh mangkuk berisi sup miso tersebut di atas meja. Dihadapan Hajime.

Hajime bisa melihat dengan jelas tangan kanan Shun yang di perban.

"Siapa yang mengobati tanganmu?"

"A..Aku sendiri y..yang melakukannya" Shun sedikit terbata-bata.

"...Maafkan aku" permintaan maaf pun terlontar dari mulut Hajime.

Shun yang mendengarnya pun terkejut.

"Kenapa? Kau tak mau memaafkanku?"

"B-Bukan begitu! Tapi, untuk apa?"

"Tangan kananmu terluka karena aku"

Shun hanya terdiam dan masih dalam posisi berdiri.

"Kenapa masih berdiri?"

"Ah, aku akan pergi" Shun yang terkejut segera melangkahkan kakinya.

"Aku tidak menyuruhmu pergi"

Shun berhenti melangkah.

"Kembali dan duduklah bersamaku"


























Haru tengah mencuci gelas dan piring di wastafel dapur saat tiba-tiba terdengar pintu apartemen diketuk dari luar.

Haru segera mematikan keran wastafel dapur lalu cepat-cepat membukakan pintu.

Haru tersenyum sumringah mendapati kekasih- ah lebih tepatnya tunangannya sudah pulang.

"Okaeri, senpai"

Kai yang masih berada di ambang pintu pun langsung melangkah masuk ke dalam.

"Haru, hilangkan kebiasaanmu memanggilku senpai. Aku bukan senpai-mu lagi, aku ini tunanganmu"

Haru tidak membalas apapun. Ia cuma mendekati Kai untuk membantunya membukakan jas serta dasinya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Haru membalasnya dengan anggukan.

"Adakah seseorang yang kesini?"

Haru membalasnya dengan gelengan.

Kai langsung menatap tunangannya itu dengan tatapan kurang yakin.

"Kau yakin?"

Haru mengangguk.

Kai segera berjalan menuju dapur mengambil segelas air minum, lantas meneguknya.

"Haru, aku sudah putuskan...."

"Soal apa?" Haru menatap Kai dengan penasaran.

"Jika aku membunuh si tua bangka itu sekarang"

Haru langsung mengerjap.

"Senpai, tolong jangan lakukan itu!" Haru mencegah Kai.

"Kau tak ada hak untuk melarangku, Haru!"

"Masa lalu adalah adalah masa lalu, senpai! Setiap orang memiliki kesalahan-kesalahannya sendiri!"

"Kejadian masa lalu adalah peristiwa yang paling diingat!!!!"

"Menyimpan dendam itu tak ada gunanya sama sekali, senpai!"

"Segampang itukah kau mengatakan itu? Apa kau tidak punya dendam pada orang-orang sampah itu!?"

"S-Siapa?"

"Ingatkah kamu pada orang-orang itu yang membully-mu?!"

"Aku sudah memaafkan mereka, senpai!"


















Kai memasuki toilet khusus anak laki-laki dan terkejut ketika melihat 4 murid laki-laki SMA tengah menyiram seorang murid laki-laki berkacamata dengan rambutnya yang berwarna pirang kehijauan. Kai juga melihat salah satu dari keempat murid laki-laki itu merobek-robek halaman per halaman buku kamus Oxford milik murid berkacamata itu sambil tersenyum puas.

"Dasar kutu buku! Sampai kapan tiap hari mau baca kamus Bahasa Inggris? Dasar pemuja negara barat!" Ejek salah satu murid yang sontak langsung diiringi gelak tawa dari 3 orang teman yang lainnya.

Kai yang menyaksikan kejadian perisakan itu pun geram dan segera mendekati mereka.

"Dasar sampah pengecut! Kalian cuma berani pada satu orang!"

Keempat murid laki-laki itu pun segera memalingkan wajah untuk menatap Kai.

"Eeeh? Ada pahlawan kesiangan rupanya?" Ucap salah satu dari mereka.

"Kalau lemah sepertinya, jangan sok keras!" Sambung yang lain sambil menunjuk murid berkacamata itu yang sudah basah kuyup dan menggigil kedinginan dengan keadaan posisi terduduk lemah.

Dan akhirnya salah satu dari mereka yang lain berinisiatif untuk meninju Kai.

Kai menghindari serangan tinjuan darinya dengan lincah dan sebagai gantinya menendang perutnya dengan brutal hingga terbentur tembok kamar mandi cukup keras.

Ketiga murid yang menyaksikan ketua gengnya yang dihajar sebrutal itu oleh Kai itu pun langsung kabur meninggalkan temannya sendirian.

"DASAR PENGECUT KALIAN!!! JANGAN KABUR!!!"


















"Aku berterima kasih atas pertolonganmu waktu itu, senpai. Jika tidak ada senpai waktu itu, aku mungkin sudah pasti... dalam kondisi parah"

Haru menundukkan kepalanya.

Kai segera membuang membuang nafasnya dengan kasar kemudian beralih mengambil sebuah pisau dapur dari dalam laci kitchen set.

"Kalau kau mau berterima kasih padaku, berhentilah ikut campur! Orang lemah sepertimu..."

Haru perlahan mengangkat kepalanya.

"...tidak bisa melawan apapun"


- To be continued -

Temporary MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang