BAB 1
Terik siang mulai memancarkan sinarnya. Tak sepanas yang di bayangkan disini udaranya terbilang sejuk. Pepohonan masih tersebar banyak dijalanan. Suara kokokkan ayam sudah tidak terdengar lagi. Hari minggu saatnya menghabiskan waktu di rumah. Bercanda ria bersama orang-orang tersayang dan bertukar cerita.
Andi masih betah berlama-lama di kasur, belum beranjak hingga saat ini. Semalam begadang menemani Ayah menonton pertandingan sepak bola hingga larut malam. Padahal, ia berjanji akan menemani Ani bermain hingga sore hari. Itulah penyebab kegaduhan di kamar Andi. Suara merengek Ani yang tak usai-usai.
"Kak Annn, bangun! Katanya ingin menemaniku," teriak Ani. Teriakan yang bisa membuat getaran dilubang telinga.
Andi menggeliat. Untuk ketiga kalinya dia mencoba mempraktikkan tips yang diberikan Ibunya agar tidak mengantuk lagi.
Langkah pertama, sibakkan selimut sambil baca doa bangun tidur. Langkah kedua, turun dari ranjang sambil membisikkan kalimat pada diri sendiri, "Aku harus bangun sebelum ayam-ayam itu mematuk rezeki ku."
Langkah ketiga, buka jendela lebar-lebar sambil teriak, "Selamat siang, dunia!"
Langkah keempat, rentangkan tangan sambil berucap, "Akan kurangkul semua harapan yang ada di depan mata."
Langkah kelima pejamkan mata, nikmati hembusan angin. Dan sayang terkadang dilangkah kelima Andi kembali lagi ke kasurnya.
Andi beranjak menuju kamar mandi membersihkan diri setelah itu bergegas menghampiri Ani. Di ruangan keluarga Ani sedang menonton kartun sopo jarwo, kartun indonesia kesukaan Ani.
"Yuk, Ani. Mau mau bermain kemana?" ujar Andi
Ani tak menjawab ajakkan Andi, tetap diam menonton. Tetapi sebenarnya Bibirnya mengerucut tak suka, matanya melirik malas kearah kakaknya. Ani masih belum bergerak dari tempatnya berada. Awalnya, Andi membiarkan Ani yang sedang merajuk. Tapi, setelah beberapa menit Andi menyerah, ia mengaku bersalah dan segera meminta maaf.
"Ani, maafkan Kakak ya!" ucap Andi sambil memegang kedua tangan Ani dan terus mengucapkan kata maaf. Karena Ani daritadi tidak menggubisnya. Andi mengeluarkan jurus rayuan maut. Ia mengiming-imingi sebuah es krim vanila kesukaan Ani. Perlahan Ani mulai luluh, mengangguk-anggukkan kepala tanda memaafkan.
"Ayok, kita beli es krim Kak!" kata Ani dengan semangat berjalan menuju keluar rumah.
"Untung saja Andi sayang dengan Ani, kalau tidak sudah Ku buang hahaha" batin Andi dalam hati. Melihat tingkah Ani yang kekanakkan.
Hari itu, sebelum pergi bermain Andi mengajak Ani ke sebuah toko kecil di samping rumah. Banyak sekali barang dagangannya. Mulai dari makanan, minuman, sembako, serta sayuran dan ada juga peralatan dapur. Bila dilihat sekilas toko ini tidak begitu luas seperti kurang lengkap. Warungnya dibangun di samping rumah tempat Andi dan Ani tinggal. Catnya berwarna kuning terang yang menyilaukan mata. Warung Hitz Abizzz namanya. Bang Tagor Pemiliknya gaul abis dan selalu uptodate barang-barang baru, yang lagi hitz tidak pernah sekalipun terlewat.
"Bang Tagor, beli!!!" teriak Ani dengan suara lantang.
"Iya! sebentar." jawab Bang Tagor dengan suara yang dibuat mendayu-dayu khasnya yang gemulai. Perawakannya yang besar, tinggi, dan kekar bila dilihat seperti laki-laki pada umumnya. Bang Tagor adalah orang Medan asli yang merantau ke Bogor. Sudah 12 tahun dia tinggal. Pemasukkannya pun hanya mengandalkan toko untuk kehidupan sehari-hari.
YOU ARE READING
Dunia Baru
Teen FictionAndi dan Ani berhenti di tempat yang begitu asing. Ruangan itu putih kosong tanpa bangunan apapun, kosong tak berpenghuni. Terlihat dari sisi sebelah kanan muncul cahaya yang perlahan menyilaukan mata. Cahaya itu semakin lama semakin besar. Tibalah...