Puisi Senja

4 0 0
                                    

Aku bukanlah penyuka senja yang suka menghabiskan sore bersama langit jingga. Bukan pula pemuja puisi-puisi romantis nan puitis. Bagiku, senja dan langit jingga hanyalah pengingat duka. Tapi itu dulu, sebelum mengenalmu. Sebelum kutahu kalau dirimu adalah senja yang selalu menulis puisi indah untuk langit jingga. Sebelum puisi-puisimu berhasil membangkitkan rasa yang terpuruk lama.

Setelah mengenalmu, aku seperti ingin ikut duduk bersamamu dan langit jingga, bercerita tentang hari ini, esok, maupun masa yang lalu. Aku cemburu, melihat langit jingga yang selalu kau puja, sementara aku hanya berani menyapamu lewat sebaris puisi yang kutitipkan pada semilir pagi.

Namun, aku tak pantas cemburu. Aku hanyalah sunyi, tak berarti apapun selain sepi. Sementara kau, kau punya langit jingga dengan segala keindahannya. Yang bisa kulakukan hanyalah menitip salam pada sang bayu yang berembus, semoga hari yang kaulalui menyenangkan.

Sekarang, kuingin bercerita, tentang seorang penikmat senja yang membuatku jatuh cinta. Tentang bagaimana cinta itu tiba lalu sirna. Tentang luka yang kelak kan jadi kenangan indah. Tentang rasa yang tak tersampaikan tapi ingin kuabadikan. Di sini, dalam lembar dan baris kata, agar suatu hari kau membacanya dan tahu, bahwa kita pernah punya cerita

Jambi, 19092019
@augiezone

JEJAK KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang