Pagi itu Ara dan keluarganya sibuk mengemas barang-barang Ara karena hari ini Ara akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah berhubungan ada teman papanya yang tinggal disana. Ara memasukkan pakaian ke dalam kopernya. Mukti membantu Ara juga. Sedangkan papanya sibuk menelpon taksi, mama Ara juga sibuk dengan memastikan perlengkapan ara.
" Apa ada yang ingin kau bawa lagi ? " Tanya mama Ara
" Kau tidak perlu membawa banyak pakaian kak, disana kau bisa membeli pakaian. jika isi kopermu di luar batas maka kau akan membayar lagi nanti. " Ujar Mukti
" Iya.. iya.. aku mengerti Mukti. Ara sedang memikirkannya ma. " Jawab Ara
" Cek sekali lagi, takutnya nanti ada barang yang lupa kau bawa pastikan membawa barang yang penting saja. " Ujar mama Ara lagi
" Oh iya, pak. Iya.. iya .. kami akan menunggu. " Ujar papa Ara seraya menutup panggilan di ponselnya
" Bagaimana pa, taksinya sudah menuju ke sini ? " Tanya mama Ara
" Iya, dia sedang dalam perjalanan. Ara apa semuanya sudah siap ? " Tanya papa Ara
" Sudah pa. " Jawab Ara
Mukti mengunci koper kakaknya agar terjamin keamanan ketika di bandara nanti.
Ara dan Mukti sedang duduk di tepian kasur. Mama Ara duduk di samping Ara lalu memberikan credit card kepadanya.
" Apa ini ma ? " Tanya Ara
" Ini tabungan mama. Gunakan untuk keperluan mu. saldonya tidak banyak tapi cukuplah untuk membantu biaya mu nanti. " Ujar mama Ara
" Tidak perlu ma, Ara juga punya tabungan ketika bekerja dulu. Nanti di Jakarta, Ara juga akan bekerja. " Ujar Ara
" Ambillah, itu simpanan mama dan papa untukmu. " Ujar papa Ara lagi
" Terima kasih mama papa. " Ara menerima credit card lalu memeluk kedua orang tuanya
Tidak lama kemudian suara klakson mobil terdengar. Mereka sekeluarga langsung keluar dari dalam rumah dengan membawa koper Ara. Supir taksi langsung keluar dari dalam dan memasukkan koper Ara ke dalam bagasi mobil. Mereka langsung memasuki taksi itu menuju bandara. Jaraknya menuju bandara memakan waktu sekitar 1 Jam. Ketika di perjalanan terlihat supir taksi yang tampak mengantuk dan terlihat buru-buru dalam menyetir.
" Pak, jangan mengebut, kecepatan sedang saja pak. Jangan buru-buru pak. " Ujar Ara
" Tidak apa-apa mba, soalnya saya mau cepat mba. Mba tenang ya, saya sudah ahli, ahli karena terbiasa. " Jawab supir itu
" Iya pak, hati-hati ya ." Ujar Ara lagi
" Entah mengapa, rasanya aku tidak ingin meninggalkan kalian. Aku tidak bisa jauh dari kalian. " Ara menitiskan air mata
" Kami semua lebih merindukanmu sayang " mama Ara mengecup pipi anaknya lalu memeluknya erat
" Sering-seringlah menelpon kami ya. " Ujar papa Ara
" Baiklah, akan ku lakukan. " Jawab ara
" Kak, aku akan sering mengirim pesan padamu dan menelpon mu " Ujar Mukti
" Aku akan segera membalas pesan mu. " Jawab Ara lagi
Ara memeluk kedua orang tua dan adiknya. Air mata Ara keluar begitu saja tidak bisa lagi terbendung karena harus meninggalkan dalam jarak yang jauh. Tiba-tiba taksi yang mereka naiki terhantam sangat keras. Taksi mereka menabrak sebuah Truk. Ara melihat kedua orangtuanya yang berlumuran darah melindungi adiknya sehingga adiknya tidak terluka sedikitpun. Ara menitiskan air mata. Mencoba menyadarkan kedua orang tuanya namun kedua orangtuanya tidak sadar sama sekali. Ingin keluar dari dalam taksi tapi tidak bisa. Ara dan adiknya menangis sejadi mungkin. Ketika adik Ara hendak memeluk Ara, ada besi mobil diatasnya hampir jatuh mengenai adiknya. Ara segera memeluk adiknya dan besi itu mengenai kepala Ara. Mukti adiknya menangis, Ara hanya tersenyum lalu mengusap kepala adiknya dan tidak sadarkan diri. Tidak lama kemudian, ambulans dan polisi datang ke tempat kecelakaan mobil itu. Banyak orang yang menyaksikan kecelakaan yang tragis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOUL
RomanceBerbaring di pasir putih hanya beralaskan kain, aku memandang bulan dan bintang di langit terasa sangat menyenangkan sambil mendengarkan irama ombak yang seakan tak pernah lelah untuk berirama.Jari telunjukku membuat berbagai pola dari bintang di la...