Part 6

131 5 0
                                    

Diat langsung menyuruh temannya bersiap setelah mendapat pesan dari Diva.

Diva sempat bingung mengapa Diat menyewa tempat khusus untuk dia dan Diat. Diva juga tidak tahu bahwa ada teman-teman Diat.

Putra dan Kenneth menaburi bunga yang sudah disiapkan oleh mereka. Sedangkan Zaki, ia menyetel musik romantis sesuai suasana saat ini. Lutfi bertugas untuk membawa peralatan yang akan Diat berikan kepada Diva.

Seseorang memegang pundak Diva, Diva langsung menengok kebelakang. Dilihatnya Diat dengan kaos hitam dan celana jeans.

"Eh lu yat, gue cariin dari tadi juga"

"Hehe" ucap Diat dengan cengengesan.

"Acara apaan nih? Kok tumben ngundang gue?" tanya Diva dengan kebingungan.

Kringg...kringg

"Itu suara hp lu yat?" tanya Diva

"Ah bukan itu, ringtone hp gua lebih alay soalnya hehe" jawab Diat.

"Yat, nih bunga sama cokelatnya. Puyu ngomel-ngomel nih, lu si kelamaan acaranya" cerocos Lutfi lalu pergi meninggalkan mereka.

Rasanya ingin sekali Diat menjambak rambut Lutfi. Diva hanya melongo melihat kelakuan Lutfi.

"Lah ada Upi?"

"Iya, sebenernya gua mau ngomong sama lu Div" ucap Diat dengan tatapan mata yang amat serius.

"Ngomong apa?"

"Gua tau ini tak sealay ringtone hp gua, tak seindah puisi buatan Dara, tak sebagus lukisan Nayya"

"Maukah kamu jadi pacarku?" ucap Diat dengan nada yang lantang sambil memberi coklat dan bunga.

Suasana hening, hanya ada alunan musik yang memenuhi ruangan tersebut. Diva tersenyum, lalu  mengangguk, mengiyakan pertanyaan Diat.

"Akhirnya Diatku sudah tidak jomblo" ucap Kenneth yang tiba-tiba datang dan diikuti yang lainnya.

"Lah-lah kok jadi banyak gini orangnya?" tanya Diva dengan setengah kaget.

"Ga usah sok kaget lu Div, harusnya lu tuh berterima kasih sama kita" sahut Zaki

"Terima kasih buat apaan?"

"Buat ini semua Dipa. Kita udah beli balon, beli bunga, beli coklat" jawab Kenneth.

"Oh jadi ini lu semua yang bantuin"

"Iyalah" jawab Putra.

"Yaudah yuk, gua udh pesenin makanan buat lu lu pada" ucap Diat sambil menarik tangan Diva.

"Tau aja lu yat kita butuh komisi" ucap Kenneth sambil mengikuti langkah Diat.

*******
Putra langsung menuju rumahnya setelah acara tadi. Ia memarkirkan mobilnya disebuah taman, taman yang pernah ia datangi bersama Jua.

Sebuah ayunan berwarna merah muda menarik perhatian Putra, ia langsung duduk diayunan tersebut sambil menengadahkan kepalanya.

Setetes air mata membasahi pipi Putra, ia memejamkan matanya, berusaha menenangkan pikirannya.

"Lo ngapain disini?"

Putra langsung mengusap air matanya dan menoleh ke sumber suara. Dilihatnya seorang wanita yang terlihat seperti habis nangis.

"Nayya, lu kenapa?" tanya Putra yang bingung melihat Nayya.

Nayya tidak menjawab pertanyaan Putra, ia duduk didepan Putra kemudian memejamkan matanya. Putra hanya diam, entah apa yang harus dilakukannya.

"Semua cowo tuh ternyata sama aja ya. Liat cewe cuma dari fisik" ucap Nayya dengan sesenggukan.

Putra masih diam, ia masih sangat bingung dengan Nayya.

"Tuh kan, cewe lagi badmood bukannya dihibur malah diem doang"   cibir Nayya dengan tatapan mematikan.

"Kan gua ga tau masalah lu apa, lu dateng tiba-tiba nangis. Lah gua bingung" sahut Putra.

"Gua ditinggalin Put..., Mungga ninggalin gw demi mantan lo yang kecentilan"

Putra menaikkan sebelah alisnya.

"Lu putus?"

"Engga, tapi tadi dia ninggalin gw pas kita lagi jalan bareng. Dia lebih milih nemenin Jua dibanding gw Putt"

Nayya menangis lebih kencang, Putra bingung harus apa. Ia mengelus kepala Nayya.

"Tenang, yang sakit hati bukan lu doang" ucap Putra yang berusaha menenangkan Nayya.

"Lu ga cemburu gitu cewe lu jalan bareng Mungga? Terus kenapa dia ga minta lu buat nemenin dia aja?"

"Udah putus" jawab Putra.

Nayya mengusap air matanya, ia menatap Putra.

"Terus lu ga sedih? Sumpah ya cowo tuh sama aja, sayangnya pas diawal doang" ucap Nayya dengan wajah kesal.

Putra tidak menanggapi perkataan Nayya, ingin sekali rasanya ia mengatakan bahwa selama ini Mungga tidak sayang pada Nayya. Namun, kelihatannya ini bukan saat yang tepat.

"Pulang sana udh mau maghrib" ucap Putra sambil melihat Nayya yang sedang melamun.

Nayya menoleh, lalu ia berdiri dan mulai berjalan meninggalkan Putra.

"Gua anterin"

*******
Nayya kembali dengan kegiatan yang biasa ia lakukan. Ia melukis dua insan yang saling menatap satu sama lain.

Ia menaruh semua peralatan lukisnya, kemudian langsung berbaring ditempat tidurnya. Sedikit menyesal pergi dengan Mungga, tapi ya sudahlah.

Heyoo, lama ga ketemu nih hehe. Jangan lupa jaga kesehatan yaa, dirumah aja baca cerita akuu HAHAH💗💗.
Jangan lupa follow, kasih vote dan komen🤗💙

TAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang