Dua

93 7 0
                                    

Aldi P.O.V

"Kita mau kemana sayang?" suara gadis dibelakangku membuyarkan konsentrasiku.

"Ke tempat rahasia." jawabku singkat sambil menggenggam erat tangan lembutnya yang sedari tadi memeluk pinggangku.

"Aku suka gak?"

"Kita liat nanti."

"Tempatnya seperti apa? Dimana sayang?" aku tersenyum mendengar serentetan pertanyaannya. Seperti biasa dia tidak akan bisa menyimpan rasa penasarannya cukup lama.

"Kita liat nanti ya." ujarku lagi.

"Diluar gedung atau di dalam gedung?" tanyanya lagi.

"Kita liat nanti sayang. Kalau kamu tanya lagi mending kita balik aja ke rumah. Mau?" aku mulai kesal.

"Iya deh." jawabnya pasrah.

Sementara aku terus berkonsentrasi dengan jalanan di depanku yang mulai gelap dan lampu - lampu di jalanan pun sudah mulai memancarkan sinarnya secara otomatis.

"Anne.." suara seorang lelaki memanggil nama gadis di belakangku saat kami berhenti di trafic light membuatku menoleh ke arah suara itu.

"Haii..." dan Anne melambaikan tangannya sambil tersenyum cerah ke arah lelaki itu.

"Siapa?" tanyaku sinis ketika lampu sudah berpindah ke warna hijau.

"Itu temen SMP ku sayang."  jawabnya santai.

"Temen atau pacar kamu?"

"Temenlah sayang,pacarku kan cuma kamu aja." jawabnya seraya mengencangkan pelukannya.

"Lain kali aku gak suka kamu deket, nyapa atau apapun yang berhubungan dengan cowok selain aku dan papa kamu. Ngerti?" ujarku.

"Tapi itu kan temen SMP ku,aku kenalnya sebelum sama kamu. " bantahnya.

"Iya terus apa gak bisa kamu pura - pura gak denger aja? Jadi cewek gak usah kecentilan. "

"Iya sayang. Maaf."

Aku terus memacu kendaraanku ditengah hiruk pikuk kota dimalam hari. Sebenarnya sangat memuakkan melakukan hal ini. Tapi ya sudahlah, pada akhir cerita, aku akan mendapatkan kepuasan dari usahaku. Tidak akan sia sia dan tidak boleh sia sia.

Setelah beberapa menit, aku menghentikan kendaraanku. Anne menatapku saat aku turun dari motor seolah menuntut penjelasan. Lalu dia menatap sekelilingnya. Sepertinya ia mencari kejutan yang aku janjikan tadi. Bahkan ia masih nyaman berada di atas motor ku. Nihil. Ia kembali menatap ku.
"Dimana kejutannya??" Katanya dengan suara manjanya yang khas.
Aku hanya tertawa,lalu kukeluarkan kain penutup mata berwarna merah dan mulai mengikat di mata cantiknya.

"Diam dan tunggu kejutannya" jawabku singkat. Aku masih dapat melihat senyuman di bibirnya sebelum kembali memacu kendaraanku.

Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang