rantipole'00

2.9K 432 93
                                    

Satu jam belakangan Jinhyuk bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang hal apa yang berbeda dengan kereta malam ini. Matanya menyapu ke seluruh bangku yang berada disana dan mengangguk lemah saat beberapa saat kemudian Ia sadar bahwa kereta yang biasanya mereka tumpangi itu sangat sepi. Hanya ada dirinya dengan Seungwoo—temannya— dan dua sosok asing lainnya berada di bangku paling ujung. Ia mendesis pelan dan mengeratkan coat yang membalut tubuhnya, kepalanya menoleh ke kanan—hampir saja menubruk wajah Seungwoo yang juga kebetulan ikut menoleh padanya. Dahi Jinhyuk mengerinyit,

"Ada apa?"

Seungwoo mendesis pelan dan raut wajahnya yang terlihat ragu, "Menurutmu dia akan membakar post it yang aku tinggalkan di lokernya tidak ya?"

Walaupun pertanyaan Seungwoo terkesan abu-abu dan menerawang, tapi Jinhyuk yang notebenenya sudah menghabiskan setengah hidupnya dengan pria ini tanpa bertanya lebih lanjut sudah mengerti hal apa yang dibahas Seungwoo. Bukan sekali atau dua kali saja, melainkan setiap mereka dalam perjalan pulang Seungwoo pasti akan selalu membahas tentang post it ungu itu berkali-kali bahkan sampai Jinhyuk sendiri hafal dan bosan mendengarnya.

Alis Jinhyuk tertaut, "Lagi?"

Seungwoo sama sekali tidak menjawab kalimat retorik Jinhyuk barusan. Ia menolehkan pandangannya ke arah lain, sudut bibirnya naik.

"Ku rasa, aku tidak harus menjawab pertanyaan ini?" Timpal Seungwoo singkat—mengingat respon yang diberikan Jinhyuk bukanlah hal yang Ia harapkan sama sekali.

Dapat Seungwoo lihat bahwa Jinhyuk tidak langsung menjawab, pria itu juga sama diamnya dengannya. Jari-jari panjang Jinhyuk mengetuk pahanya dalam ritme tetap selagi Ia mengulum bibir bawahnya. Jinhyuk berdecak dan memutar tubuhnya menghadap Seungwoo. Yang lebih muda menopang dagunya dan menjatuhkan pandangannya pada iris gelap milik Seungwoo.

"Perlu kuingatkan lagi kalau pria itu adalah satu-satunya dari klan api yang menarik diri dari segala lingkup pergaulan yang ada di akademi? Dengar ya, telinga dan mataku ada dimana-mana, jadi aku jelas lebih tau banyak hal daripada mu, aku tau betul bahwa manusia yang kau sukai itu tergolong pada anggota klan yang membatasi dirinya untuk berinteraksi dengan klan diluarnya, semenjak dia bergabung aku tidak pernah dengar kalau orang yang kau sukai itu punya relasi sedikitpun dengan siapapun itu bahkan dengan anggota klannya sendiri," Jawab Jinhyuk panjang lebar dengan satu helaan nafas seraya kembali mengeratkan coat yang membungkus tubuhnya itu.

Saat udara di paru-parunya terisi penuh, Jinhyuk kembali membuka mulutnya, "Aduh sialan, kenapa malam ini terasa semakin dingin?!"

Tanpa menjawab sepatah katapun Seungwoo segera memajukan pinggulnya sedikit, kemudian meloloskan coat yang berada di tubuhnya lalu menaruhnya di paha Jinhyuk.

"Pakai saja punyaku," Ucapnya.

Jinhyuk mencoba menyangah, "Tapi bagaimana jika kau me—"

"Pakai saja," Potong Seungwoo cepat karena mendengar omelan Jinhyuk bukanlah suatu pilihan terbaik untuk telinganya.

Bibir Jinhyuk mengumamkan kata terimakasih yang tak dapat di dengar dengan jelas oleh sang lawan bicara. Lalu Jinhyuk mengangguk bagai orang bodoh dan sepersekian menit kemudian coat milik Seungwoo berhasil membungkus tubuh bagian depannya. Seungwoo menimpalinya dengan dengusan kecil.

"Pokoknya ya, yang kau lakukan sekarang ini adalah sebuah tindakan sia-sia. Yang pertama klan dia menarik diri diri dari segala permasalahan hidup di akademi. Yang kedua, sudah sangat jelas jika kalian berbeda, ingatkan aku bahwa klan-mu dan klan manusia itu sangat bertolak belakang. Yang ketiga, dia bahkan sama sekali tidak tau eksistensimu di dunia ini. Aku sebagai manusia penjunjung harga diri harga mati jelas menentang keras sikapmu kali ini," Jelas Jinhyuk panjang lebar sekali lagi, segala ucapan dari mulutnya terus terkesan menggebu-gebu penuh amarah—kadang Ia juga menggerutu—malah terdengar seperti meracau.

rantipole, pdx101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang