Aku merindukanmu..
Dimana kau berada?
Di sini aku menunggumu.. Masih menunggumu..
Kembalilah..
Kumohon kembalilah..
Aku tidak bisa hidup tanpamu..
Aku hampa tanpamu..
Kaulah cahaya hidupku, senyum ditiap dukaku, bintang di malamku..
Kembalilah
Kim Gwiboon..
24 Desember
Aku duduk termenung seorang diri, membiarkan tubuh ini membeku di tengah dinginnya malam. Butir-butir salju yang mulai berjatuhan, menyelimuti jalannan pusat kota bak selimut putih tebal. Malam ini, malam Natal. Malam yang selalu menjadi malam terindah bagi setiap insan manusia. Kebahagiaan dan kehangatan Natal menyentuh hati tiap insan manusia tapi, tidak dengan diriku karena malam ini akan selalu menjadi malam yang kubenci. Malam dimana aku harus kehilangan dirimu dari sisiku.
-Flash back-
"Jinki, apa kau sudah siap?"
"Eomma sudah berapa kali aku katakan padamu, aku tidak ingin pergi ke gereja. Jadi, berhentilah memaksaku."
Ini sudah yang kesekian kalinya eomma berusaha memaksaku untuk ikut dengannya pergi ke gereja. Hari natal sudah berada di depan mata, hari dimana Tuhan Yesus Kristus lahir di dunia sebagai sang Juruselamat. Itulah yang selalu dikatakan eomma padaku beberapa hari terakhir ini dan aku tidak mengerti kenapa eomma mendadak berubah menjadi religius seperti itu. Bila diperhatikan sifatnya itu berubah semenjak Appa meninggal setahun yang lalu. Dan aku bosan mendengarnya tiap hari ceramah panjang lebar soal agama. Bukan karena aku tidak percaya akan Tuhan, hanya saja menurutku agama dan kegiatan rohani itu hanya menghalagi saja dan aku pikir dengan hanya berdoa di dalam hati dan banyak mengucap syukur Tuhan akan selalu mendengarnya kapanpun dan dimana pun kita berada. Tidak perlu repot ke gereja atau sebagainya toh, Tuhan akan selalu berada di hati kita.
"Aigoo~ Ayolah Jinki. Pergilah sekali ini saja. Sepanjang umurmu kau tidak pernah ke gereja. Kau ini mau menjadi apa? Kau ini seperti tidak mengenal Tuhan saja"
Aku mendelikan mataku, menatap eomma yang kini berdiri berkacak pinggang di hadapanku.
Kenapa ia cerewet sekali? Biasanya dia tidak pernah memaksaku untuk pergi ke gereja. Tidak pernah sekalipun. Lagipula ia sendiri tahu aku paling malas jika harus pergi ke gereja.
"Eomma, kenapa tumben sekali kau cerewet seperti ini. Kau kan tahu aku paling malas pergi ke gereja. Lagipula berdoa di rumah juga sudah cukup. Tuhan akan selalu mendengar doa kita, ya kan?" bantahku
Eomma bedecak.
"Ini natal Jinki. Sudah berapa ratus kali Natal kau lewati tanpa pernah ke gereja. Ayolah sekali ini saja. Kita harus mengucap syukur atas rejeki yang sudah kita dapat dari toko bunga kita menjelang Natal ini"
Aku terdiam. Ya, memang harus kuakui natal tahun ini benar-benar memberi berkah bagi toko bunga kami. Kami banyak mendapat pesanan bunga menjelang Natal dan pendapatan tahun ini melebihi tahun-tahun sebelumnya.
"Jadi, hari ini kau harus ikut eomma ke gereja."
"Tapi, eomma. Toko sedang ramai, lebih baik aku tetap di sini menjaga toko." sergahku
Eomma mengelengkan kepalanya.
"Ani. Kita tutup sebentar tokonya dan pergi ke gereja, arra?!"
Dan pada akhirnya, eomma kali ini menang dalam perdebatan dan berhasil membuat aku menuruti permintaanya. Aku akan pergi ke gereja bersamanya.