[7] Jogja - day 2

11 1 0
                                    

"Cepet dong delapan belas menit lagi mulai nih acaranya."

"Iya dikit lagi kelar Za." ucap gue setengah berteriak sambil menjepit bulu mata gue, Eza bisa nggak sih nggak usah pakai acara gedor- gedor pintu segala. Gue kan jadinya tergesa- gesa, kalau bulu mata gue rontok gegara kejepit emang situ mau tanggung jawab? Kan gue jadinya ngedumel sendiri.

"Udahlah gak usah make up aneh-aneh lo. Biasanya juga pakai bedak bayi doang."

"Bisa diem nggak sih lo!" kesel deh gue lama-lama, kalau gue buru- buru keluar yang ada lipstick gue belepotan, bedak nggak rata. Dikira gue mau ikutan lenong bukannya datang ke acara pameran.

Gue akhirnya selesai dan buru-buru keluar sebelum pintu kamar gue sempal dan gue yang disuruh ganti rugi.

"Berisik banget jadi orang, teriak- teriak gak jelas lo pikir ini tengah hutan." omel gue pada Eza sambil menali sepatu yang gue pakai

"Lo sih di dalam lama amat. Itu dandan apa beranak."

"Beranak sambil dandan."

Hari ini gue memakai rok putih selutut, dan t- shirt dengan warna yang senada ditambah jacket denim yang agak gombrong, dan untuk rambut sengaja gue urai. Kalau Eza memakai celana jeans warna hitam dan kaos hitam dengan kemeja yang sengaja tidak dikancingin. Jangan lupakan kamera yang selalu dikalungin dilehernya.

***

Setelah Eza menyerahkan dua tiket kami berdua pun masuk, mungkin dia sudah menyiapkan tiket tersebut jauh- jauh hari gue nggak tahu, menurut gue itu nggak penting buat diceritain karena gue juga nggak menanyakan hal itu ke dia. Bagus juga ternyata di dalam, banyak pajangan foto-foto yang tergantung di dinding, ya iyalah namanya juga pameran foto masa isinya patung- patung.

Eza pamit ke gue katanya mau jalan sendiri sambil nyari inspirasi buat acara ukm nya bulan depan, kalau urusan ini sih gue nggak berani ganggu, akhirnya gue juga jalan sendiri melihat- lihat beberapa pajangan foto. Kebanyakan hasil jepretan disini melihatkan aktifitas orang di setiap sudut Yogyakarta, ada yang sedang menunggu lampu merah, jalan kaki, bercengkrama di angkringan pokoknya banyak deh. Tapi ada juga beberapa foto yang simple tapi terkesan puitik dan klasik, meskipun warnanya hitam putih tapi foto tersebut bisa memberi roh tersendiri.

Gue celingak- celinguk nyari Eza tapi hasilnya nihil, akhirnya gue memutuskan untuk chat dia bilang bahwa gue mau keluar sebentar buat nyari minum. Pas gue sudah balik gue berhasil menemukan Eza, tapi kayaknya dia lagi sibuk ngobrol sama seseorang, entah siapa orang tersebut gue nggak bisa mengenali wajahnya karena posisinya membelakangi gue. Eza sadar akan kehadiran gue yang berdiri nggak jauh dari tempatnya.

"Woy Bil sini." ucap Eza sambil melambaikan tangannya ke arah gue dan gue balas dengan anggukan. Tapi, ucapan Eza barusan juga membuat cowok yang ngobrol sama dia dari tadi juga noleh ke arah gue.

Deg.

Tunggu dulu.

Ini gue pasti salah lihat.

Kok ada mas kelapa muda sih? Seketika bahu gue langsung melorot dan rahang gue jatuh. Badan gue rasanya kaku, pusing nggak tahu campur aduk pokoknya, gue masih nggak percaya sama yang di depan gue sekarang. Eza menghampiri gue, gue masih mematung di tempat. Sialnya cowok tersebut malah ngikutin Eza yang nyamperin gue. Tolong ini diputerin backsound jengjengjet.

"Sini in minuman nya gue haus." Eza merebut kantong plastik yang gue pegang dan langsung menenggak air mineral itu sampai sisa setengah, Eza yang minum tapi rasa haus gue yang hilang. Serius gue nggak bohong, rasa haus gue tiba-tiba sudah hilang berkat mas kelapa muda. Muka dia bikin gue adem, rasanya kek habis minum air pegunungan asli, seger sama ada manis- manisnya gitu.

"Bil kenalin ini--"

"Gue udah tahu kok. Mas kelapa muda kan?"

Oke.

Mereka berdua serempak plonga- plongo dan tatapannya mengakatan 'lo.ngomong. apasih.' Ngomong- ngomong ada nggak sih lomba plonga- plongo, gue mau daftarin mereka aja kalau ada.

"Lo--  mas kelapa muda yang waktu itu kan?"

Cowok tersebut terlihat berpikir sejenak, dia tampak mengernyitkan dahi mungkin masih mengingat- ingat siapa gue, yaa kalau dia masih ingat tragedi air kalapa muda sih.

"Ohh iya saya baru inget, mbak yang kapan hari di pantai itu kan."

Nah kan.

Ternyata dia masih ingat gue Ya Tuhan.

Wohooo apakah ini yang dinamakan semesta berkonspirasi untuk gue? Apakah takdir sedang mempermainkan babak baru dalam naskah cerita hidup gue? Sampai akhirnya suara Eza membuyarkan lamunan gue.

"Ini maksudnya gimana sih? Kalian udah pernah ketemu sebelumnya??"

Gue ngangguk, cowok itu juga ikutan ngangguk. Eza pusing lihatin kita, authornya juga ikutan pusing.

"Lo bilang tadi katanya lo seorang fotografer, jangan bilang lo abang- abang jualan kelapa muda? Ya kan? Lo mau nipu gue ya, sok- sok an pake acara mau ngajak buat kerja sama buat konten segala."

"Eh nggak bang ini salah paham." mas kelapa muda geleng- geleng kepala saat Eza menyerang nya dengan berbagai rentetan pertanyaan.

"Eh Za jangan itu--"

"Ini orang mau nipu gue Bil lo diem aja. Ngaku nggak lo."

Gue berusaha menjelaskan apa yang terjadi ini adalah kesalah pahaman, gue pernah ketemu mas kel- eh maksud gue cowok itu yang gue nggak tahu namanya. Eza mengira cowok tadi adalah abang jualan es kelapa muda yang pernah gue temuin, tapi nyatanya tidak. Dan setelahnya tiba-tiba Eza main tonyor aja. Duh gue harus gimana nih? Udahlah gue jadi tim hore aja lah, ehh mereka kan lagi baku hantam gue panggil satpam aja lah. Daripada pameran ini tiba- tiba gagal gegara kerusuhan yang dibuat mereka berdua.





-cuap cuap author-

Lanjutan ada di Next Chapter!

When You Love SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang