DATING WITH IDOL

Prolog

"Kabar terkini, Nam Taehyung member dari boy group BT5, mengalami kecelakaan di Ilsan saat akan kembali ke Soul. Kecelakaan diakibatkan Manager  mengemudi dalam keadaan mabuk . Kondi-"

Seorang gadis mematikan televisi dengan remot kontrol. Ia menghela nafas gusar lalu kembali meringkuk memunggungi wanita yang tengah mengupas sebuah apel.

"Namwi-ya, ini apelnya sudah eomma kupaskan." Wanita itu menyodorkan sepiring potongan apel pada anak semata wayangnya.

"Namwi-ya." Panggil sosok itu lembut, namun Namwi hiraukan.

Pintu kamar terbuka, seoarang pria dewasa datang dengan setelan kantor. Ia berjalan sembari melepaskan jasnya, menghampiri kedua wanita didepanya.

Pria itu mencium kening istrinya, "masih tidak mau makan?" tanyanya yang dijawab anggukan wanita disampingnya.

Pria itu melangkah dan duduk diranjang inap, mengusap bahu anaknya pelan. " Namwi-ya."

"Sudah kubilang berapa kali, namaku bukan Namwi! Mengapa kalian masih memanggilku dengan nama itu?!" Namwi bangkit  dan menatap kedua orang tuanya tajam. Sangat terlihat dari cara ia memandang, Namwi membenci nama itu.

"Kim Namwi, nama yang bagus. Apa ada yang salah dengan itu?" Pria yang bernama Namjoon mengusap rambut Namwi pelan, namun tangan kasar menghepasnya.

"Yang salah kalian. Mengapa kalian melahirkanku. Pergilah. Namaku Jung Diya." Gadis itu kembali memunggungi kedua orang tuanya dan meringkuk dengan selimut yang ia remas kuat.

Aku benci nama itu. Namwi Namjoon dan Wiseok. Nama yang menjijikan, seperti perbuatan kalian.

"Tidak bisakah aku mati saja?"

"Melihat mereka seperti itu, membuatku muak."

"Menjijikan."

"Aku membenci mereka!"

Namwi terus menangis dibalik selimutnya, terisak dalam batin yang  menyiksa dirinya. Kebencian kepada orang tuanya kian bertamabah dengan seiiringnya komentar jahat yang terus menghantuinya.

🐖🐖🐖

Dilain kamar inap dengan rumah sakit yang sama. Taehyung terbaring dengan luka di bagian kepala dan kaki. Laki-laki itu masih terbaring dengan memejamkan mata.

"Apa dia baik-baik saja?" Laki-laki dengan postur tinggi serta bahu lebar itu berdiri disamping ranjang Taehyung, memperhatikan salah satu membernya yang terbaring dengan selang infusan pada tubuhnya.

"Dia baik-baik saja." Sahut laki-laki lain sembari memandangi air infusan yang keluar tetes demi tetes.

"Seokjin-ah, J-hope ayo. Ada jadwal hari ini. B.I dan Sehun sudah menunggu di mobil." Kim manager datang membuat Seokjin dan Jhope mengangguk.Mereka menatap Taehyung sebentar , lalu pergi menyisakan laki-laki itu dengan staff lain.

Pintu inap tertutup dan sepasang mata terbuka menatap lurus langit-langit rumah sakit. "Mereka sudah pergi?"

"Sepertinya." Gadis itu menutup majalah lalu berjalan menghampiri Taehyung.

"Apa kau butuh sesuatu?"

"Tidak Ahin-ah. Aku hanya butuh tidur."

"Kalau begitu tidurlah." Ahin kembali duduk di sofa lalu membuka majalah. Ia mengusap salah satu foto dan tersenyum.

"Sepertinya comeback akan ditunda."

Tidak ada jawaban dari Taehyung, laki-laki itu hanya diam dengan mata yang menatap lurus.

Mereka hening dengan pikiran masing masing. Taehyung menyeritkan dahinya, ia mendengar isak tangis seorang gadis.

Dengan berusaha menahan sakit disekujur tubuhnya, Taehyung duduk dan menatap Ahin yang kini sedang bermain ponsel.

"Ahin-ah, kau menangis?"

"Apa kau bercanda?" Gadis itu terkekeh lalu kembali memainkan ponselnya.

"Kau tidak mendengar suara tangisan?" Taehyung terus bertanya. Pasalanya sedari tadi laki-laki itu mendengar rintihan gadis yang menangis dengan pilu.

Ahin terdiam, ia memfokuskan pendengarannya. Namun, yang ia dapat bukan suara tangisan melainkan suara perutnya yang berdemo ingin di beri asupan.

"Tidak ada. Aku akan membeli makanan, hubungi aku jika kau butuh sesuatu. Ingat. Aku ini asisten BT5 kau harus mempekerjakanku. Jangan sampai aku dimarahi perusahaan lagi jika kau selalu melakukannya sendiri. Apa gunanya aku disini?" Ahin melongos membuat Tehyung termenung.

Ia masih mendengar suara itu, bahkan bukan hanya suara tangisan yang nyata itu.

"Tidak bisakah aku mati saja?"

"Melihat mereka seperti itu, membuatku muak."

"Menjijikan."

"Aku membenci mereka!"

-TBC-