Prolog ;
Sore itu langit tampak kemerahan. Mentari sudah mulai lelah berjaga hingga saatnya kini melangkah pergi. Begitu pula murid-murid SMA Perjuangan yang satu-persatu mulai mengosongkan ruang kelas.
Namun tidak dengan kelas 11 IPA 3, masih terdapat seorang laki-laki yang tinggal di dalam kelas.
Laki-laki bersurai hitam kecoklatan itu duduk di kursi paling depan dekat dengan jendela, di hadapannya terdapat kertas-kertas dan buku-buku yang berserakan.
Sepasang matanya menatap kosong rumus-rumus yang tertulis di buku catatannya.
Tiba-tiba ia menggeram, menggenggam pensil di tangannya erat hingga terbelah menjadi dua. Ia begitu frustasi karena tidak dapat menyelesaikan soal yang sedang ia kerjakan.
"Mang! Mang!" sebuah suara dari arah koridor kelas mengintrupsi laki-laki itu.
Lewat jendela mata laki-laki itu menangkap seorang teman sekelasnya dan seorang penjaga sekolah sedang berinteraksi di koridor kelas.
"Eh iya, ada apaan tong?" Tanya sang penjaga sekolah pada teman sekelasnya.
"Mang, Haechan mau minta kunci ruang olahraga. Mau naro peralatan futsal." jelas teman sekelasnya yang mengenakan pakaian olahraga.
"oh yaudah, sebentar." ujar sang penjaga sekolah sambil meletakan setumpuk kertas yang sedang dibawanya keatas bangku panjang yang terletak di pinggir koridor.
"wah, ini soal ujian buat besok ya mang?!" seru haechan menunjuk tumpukan soal yang sebelumnya dibawa oleh penjaga sekolah.
"boleh lah mang haechan minta satu!" tambahnya sambil terkekeh.
"enak aja, ni kuncinya sono!" tolak sang penjaga sekolah sambil memberikan kunci dari dalam saku celananya kepada haechan.
"yaelah pelit amat! Yaudah deh makasih." ujar haechan mengambil kunci dan meninggalkan si penjaga sekolah dengan wajah yang dibuat kecewa.
Laki-laki didalam kelas itu diam-diam mendengarkan percakapan mereka. Ia tak henti memandang kearah tupukan kertas yang memenuhi kedua tangan si penjaga sekolah, dan sesuatu terlintas di kepalanya.
-"-
