Kelas pagi baru saja selesai. Seperti biasa, Salwa akan langsung mengajak Sia untuk makan siang di kantin fakultas dengan budget yang lebih bisa menghemat uang kantungnya jika menggunakan kupon kantin yang didapat sehari sekali jika mereka beruntung. Karena tidak semua mahasiswa bisa mendapatkan kupon tersebut yang bersistemkan siapa cepat dia dapat.
Dengan malas Sia melangkah mengikuti Salwa menuju kantin seraya tangannya yang ditarik oleh salwa. Sia sedikit sebal dengan kelakuan teman satu prodinya itu.
"etdah .. sabar dong buk. Ini juga masih jam berapa sih, kita juga masih bisa tetep dapet kuponnya." Gerutu Sia pada Salwa.
Sesampainya dikantin, benar apa yang dikatakan Sia, mereka tetap mendapatkan kupon tersebut, hanya saja tidak biasanya kantin ramai oleh penghuni fakultas. Bahkan selesai mengantri dan mengambil makan pun mereka masih perlu mencari tempat yang sekiranya cukup untuk ditempati oleh dua orang.
"eh Si, itu ada tempat kosong tuh. Cukuplah buat berdua."
Mata mereka langsung tertuju pada meja yang berisikan sepasang pria dan wanita disana yang bergegas untuk pergi dari meja tersebut.
Segera mereka menuju ke meja tersebut sebelum orang lain menempatinya. Sia yang fokus pada semangkuk sup dan segelas jus yang dibawanya pun tidak sempat untuk memperhatikan jalannya ketika seseorang menyenggol bahu Sia dengan keras hingga nampan yang berisikan makanannya lepas dari kendali tangannya. Bahkan makanan tersebut jatuh tepat mengenai pakaian seseorang yang menabraknya. Spontan Sia membersihkan pakaian orang tersebut."eh sorry, sorry. Duh, maap gue gak liat jalan tadi."
Orang tersebut sedikit memberi jarak pada Sia dan menghentikan aktivitas membersihkan pakaiannya. Spontan Sia mendongak, melihat siapa gerangan orang tersebut.
Seketika atmosfer itu kembali tercipta. Sia mematung sejenak saat mengetahui siapa orang tersebut. Mata mereka sempat bersisi tatap hingga Aron memutuskan untuk melanjutkan langkah setelah sedikit mengibaskan pakaiannya dari tumpahan semangkuk sup tadi.
Sia benar-benar terkejut dengan respon Aron yang diluar dugaannya. Aron tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, maaf pun tidak terucap dari mulut Aron, padahal Sia yakin bahunya menerima dorongan yang sangat keras darinya. Sia benar-benar seperti sudah tidak mengenali lagi sosok tersebut. Bahkan Aron yang sekarang bukan lagi Aron yang sangat Sia kenal dulu.
"eh, lo gak papa?" ucap wanita yang berada dibelakang Aron tadi, memecahkan lamunannya beberapa detik.
"eh? I-iya. gak papa kok."
"duh, maaf ya. Dia emang lagi keburu-buru. Jadi suka asal jalan aja gitu."
Sia hanya meringis dengan terpaksa. Wanita itu seperti benar-benar mengenali Aron yang sebenarnya, bahkan lebih dari ia mengenal Aron.
"gak papa kok. Tadi gue juga gak liat jalan"
"yaudah. gue duluan ya"
Sia hanya mengangguk membalasnya.
Salwa yang melihat insiden tersebut langsung menuju ke Sia saat ia sudah meletakkan nampan makanannya ke atas meja.
"eh lo gak papa Si?" Tanya Salwa seraya membantu Sia membereskan nampan dan kawan-kawannya.
"hem.."
"kok bisa si sampe jatuh gitu?"
"gue gak liat jalan tadi. Jadi ke senggol sama orang." Balas Sia seraya memberikan perkakas tersebut kepada petugas kantin yang sudah berada di sampingnya.
"maaf mang, kantinnya jadi kotor." Ucap Sia dengan hati tidak enak.
" gak papa kok neng. Udah biasa ini, tiap hari ada aja yang tumpah. Udah wajar kok neng. Nanti saya bersihkan."
"makasih banyak mang, maaf merepotkan."
"iya neng. saya ke belakang dulu ya neng"
"eh iya mang. makasih"
Langsung mereka menuju meja yang sudah salwa booking dengan makanannya dan duduk disana.
"yah si, lo gak makan dong?"
Sia memutarkan bola matanya jengah."yaelah biasa aja kaliii... Biasanya juga gimana dah."
"yaudah nih lo minum jus gue aja. Tapi maap nih gue gak bisa ngasih makan gue, gimana dong?"
"iyee tauu! lo kan pelitnya kek pantat tapir." Balas Sia seraya mengambil jus milik salwa begitu saja.
Salwa hanya terkekeh geli mendengar tanggapan Sia padanya seraya mulai melahap semangkuk sup dihadapannya. Seketika Salwa mendongak ke arah Sia dengan mengunyah perlahan, merasakan sesuap sup yang ia lahap.
"hmm .. tumben supnya enak."
Sia yang masih meminum jus dihadapannya hanya mengangkat sebelah alisnya.
"kayak ada udang-udangnya gitu."
Sia tak menghiraukannya, alih-alih dia terus sibuk dengan jusnya dan pikirannya yang sudah berkelana entah kemana.
Salwa langsung membulatkan matanya."eh sumpah Si! Ini beneran ada udangnya! Gila! Enak banget!!"
Satu suap kembali Salwa lahap."Gila! ini enak banget! Untung punya lo tumpah ya .. lo kan alergi sama udang."
Sia menghentikan aktivitasnya begitu saja. Benar juga apa yang dikatakan Salwa, ia tidak bisa membayangkan jika itu benar-benar terjadi.
Seperti putaran film lama yang kembali berputar, masa-masa itu teringat kembali. Masa dimana Ujian Tengah semester berlangsung dan alergi Sia kambuh saat ia tidak mengetahui jika kandungan suatu makanan yang dilahapnya mengandung udang didalamnya meskipun tidak berbentuk udang sampai membuatnya drop hingga sebulan.
Apa ini suatu bentuk lindungan dari Tuhan untuk hambaNya? Atau....
Sia kembali mencerna apa yang sudah terjadi hari ini. Aron, terbesit nama itu kembali di pikirannya. Hanya sosok tersebut yang mengetahui tentang alerginya selain keluarganya dan Salwa. Apa mungkin, kejadian tadi adalah skenario yang di sengaja oleh Aron pribadi?
Langsung Sia menggelengkan kepalanya, menolak firasat tidak logis yang muncul secara tiba-tiba. Mungkin cuma perasaan Sia dan hanya kebetulan saja, lagipula ada benarnya jika Aron memang terburu-buru mengingat notabane dia sebagai mawapres sekaligus salah satu menteri di BEM U. apalagi melihat sikap Aron pada Sia tadi yang benar-benar seperti sudah tidak mengenalnya dan menganggapnya seperti layaknya orang asing yang tidak dikenal Aron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home
RomanceBagi Sia, Aron lah tempat berpulangnya disaat ia butuh tempat untuk menumpahkan segala keluh kesahnya. Namun ketika Aron sudah tak terjangkau lagi, kemana Sia harus berpulang ketika Aron sudah bukan lagi rumah baginya? Copyright © 2019 bubblewrap10...