Paw! 1: Pywe sedang Bosan

646 63 7
                                    

"Pywe, hentikan itu! Kau akan membuat kita terlambat kembali ke Planet Paw," kata seorang manusia yang berdiri di belakang kemudi. Manusia itu memiliki telinga kucing dan ekor panjang. Bulunya campuran abu-abu dan putih. Sebuah kacamata berlensa biru menutup sepasang bola mata kuning emas.

Pywe, dia hanya melompat-lompat sambil memainkan ekor saudaranya. Dalam bentuk tubuh kucing, dia bisa bergerak sesuka hati. Tanpa sengaja cakar Pywe melukai ekor tebal saudaranya, sehingga dia marah. Saudaranya tidak terima. Wujud manusia kucing tiba-tiba berubah menjadi hewan kucing seutuhnya dan mereka mulai membuat keributan.

"Hargh!"

"Yawgh!"

Perkelahian tidak bisa dihindari. Mereka saling melemparkan diri mereka ke lawan masing-masing. Wajah bulat berbulu yang lembut dan manis itu hanya jadi kamuflase saja. Lihatlah tingkah mereka, tak ubahnya seperti kucing bar-bar.

Si kucing dewasa mengeratkan rahangnya. Dia lalu berbalik kepada dua kucing yang sedang berkelahi dan membuat seisi kapal dipenuhi oleh suara raungan.

"Pywe, Numn, hentikan sekarang juga atau ayah tidak mengijinkan kalian liburan kamping musim panas kucing tahun ini!" Kata pria kucing sambil meletakkan kedua tangan di pinggang.

Dalam gumpalan asap putih, Pywe dan Numn pun berubah kembali menjadi manusia. Sayangnya telinga dan ekor kucingnya masih tersisa. Kedua telinga mereka kini turun lunglai. Ekor mereka bergerak pelan tak bersemangat.

"Pywe duluan, ayah!" seru Numn menyalahkan.

"Tidak, miaw! Aku tidak mau liburannya dibatalkan."

"Pywe, cepat minta maaf pada kakakmu!"

"Liburannya?"

"Tidak ada liburan. Itu hukuman untukmu."

Wajah Pywe mendadak sendu. matanya mulai dilapisi dengan air mata. Dia pun berguling-guling di lantai besi sambil berteriak, "Liburan! Aku mau liburan!"

"Rasakan itu," umpat Numn pada adiknya.

"Numn, kau juga tidak ada liburan!"

"Kenapa aku juga, ayah?"

"Karena kau ikut berkelahi dengan adikmu."

"Aku kan membela diri, ayah!"

"Tetap saja kau harus dihukum."

"Ini tidak adil! Semua gara-gara kau Pywe. Kau nakal sekali, sih?"

"Aku tidak nakal. Aku hanya tidak bisa diam. Melihatmu tenang membuatku kesal. Ini sangat membosankan. Kapan kita sampai? Aku mau main, miaw!" Pywe kembali berguling-guling.

Sang ayah kembali ke kemudi. Pria ini sudah terbiasa dengan sikap anak bungsunya. Sekali lagi dia melirik sebuah figura berisi foto keluarganya. Ada dia sebagai ayah, istrinya, dan lima anak kucing. Yang menarik dari foto itu adalah salah satunya sedang menjulurkan lidah.

"Pywe, lebih baik kau pergi di kamarmu dan jangan keluar sampai kita kembali ke rumah. Renungkan apa yang sudah kau perbuat barusan," kata sang ayah memberi peringatan.

"Baiklah, ayah." Pywe berputar arah menuju kamarnya. Namun, di tengah jalan dia kembali lalu berteriak, "aku ingin liburanku, ayah!" Setelah mengucapkan itu dia berlari dalam wujud seekor kucing.

Keempat kaki pendek nan menggemaskan membawa tubuh tertutup bulu itu menyusuri sebuah ruangan. Di sekeliling ruangan terdapat 6 pintu. 1 pintu untuk orang tuanya dan 5 lainnya adalah kamar anak-anak. Pywe mengangkat salah satu kaki depannya menyentuh pintu. Sebuah cahaya biru muncul. Pywe menembusnya tanpa rasa takut.

PAW! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang