Aldi mengetuk rumah Rena dengan sedikit keras sebelum seraut wajah sembab membuka pintu.
"Mas Aldi."
"Hai Ren, boleh aku masuk?"
Rena masih terdiam didepan pintu dan melihat sebuah undangan yang sedang dipegang Aldi.
"Ada apa mas Aldi kemari?"
"Aku mengantar undangan dari Remi, kau sudah tahu kan kalau Remi akan menikah?" Perlahan Aldi menyerahkan undangan yang dibawa. Rena hanya terdiam tidak ingin mengambilnya, membuat Aldi mengurungkan niatnya untuk memberikan undangan itu pada Rena. Remi adalah kekasih Rena hingga seminggu yang lalu ketika tiba-tiba Remi memutuskan hubungan dengan Rena yang sudah berjalan tiga tahun hanya karena ia harus bertanggung jawab karena menghamili Sifa sahabat Rena. Aldi tahu bagaimana perasaan Rena yang dikhianati pacar sekaligus sahabatnya, jadi ia maklum jika Rena tidak mau menerima undangan dari Remi.
"Ehm, Ren, aku bisa minta tolong ngga?"
Aldi kembali berkata, membuyarkan lamunan Rena.
"Eh iya mas, ada apa?"
"Maaf kalau aku mengganggu waktumu, tapi aku bisa minta tolong tidak?"
"Minta tolong apa ya mas?"
"Arsa ulang tahun, tapi aku belum punya kado untuk dia, mau tidak kamu temani aku beli kadonya Arsa?"
Rena mendongak menatap wajah Aldi. Ia melihat kesungguhan dari permintaan Aldi. Sebagai sahabat dari Remi, Rena cukup kenal baik dengan Aldi. Arsa adalah keponakan Aldi. Beberapa kali Rena bertemu dengan Arsa karena Aldi sengaja membawanya saat mereka hang out bareng Remi, Sifa dan beberapa sahabat Remi. Rena mendesah kesal saat mengingat mantan pacar dan mantan sahabatnya itu. Ia tidak menyangka kedua orang yang disayanginya menusuknya dari belakang. Jelas-jelas Sifa tahu kalau Rena sangat mencintai Remi, tapi sahabatnya itu tega merebut Remi darinya.
"Tapi kalau kamu sibuk, aku ngga maksa kok."
"Eh ngga mas, aku bisa. Sebentar aku ganti baju dulu." Aldi mengangguk. Ia tersenyum lega karena Rena tidak menolaknya. Aldi duduk di kursi yang ada diteras rumah Rena sambil memainkan ponselnya.
"Ayo mas." Rena keluar dengan mini dress bermotif floral yang membuatnya terlihat sangat manis. Rambutnya yang panjang sengaja dibiarkan tergerai hanya dihiasi aksesoris jepit berbentuk kupu-kupu. Meski wajah sembabnya masih terlihat tapi tidak mengurangi kekaguman Aldi pada kecantikan wajah Rena. Setelah menutup pintu rumahnya Rena mengikuti Aldi menuju mobilnya.
"Kita ke mall yang dekat sini aja ya Ren."
"Terserah mas Aldi saja."
Aldi membukakan pintu penumpang untuk Rena sebelum menuju ke kursi pengemudi.
"Arsa ulang tahun yang keberapa mas?"
"Ke lima tahun. Aku bingung mau kasih hadiah apa, dia suka mainan apa saja."
"Nanti kita lihat-lihat dulu aja mas, mana yang bagus untuk Arsa." Aldi mengangguk setuju. Setelah itu keduanya terlibat perbincangan ringan tentang pekerjaan masing-masing dan beberapa hal yang terjadi diseputaran mereka. Aldi sengaja mengajak Rena berbincang untuk mengalihkan kesedihan gadis itu akan pengkhianatan sahabatnya. Entah kenapa melihat Rena yang terluka membuat Aldi tergerak untuk mengobati luka gadis itu. Sejak awal mengenal Rena, Aldi sudah kagum pada kemandirian dan kecerdasan Rena. Pembawaan Rena yang tenang mengingatkan Aldi pada sosok ibunya yang sudah lebih dulu meninggalkannya dan ayahnya. Perhatian yang diberikan Rena pada Remi membuatnya merasa iri. Entah setan dari mana yang sudah mempengaruhi Remi hingga menyia-nyiakan gadis sebaik Rena.