Pywe 3: Namaku Pywe, Meow.

148 32 7
                                    

Dalam tidurnya, Raga bergerak-gerak gelisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam tidurnya, Raga bergerak-gerak gelisah. Dia bermimpi bertemu dengan makhluk aneh juga kendaraan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Samar dia melihat bulu-bulu beterbangan sehingga membuatnya bersin-bersin.

"Hatchu! Hatchu!" Raga akhirnya membuka mata dan dia menemukan dirinya sudah ada di dalam apartemennya sendiri. "Kenapa aku berada di sini? Terakhir kuingat aku sedang ada di club, lalu ada sebuah benda aneh menabrakku dan ..." Raga memegang kepalanya yang terasa amat berat.

"... aku bertemu dengan seekor kucing. Hatchu!" Lagi-lagi Raga bersin.

"Miaw."

Raga menoleh ke arah di mana suara itu datang lalu dia terperanjat. "Kucing? Kenapa ada kucing di sini?! Ha ... hatchu!"

Raga bukan tipe lelaki sentimentil. Dia bukan penyayang hewan, apalagi tipe hewan manja seperti kucing. Baginya mereka sangat merepotkan. Belum lagi jika mereka buang air sembarangan, mencakar atau bulu-bulunya berserakan. Apalagi dia tidak suka apartemennya bau kotoran binatang. Raga benci itu. Jadi tidak mungkin dia memelihara kucing.

Tetapi nyatanya ada seekor kucing berbulu putih duduk tenang di samping Raga. Ekornya yang montok berbulu mengibas-ngibas pelan. Kepala kucing itu sesekali bergoyang ke kanan dan kiri. Setelah mengamati Raga cukup lama, dia mengangkat salah satu kaki lalu menjilatinya.

"Aku bukan kucing. Namaku Pywe, miaw."

"Kau?! Kau bisa bicara?!" Raga bergerak mundur, tetapi terhalang oleh sesuatu. Dia hampir tergelincir ke bawah karena licin.

"Tentu aku bisa bicara, karena aku jenius, miaw. Salam kenal!" Pywe mengangkat dua kaki depannya dan diayunkan ke arah Raga.

"Diam di situ! Jangan dekat-dekat! Hatchu!"

"Kenapa kau mengeong?"

"Aku bukan mengeong, tapi bersin. Aku manusia bukan kucing sepertimu." Raga menutup hidungnya dengan kaus. Dari dulu bulu kucing selalu membuat hidungnya geli.

"Aku bukan kucing, namaku Pywe."

"Tapi kau punya telinga segitiga dan ekor berbulu. Kau juga mengeong----berarti kau kucing."

"Namaku Pywe, miaw!"

Crack

"Argh! Kau mencakarku!"

Raga mengusap-usap tangannya yang dicakar. Raga memiliki tato di tangan dan sekarang lukisan tato itu bertambah berupa tiga garis yang mengeluarkan darah. Meski darah yang keluar hanya sedikit, tetapi cukup kontras dengan tato Raga yang berwarna hitam.

"Harga untuk membuat tato ini mahal. Sekarang kau merusaknya."

"Bodo amat!"

"Dasar kucing!"

"Panggil aku kucing dan kau bisa rasakan seranganku! Haiiiyaa!" Pywe mengangkat tubuhnya sehingga berat badan bertumpu pada dua kaki belakang. Seperti seorang ahli kung Fu, Pywe bersiap dengan cakar-cakar di kaki depannya.

PAW! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang