Tertuduh

196 34 31
                                    

Kalau Aimee tidak salah ingat, kalung puzzle milik Axel, sebenarnya milik teman kuliahnya. Saat itu mereka bertaruh, jika Axel menang pertandingan Tenis dan Bulutangkis di hari yang sama, maka medali milik orang itu akan menjadi milik Axel, dan jika Axel kalah, maka Axel harus mengumumkan kekalahannya di seluruh kampus. Dan ternyata Axel memiliki keberuntungan yang cukup bagus. Satu lawannya mengundurkan diri karena suatu alasan, sementara lawannya di cabang lain cidera dan tidak cukup bagus untuk mengalahkannya.

Singkat cerita Axel mendapatkan medali dari cowok bernama Alendra Lannabil, atau di medali itu ditulis inisialnya saja, AL. Beberapa bulan setelahnya cowok itu meninggal, dan Axel sangat menyesali telah kehilangan medalinya.

Aimee membolak-balik liontin milik Megan, di tangannya.

Bentuknya memang nyaris sama. Tapi milik Megan terbuat dari stainless steel sementara milik Axel terbuat dari titanium dan ada garis kecil terbuat dari emas yang melingkari benda itu. Dan tentu saja tidak ada inisial nama di belakang liontin milik Megan karena itu dijual untuk umum. Jadi Aimee tidak bisa membeli benda yang sama untuk Axel.

Gadis itu terkekeh. Megan itu, cerobohnya nggak ketulungan. Kalo cuman kalungnya aja yang jatuh, itu masih dimaklumi, tapi bagaimana dia bisa menjatuhkan voucher gratisnya juga?

Aimee meraih ponselnya, lalu mengirim pesan pada sahabatnya itu.

Kehilangan sesuatu nggak?

Dia melempar benda itu ke dalam tasnya, lalu meninggalkan ponselnya di atas kasur. Tidak butuh jawaban atas pesan yang ia kirimkan.

Di tempat lain, Megan sibuk mencari liontin pemberian Youdji. Dia sangat yakin telah menyimpannya dengan baik di dalam tasnya. Tapi bagaimana bisa dia tidak menemukannya?

Sudah berjam-jam Megan mencarinya di setiap sudut rumah. Dan hasilnya nihil. Sial! Bagaimana kalau Youdji menanyakannya? Dia baru saja memberikannya hari ini, dan dalam beberapa jam saja, benda itu menghilang dari tangannya.

"Tahu begini, yang satunya nggak aku buang," sesalnya. "Tapi siapa tahu saja itu jatuh di kantor. Besok aku akan mencarinya!"

Megan terlalu bersemangat siang ini. Dia sama sekali tak memperhatikan liontin yang Youdji berikan padanya dengan teliti. Dia hanya sempat melihat ada garis emas di liontin itu yang membedakannya dari liontin miliknya. Dia punya kenalan yang bisa mengukir logam dan memberi motif ataupun ukiran di atasnya. Jadi jika benda itu benar-benar hilang, dia bisa memakai miliknya dengan sedikit perbaikan.

"Moga aja lik Tar belum bebersih besok pagi!" gumamnya.

.

Juven melempar kalungnya ke udara lalu menangkapnya kembali, berulang-ulang. Dia masih merasa ada yang janggal. Jelas-jelas dia meninggalkan benda itu di mobil kakaknya, lalu bagaimana bisa benda itu jatuh di depannya?

"Klek!" pintu kamar pemuda itu terbuka dari luar, dan kakaknya muncul setelahnya.

Juven menghentikan lemparannya dan menoleh pada pria itu.

"Mama menelpon barusan. Katanya kamu nggak mau bicara padanya tanpa alasan. Kenapa?" tanya Youdji.

Juven tak menyahut. Ia tahu pada akhirnya kakaknya akan bertanya padanya. Tapi, dia tidak yakin untuk mengatakannya.

"Ada masalah?" tanya Youdji lagi.

"Itu...," Juven menatap liontin di tangannya. "Kak, apa benar, mama dan papa dulu pernah bercerai karena papa bangkrut, lalu mama menikah lagi dan punya anak? Lalu mama bercerai dengan suaminya dan meninggalkan mereka lalu menikahi papa lagi begitu papa sukses?"

Puzzle of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang