9. aku iri

1 1 0
                                    

Dulu, tanpa basa-basi kau bilang ke mereka kalau aku iri, pecemburu, bahkan tak segan kau bilang aku ini benci padamu.

Iya, memang benar kenyataannya. Aku hanya sedikit terkejut saat kau mengatakannya langsung didepanku, didepan mereka berdua.

Berkatmu aku mendapat limpahan emosi lagi.

Memangnya mengapa kalau aku menjadi seorang pengiri?

Wajah mereka berbinar saat berhasil membelikanmu sesuatu, mewujudkan apa yang menjadi keinginanmu.

Berbeda denganku yang baru saja ingin mengutarakan apa yang aku inginkan wajah mereka kian berubah menjadi sendu. Senyuman penolakan yang begitu tulus.

Lalu kau bilang bahwa selain pengiri aku adalah si tukang peminta.

'Anak bontot ya pasti dimanjain'

Kalimat yang hanya bisa ku balas dengan senyuman miris.

Dan sekarang, kau kemana..
Yang dibanggakan mereka,
Yang selalu dipuja meski tak ada,
Yang selalu di bela meski salah,

Mereka masih berharap kau pulang meski amarah tak tertahan, ingin menumpahkan segala nasehat, mereka merindukanmu.

Aku yang didekatnya pun tak pernah dilirik.
Tapi aku selalu siap saat mereka melampiaskan emosinya karena kau yang lebih memilih orang lain daripada mereka.

Aku pun sama, menginginkan mu pulang. Agar mereka bisa meluapkan emosinya padamu, bukan padaku.

Aku, merindukanmu tertawa bersama mereka dan aku sebagai bahan candaan kalian.

Tak apa, yang terpenting mereka tidak meluapkan emosinya padaku, dan kalian merasa bahagia.

Hanya menunggu waktu kapan kalian memang tak membutuhkanku.

Selamat hari raya idul adha, aku yang menunggu kau pulang. Aku yang masih berharap mendapat keharmonisan disini.

• Daily •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang