[3] Imagination

778 115 21
                                    

Lisa mengerjapkan matanya saat merasa cahaya masuk menerobos retinanya.

Hal yang pertama ia lihat adalah warna putih.

"Sayang, syukurlah kamu sudah sadar." Seru Bom merasa lega saat mendapati puterinya sudah sadarkan diri.

"Aku kenapa, Ma?" Tanya Lisa. Kepalanya masih terasa berdenyut.

"Kau pingsan, sayang. Mama dan Papa sangat khawatir terjadi sesuatu padamu. Kau kenapa, hm?" Tanya Bom sembari mengelus surai puterinya.

Lisa mencoba mengingat kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri.

"See you next time, Dear."

Deg

Grep

Bom tersentak saat merasa tubuhnya agak terhuyung ke belakang. Lisa memeluknya erat.

"Sayang? Hei, kenapa?"

"Aku takut, Ma." Gumam Lisa.

Lelaki itu! Sebenarnya siapa?

"Takut apa? Coba ceritakan pada Mama."

Lisa mendongkak dan menatap Mamanya. "Semalam seorang lelaki datang ke kamarku."

Bom melotot kaget. "Apa? Lelaki?".

Lisa mengangguk.

Bom mengelus surai Lisa sayang. "Sudah, tidak papa. Nanti Mama suruh Papa untuk cari tahu siapa lelaki brengsek yang sudah dengan seenaknya memasuki kamarmu."

Lisa mengangguk. "Pastikan dia ketemu, Ma." Seru Lisa.

"Pasti, sayang. Sekarang jangan takut, ada Mama di sini."

Lisa semakin mengeratkan pelukannya.

***

Lisa menatap seluruh tayangan cctv di segala penjuru rumahnya dengan pandangan kaget.

Kenapa tidak ada tanda-tanda lelaki itu masuk ke kamarnya? Bahkan, cctv dari rumah sebelah yang menjurus langsung ke jendela kamarnya pun tidak menunjukan ada lelaki itu.

"Sayang, mungkin kau kelelahan saja dan berkhayal seakan lelaki itu ada."

Lisa menatap Papa nya. "Aku tidak berkhayal, Pa."

Senghyun mengangguk. "Iya, kau tidak berkhayal."

Lisa mendesis. Ia sungguh tidak berkhayal! Mana mungkin berkhayal sampai membuat dirinya tak sadarkan diri, huh?

Bom mengamit lengan puterinya untuk bergegas ke kamarnya. "Sekarang, istirahat dulu."

Lisa menatap Mama nya. "Aku tidak berkhayal, Ma."

Bom mengangguk. "Iya. Sekarang istirahat dulu saja."

Lisa menghela nafas. Kenapa tidak ada yang percaya padanya, huh!

***

"Apa sebaiknya kita hubungi psikiater?" Tanya Senghyun begitu me dapati sang isteri masuk ke kamarnya.

Bom mengangguk. "Aku sudah berfikir seperti itu. Tapi, aku takut akan menyakiti hati Lisa." Jawabnya.

Senghyun menghela nafas. "Tapi, aku tidak menemukan lelaki atau bahkan seseorang memasuki kamar Puteri kita, sayang."

Bom menatap suaminya. "Kita tunggu saja beberapa waktu. Jika Lisa masih saja berkhayal hal seperti ini, kita bawa ke psikiater."

Senghyun mengangguk. "Baiklah." Jawabnya.

Lagi pula, ini pertama kalinya puterinya bersikap aneh seperti ini. Jadi, tak perlu ada yang terlalu di khawatirkan.

***

MY DIVERGE BOYFRIEND - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang